Fakta Varian Virus Corona C.1.2, Terdeteksi di Afrika Selatan

Perlukah kita khawatir?

Seperti makhluk hidup lainnya, virus butuh bermutasi untuk bertahan hidup. Mutasi ini bisa menguntungkan atau malah merugikan virus. Virus corona SARS-CoV-2 pun, seperti yang kita ketahui, terus bermutasi memunculkan berbagai varian baru.

Saat ini, mutasi SARS-CoV-2 yang paling menjadi perhatian adalah B.1.617.2 atau varian Delta. Peneliti pun mengingatkan bahwa akan ada mutasi-mutasi lainnya. Salah satu varian baru yang mulai diperbincangkan adalah C.1.2 yang terdeteksi di Afrika Selatan.

1. Pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada Mei 2021, C.1.2 sudah tersebar ke beberapa negara

Fakta Varian Virus Corona C.1.2, Terdeteksi di Afrika Selatanilustrasi virus corona SARS-CoV-2 (imi.europa.eu/Image courtesy of the NIH CC 0)

Sebuah laporan dari Afrika Selatan yang dimuat dalam jurnal medRxiv pada Agustus 2021 lalu memperingatkan kemunculan varian C.1.2. Terdeteksi pertama kali pada Mei 2021, varian ini adalah mutasi dari varian C.1., varian SARS-CoV-2 lain yang sempat membuat negara tersebut kewalahan pada Januari 2021.

Penelitian yang dipimpin oleh National Institute for Communicable Diseases (NICD) ini mencatat bahwa C.1.2 pertama kali muncul di dua provinsi Afrika Selatan. Per Agustus 2021, varian ini telah terdeteksi di:

  • Inggris
  • China
  • Republik Demokratik Kongo
  • Mauritius
  • Portugal
  • Selandia Baru
  • Swiss

Pengetahuan mengenai varian C.1.2 masih amat minim. Namun, para peneliti Afrika Selatan melihat peningkatan kasus dengan kecepatan yang sama seperti varian B.1.351 (Beta) dan Delta saat merajalela di negeri tersebut.

Pada Mei 2021, C.1.2 menyumbang 0,2 persen genom, 1,6 persen pada bulan Juni, dan 2,0 persen pada bulan Juli. Dikarenakan ada penundaan 2-4 minggu antara pengambilan sampel dan perilisan data, varian C.1.2 kemungkinan besar telah menyebar lebih luas.

2. Masih dipantau oleh WHO

Fakta Varian Virus Corona C.1.2, Terdeteksi di Afrika SelatanBendera berkibar di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss (www.who.int)

Dalam mengelompokkan varian SARS-CoV-2, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menggunakan dua kategori, yaitu Variant of Interest (VoI) yang baru diteliti kemampuannya dan Variant of Concern (VoC) yang telah diakui sebagai ancaman kesehatan global.

Sejauh ini, WHO telah mencatat empat VoC yang mendominasi dunia, yaitu:

  • B.1.1.7 (Alpha): pertama terdeteksi pada September 2020 di Inggris
  • B.1.351 (Beta): pertama terdeteksi pada Mei 2020 di Afrika Selatan
  • P.1 (Gamma): pertama terdeteksi pada November 2020 di Brasil
  • B.1.617.2 (Delta): pertama terdeteksi pada Oktober 2020 di India

Saat ini, varian C.1.2 belum masuk baik ke daftar VoI dan VoC WHO. Namun, pada 1 September 2021, WHO telah memasukkan C.1.2 ke daftar untuk dipantau lebih jauh.

3. Mirip VoC lain, mutasi pada varian C.1.2 yang membuatnya ganas

Fakta Varian Virus Corona C.1.2, Terdeteksi di Afrika Selatanlustrasi virus corona SARS-CoV-2 (pixabay.com/TheDigitalArtist)

Dengan analisis genetik, para peneliti Afrika Selatan menemukan bahwa varian C.1.2 memiliki mutasi genetik yang membuatnya bisa menjadi kandidat VoC jika tak ditangani secepatnya. Mutasi-mutasi tersebut adalah:

  • Mutasi D614G (Alpha, Beta, Gamma dan Delta) yang meningkatkan replikasi virus
  • Mutasi N501Y (Alpha, Beta dan Gamma) yang meningkatkan kemampuan pengikatan protein spike ke reseptor sel inang, membuatnya lebih menular
  • Mutasi E484K (Beta dan Gamma) yang membantu virus menghindari antibodi penetral dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya
  • Mutasi H655Y (Gamma) yang fungsinya saat ini belum diketahui

Selain mutasi-mutasi tersebut, varian C.1.2 juga membawa dua mutasi protein spike baru yang tak terlihat sebelumnya pada varian-varian lain, yaitu N679K dan Y449H. Saat ini, dampak dan fungsinya pun belum diketahui.

Baca Juga: Varian Baru Virus Corona Terdeteksi di Afrika Selatan, Lebih Menular?

4. Kenapa bisa muncul?

Fakta Varian Virus Corona C.1.2, Terdeteksi di Afrika Selatanvirus SARS-CoV 2 (pixabay.com/PIRO4D)

Pemimpin studi dan ilmuwan medis senior di NICD, Dr. Cathrine Scheepers, menjelaskan bahwa seperti varian SARS-CoV-2 dan mutasi virus lainnya, C.1.2 lahir dari serangan sistem imun. Saat terinfeksi, antibodi tubuh mengikat virus untuk mencegahnya masuk ke sel dan membunuhnya.

“Selama infeksi, virus akan bermutasi secara acak. Jika mutasi acak ini memberikan manfaat - seperti kemampuan untuk menghindari imun dengan mencegah pengikatan antibodi - mutasi itu akan meningkat jumlahnya," kata Cathrine menjelaskan kepada Medical News Today.

Makin lama seseorang terinfeksi virus, makin besar kemungkinan virus lebih banyak bermutasi. Cathrine dan tim berhipotesis bahwa C.1.2 adalah hasil dari infeksi panjang yang memungkinkan varian tersebut mengambil banyak mutasi sebelum menular ke orang lain.

5. Perlukah kita khawatir?

Fakta Varian Virus Corona C.1.2, Terdeteksi di Afrika Selatanmemakaikan masker pada anak (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Cathrine mengatakan kalau C.1.2 bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan sangat. Salah satu alasannya adalah karena jumlahnya yang masih amat minim di Afrika Selatan.

"Saat ini, masyarakat atau otoritas kesehatan tidak perlu khawatir tentang C.1.2. Walau kami tengah memantaunya, C.1.2 terdeteksi amat minim di Afrika Selatan (kurang dari 3 persen) dan global (kurang dari 1 persen)," kata Cathrine.

Masih terlalu dini untuk menilai C.1.2 bisa menggantikan Delta, VoC yang saat ini mendominasi dunia. Oleh karena itu, varian C.1.2 seharusnya tidak membuat kita paranoid. Namun, para ahli tetap mengingatkan kalau dunia harus tetap waspada.

“Kami terus memantau C.1.2 untuk melihat bukti peningkatan yang nyata serta melakukan pengujian di laboratorium di seluruh Afrika Selatan, khususnya untuk memastikan apakah C.1.2 akan mampu bersaing dengan Delta. Mudah-mudahan hasil tes itu bisa segera didapat,” sambung Cathrine.

6. Apakah vaksin saat ini bisa menangkal C.1.2?

Fakta Varian Virus Corona C.1.2, Terdeteksi di Afrika SelatanPetugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Salah satu mutasi yang terlihat pada C.1.2 adalah bahwa virus dapat menghindar dari antibodi penetral yang dihasilkan vaksin atau infeksi sebelumnya. Dengan kata lain, apakah vaksin jadi berkurang efektivitasnya?

"Karena C.1.2 memiliki profil mutasi yang serupa dengan Beta dan Delta, kami cukup yakin bahwa vaksin akan tetap melindungi dari rawat inap dan kematian akibat varian C.1.2, sama halnya terhadap varian Beta dan Delta,” ujar Cathrine.

Karena investigasi C.1.2 masih berlangsung, belum diketahui apakah C.1.2 bisa menjadi VoC selanjutnya. Meski begitu, vaksinasi COVID-19 harus tetap menjadi prioritas demi perlindungan diri sendiri dan orang lain.

Fakta Varian Virus Corona C.1.2, Terdeteksi di Afrika SelatanGrafis pencegahan COVID-19 (IDN Times)

“Intervensi yang sama seperti yang digunakan untuk semua varian lain kemungkinan akan melindungi dari yang satu ini juga,” tandas Cathrine.

Selain vaksinasi, pencegahan penularan SARS-CoV-2 dan variannya dimulai dari diri sendiri, yaitu dengan menjalankan protokol kesehatan terhadap COVID-19, yaitu:

  • Memakai masker berlapis
  • Mencuci tangan dengan air dan sabun selama 20 detik
  • Menjaga jarak di kerumunan sebanyak 1,8-2 meter
  • Tidak keluar rumah jika tidak fit atau tidak ada keperluan
  • Tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut

Baca Juga: Satgas: Varian Baru COVID-19 Berpotensi Turunkan Efikasi Vaksin

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya