Masuk Indonesia, Ini Beberapa Fakta COVID-19 Varian BF.7

Jadi penyebab lonjakan kasus di China!

Jelang 2023, Indonesia menerima kabar kurang sedap. Pada Kamis (29/12/2022), Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) subvarian Omicron BF.7, kependekan dari B.1.1.529, sudah masuk di Indonesia. Tercatat 15 orang terinfeksi.

Sebetulnya BF.7 sebenarnya bukanlah varian baru. Apa yang telah diketahui tentang BF.7? Apakah berpotensi parah? Mari simak faktanya!

"Anak" dari BA.5

Masuk Indonesia, Ini Beberapa Fakta COVID-19 Varian BF.7ilustrasi varian baru COVID-19, Omicron (IDN Times/Aditya Pratama)

Dilansir The Conversation, BF.7 adalah "anak" dari subvarian Omicron BA.5. Kode tersebut adalah kependekan dari BA.5.2.1.7.

Global Times melaporkan menjelang akhir November 2022, BF.7 memiliki kemampuan penularan terkuat dibanding subvarian Omicron lainnya, memiliki masa inkubasi lebih singkat, dan bisa menginfeksi orang-orang yang sebelumnya sudah terinfeksi, telah divaksinasi, atau keduanya.

Bagaimana perhitungannya? Varian COVID-19 B.1.617.2/Delta memiliki R0 (angka reproduksi dasar) 5 sampai 6, dan Omicron dengan R0 5,08. Para peneliti China mencatat R0 BF.7 bisa mencapai 10 hingga 18,6.

Lebih ahli mengelak imunitas, mirip BA.5

Dengan perkembangan Omicron, manusia melihat makin banyak varian SARS-CoV-2 yang bisa mengelak imunitas, baik yang sudah terkena COVID-19, yang sudah divaksinasi, atau keduanya. Kabar buruknya, BF.7 juga seperti itu.

Global Times melansir bahwa BF.7 membawa mutasi R346T di protein spike virusnya. Menariknya, mutasi ini juga terlihat di varian asal BF.7, yaitu BA.5. Bukan rahasia kalau subvarian Omicron tersebut terkenal dengan kemampuannya mengelak antibodi penetral yang dipicu oleh vaksin atau riwayat infeksi.

Hal ini teruji dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat yang dimuat dalam jurnal Cell Host & Microbe pada November 2022. Menguji BF.7 yang menjangkit populasi yang sudah di-booster dan terkena BA.4/BA.5, para peneliti AS melihat BF.7 "kebal" terhadap netralisasi akibat mutasi R346T.

Baca Juga: Akhir Tahun, Menkes Umumkan Varian Baru COVID-19 BF.7 Masuk Indonesia

Gejala umum infeksi BF.7

Masuk Indonesia, Ini Beberapa Fakta COVID-19 Varian BF.7ilustrasi infeksi virus corona COVID-19 (IDN Times/Mardya Shakti)

Lalu, bagaimana dengan gejalanya? Para peneliti China menjabarkan bahwa BF.7 memiliki gejala serupa dengan subvarian Omicron lainnya yang menyerang saluran pernapasan atas. Global Times mencatat gejala-gejala umum tersebut adalah:

  • Demam.
  • Batuk.
  • Sakit tenggorokan.
  • Hidung meler.
  • Kelelahan ekstrem.

Selain itu, para peneliti juga mengatakan bahwa dalam kasus-kasus tertentu, pasien dengan infeksi BF.7 juga bisa menunjukkan gejala pencernaan, seperti muntah dan diare. Tidak boleh lengah, BF.7 juga dikhawatirkan bisa menimbulkan gejala parah di kalangan pasien dengan gangguan sistem imun.

Karakteristik berbeda BF.7 di negara-negara lain

Sebelum China, sebenarnya varian BF.7 tercatat telah menjangkau AS dan Eropa (Inggris, Belgia, Jerman, Prancis, dan Denmark) sejak Agustus 2022. Sebelum Indonesia, India juga sudah terdampak BF.7.

Meski karakteristik BF.7 yang mengkhawatirkan di China, ternyata subvarian Omicron ini memiliki karakteristik berbeda di tempat lain. Sebagai contoh, menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) per 10 Desember, BF.7 berkontribusi terhadap 5,7 persen kasus, turun dari 6,6 persen pada seminggu lalu.

Di sisi lain, UK Health Security Agency (UKHSA) pada Oktober 2022 masih menganggap BF.7 sebagai salah satu varian berbahaya dari segi pertumbuhan dan data netralisasi antibodi. Namun, pada catatan rapat 25 November 2022, UKHSA mencatat tren BF.7 telah menurun di Britania Raya.

China dalam ancaman besar?

Masuk Indonesia, Ini Beberapa Fakta COVID-19 Varian BF.7Ilustrasi COVID-19 di Tiongkok (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Jadi, mengapa begitu parah di China? The Conversation melampirkan beberapa alasan, seperti imunitas yang rendah di populasi China hingga vaksinasi yang kurang. Selain itu, data dari China juga perlu diwaspadai karena belum melewati ulasan sejawat (peer review).

Dalam laporan Reuters pada Desember 2022, ada dugaan bahwa China menutupi keparahan COVID-19 yang dihadapinya. Selain menyembunyikan angka kematian, diduga terjadi kelangkaan obat dan kasur rumah sakit akibat melonjaknya jumlah pasien COVID-19 di China.

Jika dibiarkan, The Economist memperkirakan sekitar 1,5 juta penduduk China bisa meninggal dunia akibat COVID-19 yang dipicu BF.7. Selain itu, laporan The Lancet lebih memberatkan karena angka tersebut melonjak dari 1,3 hingga 2,1 juta kematian jika China gegabah dalam menangani BF.7.

Selain itu, Outlook di India mengingatkan bahwa China telah menolak untuk menggunakan vaksin Barat yang umumnya menggunakan teknologi messenger ribonucleic acid (mRNA), sementara vaksin China umumnya memiliki efikasi rendah. Hal ini juga menjadi salah satu alasan mengapa kasus BF.7 bisa dahsyat di Negeri Tirai Bambu.

Baca Juga: [UPDATE] Kasus COVID-19 Dunia Bertambah, Jepang Masih Tertinggi! 

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya