Mengapa Kerumunan Bisa Picu Henti Jantung? Ini Penjelasannya

Seolah-olah tercekik oleh banyak orang

Pesta berubah menjadi petaka. Saat daerah Itaewon, Seoul, Korea Selatan, menggelar pesta Halloween pada Sabtu (29/10), kerumunan sekitar 100.000 orang menyebabkan tragedi henti jantung atau cardiac arrest yang menewaskan lebih dari 150 orang dan melukai hampir ratusan orang.

Tidak sedikit netizen Indonesia juga yang masih mengingat kejadian di Stadion Kanjuruhan pada awal Oktober 2022 silam. Dipicu gas air mata, ratusan korban dari pendukung Arema FC dan Persebaya Surabaya berjatuhan akibat desakan kerumunan yang mencekik.

Fenomena yang disebut crowd crush ini sering kali terabaikan meski sebenarnya mematikan. Namun, mengapa kerumunan orang bisa menyebabkan kematian? Ini faktanya!

1. Sulitnya memanggil pertolongan pertama

Mengapa Kerumunan Bisa Picu Henti Jantung? Ini Penjelasannyailustrasi kerumunan manusia (pexels.com/San Fermin Pamplona)

Saat Itaewon menggelar pesta Halloween, inilah pesta akbar pertama pasca-COVID-19 yang tak mengharuskan memakai masker. Alhasil, sekitar 100.000 orang memadati jalan-jalan Itaewon bak lautan manusia.

Jalan yang dilalui kerumunan terhubung dengan jalan raya distrik Itaewon sehingga menyebabkan kerumunan. Dengan jalan selebar 4 meter saja yang dikerumuni lautan manusia, petugas kesehatan sulit mengakses sehingga memaksa resusitasi jantung paru (CPR) secara manual.

Seoul mencatat sekitar 151 kematian dan berpotensi bertambah, sekitar 82 orang terluka, dan ratusan orang hilang akibat kejadian ini. Tidak sedikit juga turis asing yang wafat saat mengikuti pesta Halloween di Itaewon. Beberapa korban juga dirawat akibat asfiksia dan henti jantung.

2. Kepanikan yang memperkeruh keadaan

Pada 2021 silam, crowd crush juga terjadi di Amerika Serikat, tepatnya saat Astroworld Festival yang diadakan Travis Scott. Menurut Houston Chronicle, sepuluh jiwa melayang akibat asfiksia, meski ada insiden henti jantung juga, sehingga acara di hari ke-2 dibatalkan.

Menurut dokter asal Texas, Justin W. Fairless, DO, FACEP, FAEMS, kerumunan dan insiden yang mengagetkan tersebut bisa menimbulkan kepanikan sehingga terjadi saling dorong dan makin sulit untuk keluar dari kerumunan. Malah, tak sedikit orang yang terinjak-injak saat kerumunan tak terbendung.

"Orang di belakang berlari dan mendorong, tak sadar ada orang dari depan juga yang berhenti untuk menolong," kata Dr. Justin.

Ia mengatakan bahwa cedera kepala dan dada adalah hal yang paling umum terjadi saat crowd crush. Orang bisa jatuh dan mengenai benda tumpul atau tajam. Selain itu, trauma lainnya juga bisa menyebabkan pendarahan internal.

Baca Juga: Henti Jantung (Cardiac Arrest): Penyebab, Gejala, Pengobatan

3. Didesak sana-sini, henti jantung terjadi

Mengapa Kerumunan Bisa Picu Henti Jantung? Ini Penjelasannyailustrasi resusitasi jantung paru/RJP atau CPR (cdc.gov)

Ahli pulomonologi asal University of Texas Health Science Center, Dr. George Williams, menjelaskan bahwa kerumunan menyebabkan kesulitan untuk bernapas. Tubuh kekurangan oksigen, hal yang dibutuhkan tubuh untuk tetap berfungsi normal.

"Saat oksigen tak bisa beredar secara semestinya, orang-orang bisa meninggal dengan cepat," tutur Dr. George, dilansir Houston Chronicle.

Salah satu faktornya adalah desakan dari segala sisi di tengah kerumunan. Dalam buku Ciottone's Disaster Medicine, tekanan dari kerumunan (lebih dari 4.500 Newton) cukup untuk membengkokkan besi dan meruntuhkan dinding batu bata.

Selanjutnya, dokter asal Houston Methodist, Dr. Josh Septimus, menjelaskan bahwa tekanan di kerumunan mampu meremukkan rusuk sehingga menusuk paru-paru dan menyebabkan pendarahan. Diafragma tak bisa mengembang, sehingga oksigen tak beredar ke otak dan jantung, mengakibatkan henti jantung.

"Meski pulih [dari henti jantung], tak bisa pulih total ... Otak amat sensitif terhadap oksigen dan kekurangannya ... Jadi, tak ada banyak waktu," papar Dr. Salim Virani asal Baylor College of Medicine.

4. Dampak crowd crash bisa diperparah jika melibatkan konsumsi alkohol dan narkoba

Tragedi Itaewon terjadi sekitar pukul 10.51 malam waktu Korea Selatan. Dari VOA News, banyak orang yang tetap berpesta beberapa jam setelah kejadian ini. Bahkan, dari video yang menunjukkan banyak orang berbalut kostum melakukan CPR, musik keras masih bergaung seolah tak sadar huru-hara yang terjadi. Dilansir Yonhap News Agency, pemerintah setempat masih mencari tahu penyebab crowd crush di Itaewon.

Jika dalam situasi kerumunan tersebut melibatkan alkohol dan narkoba, masalah yang lebih serius bisa mengintai. Melansir Alcohol and Drugs Foundation, Alkohol dan narkoba bisa memicu komplikasi kesehatan di kerumunan. Seperti:

  • Menaikkan suhu tubuh
  • Dehidrasi
  • Meningkatkan detak jantung dan tekanan darah
  • Memicu kecemasan
  • Memicu perilaku irasional
  • Memicu halusinasi visual dan pendengaran.

Di tengah kondisi kerumunan yang berdesakan, naiknya tekanan darah berisiko memicu serangan jantung hingga stroke. Selain itu, Houston Chronicle mencatat bahwa alkohol menyebabkan dehidrasi hingga pingsan. Ditambah suhu udara yang panas, ini bisa jadi faktor yang mematikan.

5. Segera CPR hingga pertolongan datang

https://www.youtube.com/embed/M4ACYp75mjU

Saat henti jantung terjadi, jantung tak bisa memompa darah seperti biasanya. Hal ini amat membahayakan bagi paru-paru dan otak. Jika tak segera ditolong dan otak tak mendapatkan asupan oksigen dalam waktu 4 sampai 6 menit, henti jantung bisa mengakhiri hidup seseorang.

Menurut American Heart Association (AHA), CPR bisa meningkatkan potensi kesintasan dari henti jantung dua hingga tiga kali lipat. Sebelumnya, AHA mencatat dua tanda umum henti jantung, yaitu:

  • Tidak merespons (tidak bergerak, berbicara, hingga berkedip)
  • Tidak bernapas atau terengah-engah bak kehabisan napas.

Tanpa alat dan belum terlatih, orang-orang bisa melakukan CPR dengan dua tangan. Setelah mencari pertolongan atau menghubungi rumah sakit, AHA memaparkan langkah CPR secara sederhana, yaitu:

  • Pastikan apakah pasien tidak bernapas atau terengah-engah. Jika kedua skenario tersebut terjadi, mulai CPR
  • Letakkan dua tangan (saling bertumpuk) di bagian tengah dada pasien.
  • Tekan dada pasien hingga kedalaman 2 inci (5cm) dengan irama 100 hingga 120 tekanan per menit. Pastikan dada pasien kembali ke posisi normal di setiap tekanan.
  • Jika ada mesin AED, gunakan mesin AED. Namun, bila tak ada, tetap lakukan CPR hingga pasien kembali bernapas dan bergerak atau hingga pertolongan datang.

Baca Juga: Warga Turun ke Jalan, Beri Pertolongan CPR Korban Tragedi Itaewon

Topik:

  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya