Tidur Siang Kelamaan Pertanda Demensia? Ini Penjelasannya!

Tidur siang terlalu lama pun perlu diwaspadai

Sering disia-siakan pada masa kanak-kanak, tidur siang menjadi sebuah "privilese" saat sudah dewasa. Siapa yang tidak ingin sekejap saja menutup mata pada siang hari dari segala kesibukan? Meski sekejap, tiba-tiba tidur siang bisa kebablasan jadi tidur berjam-jam. Pernah mengalaminya?

Menurut Sleep Foundation, durasi tidur siang yang optimal adalah sekitar 10–20 menit atau power nap. Lebih lama dari itu ternyata bisa berisiko. Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa durasi tidur siang terlalu lama adalah pertanda penurunan kognitif. Apakah benar? Mari simak fakta selengkapnya.

1. Penelitian melibatkan lebih dari 1.000 partisipan

Tidur Siang Kelamaan Pertanda Demensia? Ini Penjelasannya!ilustrasi orangtua tidur siang (unsplash.com/Laurence BL)

Dimuat dalam jurnal Alzheimer’s & Dementia pada 17 Maret 2022, para peneliti Amerika Serikat (AS) dari Brigham and Women's Hospital melihat tren tidur siang dalam kelompok dewasa tua atau lansia. Apakah tidur siang terlalu lama bisa menyebabkan demensia? Inilah yang dicari oleh para peneliti AS.

Melibatkan Rush University Medical Center dan University of California, San Francisco, para peneliti melibatkan 1.401 partisipan dengan usia rata-rata 81 tahun yang terlibat dalam Rush Memory and Aging Project (MAP).

"Kebiasaan tidur siang pada kelompok dewasa tua sering kali diabaikan, dan konsensus untuk tidur siang dalam praktik klinis dan kesehatan masih kurang," ujar salah satu peneliti, Peng Li, dilansir Harvard Gazette.

2. Pengukuran jam tidur

Bertajuk Daytime napping and Alzheimer's dementia: A potential bidirectional relationship, para peneliti AS menguji dua hipotesis:

  • Partisipan tua yang tidur siang lebih lama atau lebih sering lebih cepat mengembangkan penyakit Alzheimer.
  • Partisipan tua dengan tidur siang berlebihan terpapar risiko Alzheimer yang lebih besar.

Untuk menguji tidur siang, para partisipan menggunakan metode actigraphy selama 14 hari. Para peneliti menggunakan algoritme penilaian tidur dari aktivitas pergelangan tangan. Dari situ, para peneliti menghitung durasi dan frekuensi tidur siang. Menurut studi tersebut, para peneliti memantau para partisipan lansia selama 14 tahun.

Baca Juga: Studi: Polusi Suara Tingkatkan Risiko Demensia di Usia Tua

3. Hasil: Tidur siang lebih lama bisa mengakibatkan demensia

Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa frekuensi dan durasi tidur siang berkaitan dengan usia dan adanya hubungan antara tidur siang dan penyakit Alzheimer. Kelompok lansia yang tidur siang lebih dari 1 jam memiliki risiko 40 persen terkena Alzheimer. Saat Alzheimer sudah muncul, maka frekuensi dan durasi tidur siang juga bertambah.

Dalam studi tersebut, durasi rata-rata tidur siang bertambah tiap 11 menit per tahun pada kelompok yang tak memiliki gangguan kognitif. Para peneliti menduga bahwa ini karena para lansia punya masalah tidur pada malam hari (seperti kebelet buang air kecil pada waktu malam).

"Hasil ini tidak hanya menunjukkan bahwa tidur siang berlebihan bisa meningkatkan risiko demensia, tetapi juga ini menunjukkan bahwa pertambahan jam tidur siang tiap tahunnya adalah gejala keparahan penurunan kognitif," kata Peng.

Tidur Siang Kelamaan Pertanda Demensia? Ini Penjelasannya!ilustrasi lansia dengan demensia (pexel.com/Kindel Media)

Pada kelompok yang didiagnosis gangguan kognitif ringan pada awal studi, jam tidur siang bertambah 24 menit per hari. Parahnya, untuk partisipan dengan Alzheimer, jam tidur siang meningkat drastis sebanyak rata-rata 68 menit.

Para peneliti melihat sebuah "lingkaran setan" dalam temuan studi tersebut. Sementara tidur siang terlalu lama bisa menyebabkan Alzheimer, kondisi kognitif tersebut juga meningkatkan durasi dan frekuensi tidur siang.

"Lingkaran setan yang kami temukan antara tidur siang dan Alzheimer memberikan dasar untuk pengertian yang lebih baik mengenai peran tidur dalam perkembangan dan keparahan penyakit Alzheimer pada kelompok dewasa dan lansia," ujar Peng.

4. Kekurangan penelitian tersebut

Penelitian ini menunjukkan pentingnya memperhatikan pola tidur siang dan perubahan jamnya seiring waktu. Ini karena perubahan pola tidur memiliki hubungan dengan ritme sirkadian, penurunan kognitif, dan risiko demensia.

"Studi ini menyerukan pentingnya perhatian yang lebih detail pada pola tidur 24 jam—bukan hanya tidur malam, melainkan juga tidur siang—dalam pemantauan kesehatan kelompok lansia," tandas Peng.

Meski begitu, penelitian ini tidaklah sempurna. Para peneliti AS memaparkan tiga kelemahan utama studi tersebut, yaitu:

  • Sementara actigraphy sudah banyak digunakan, polisomnografi adalah standar emas dalam menilai kualitas tidur.
  • Partisipan yang terlibat berada di kelompok usia lansia, sehingga hasil penelitian bisa berbeda pada kelompok usia dewasa muda.
  • Studi di masa depan diharapkan menguji apakah intervensi dalam tidur siang bisa menurunkan risiko demensia atau penurunan kognitif lainnya.

Itulah temuan studi tersebut. Apa pesan yang bisa kita ambil? Lagi-lagi, apa pun yang berlebihan pasti tidak baik untuk kesehatan, termasuk tidur siang yang sebenarnya bermanfaat. Jadi, perhatikan durasi tidur siang agar tidak kebablasan, ya. Demi kebaikan otak dan masa depanmu juga!

Baca Juga: Olahraga yang Ringan sekalipun Mampu Turunkan Risiko Demensia

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya