Arti Viral Load pada Keparahan Pasien Positif COVID-19

Penanda perkembangan SARS-CoV-2

Sudah setahun lebih pandemi COVID-19 berlangsung dan program vaksinasi sudah berjalan. Meski demikian, pemeriksaan lewat testing tetap penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit akibat virus SARS-CoV-2 ini.

Dari berbagai metode testing COVID-19 yang ada, reverse transcription-polymerase chain reaction atau RT-PCR adalah standar emas. Selain mendeteksi COVID-19, RT-PCR juga menentukan keparahan COVID-19 dengan mengukur viral load atau beban virus pada pasien. Sering muncul di pemberitaan COVID-19, apa itu viral load?

1. Apa itu viral load?

Arti Viral Load pada Keparahan Pasien Positif COVID-19ilustrasi SARS-CoV-2 (technologynetworks.com)

Viral load atau muatan sel - sesuai namanya - adalah jumlah total partikel virus dalam tubuh manusia, tepatnya setiap mililiter darah. Semakin tinggi frekuensi replikasi, maka semakin tinggi pula viral load dan infeksi akan semakin intens. Viral load biasanya mengacu pada jumlah materi genetik pada darah, paling sering asam ribonukleat (RNA).

Tes viral load dilakukan dalam jangka waktu lama dengan pengukuran awal sebagai dasar dan pengukuran setelahnya dibandingkan dengan hasil awal. Oleh karena itu, viral load bisa beda per hari, dan pengukuran jangka panjang bermaksud untuk memantau perkembangan penyakit.

2. Paling sering digunakan untuk HIV/AIDS

Arti Viral Load pada Keparahan Pasien Positif COVID-19viral load pada HIV (aidsmap.com)

Pengukuran viral load biasanya digunakan pada pasien HIV/AIDS untuk menentukan bagaimana tubuh mereka menanggapi pengobatan antivirus. Hal ini dilakukan dengan memantau viral load partikel HIV-1 dan tingkat hancurnya sel CD4+T.

Seiring naiknya viral load HIV-1, maka tingkat hancurnya sel CD4+T semakin tinggi. Gejala tersebut dapat diartikan dengan semakin buruknya gejala pasien yang mengarah ke AIDS. Oleh karena itu, pemantauan viral load penting dalam terapi pengobatan antivirus untuk menjaga sel CD4+T tinggi, sementara viral load tetap rendah.

Baca Juga: Vaksinasi COVID-19 Bisa Lindungi Anak? Ini Faktanya!

3. Viral load pada SARS-CoV-2 dan pasien COVID-19

Arti Viral Load pada Keparahan Pasien Positif COVID-19virus corona SARS-CoV-2 (wikimedia.org/NIAID)

Kembali ke COVID-19. Mari ingat kembali, dengan apakah SARS-CoV-2 menyebar? Betul, lewat tetesan kecil atau droplet yang menyembur saat berbicara, batuk, atau bangkis. Saat SARS-CoV-2 masuk ke aliran darah, virus mulai mereplikasi diri di dalam sel manusia dan menginfeksi lebih banyak sel.

Nyatanya, SARS-CoV-2 adalah penerus dari strain SARS-CoV-1, penyebab pandemi SARS pada tahun 2002-2004. Bedanya, viral load pada SARS-CoV-2 lebih tinggi di daerah hidung, bukan tenggorokan. Viral load SARS-CoV-2 memuncak 10-14 hari setelah minggu awal gejala COVID-19 muncul, sebuah pola yang mirip dengan influenza.

Hal tersebut berarti risiko penularan paling tinggi pada masa awal infeksi SARS-CoV-2. Selain itu, viral load juga ditemukan pada pasien COVID-19 tanpa gejala atau asimtomatik. Dengan kata lain, mereka juga rentan menularkan!

4. Pengukuran viral load bukan cuma lewat RT-PCR

Arti Viral Load pada Keparahan Pasien Positif COVID-19Ilustrasi tes swab PCR (Dok Humas Pelindo 1)

Apakah pengukuran viral load hanya mentok di RT-PCR? RT-PCR memang "standar emas" dalam mengukur viral load. Akan tetapi, selain RT-PCR, ada dua tes lagi yang dapat digunakan, yaitu:

  • Branched DNA (bDNA)
  • Nucleic Acid Sequence-Based Amplification (NASBA)

Baik RT-PCR, bDNA, hingga NASBA, tes-tes tersebut mengeluarkan hasil berbeda untuk menguji hasil viral load. Dengan demikian, konsistensi tes viral load yang digunakan amat penting dalam testing, tidak bisa diganti-ganti.

Selain itu, tes-tes tersebut harus secara konsisten mengukur tingkat virus hingga 50 kopi per 1 mL pengukuran. Oleh karena itulah, tes-tes tersebut harus memiliki target virus khusus agar hasil yang viral load dapat digandakan dan dibandingkan.

5. Kelemahan hasil viral load

Arti Viral Load pada Keparahan Pasien Positif COVID-19ilustrasi virus corona (innovativegenomics.org/Davian Ho)

Viral load adalah cara umum untuk menentukan parameter virus lain. Dalam satuan viral load, nomor reproduksi (R0) dan masa hidup sel yang terinfeksi mungkin sulit diukur secara langsung, melainkan melalui penyesuaian antara model matematika yang berbeda dan data viral load.

Akan tetapi, kelemahan fatal viral load adalah R0 dapat berbeda tergantung asumsi model matematika, seperti mengabaikan proses hancurnya intraseluler sebelum reproduksi virion. Selain itu, dalam mengukur rentang hidup sel, banyak dari model matematika yang secara bias mengasumsikan bahwa semua pengobatan dapat menghentikan viral load

Kelemahan-kelemahan mempermasalahkan akurasi beberapa tes viral load. Beberapa model tes viral load melebih-lebihkan masa hidup sel yang terinfeksi. Selain itu, beberapa model juga menetapkan parameter virus di setiap titik infeksi, padahal bisa berbeda secara drastis di waktu awal infeksi dan setelah terjadi ekuilibrium.

6. Viral load tinggi = sakit semakin parah?

Arti Viral Load pada Keparahan Pasien Positif COVID-19Ilustrasi seorang pasien COVID-19. (ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica)

Pada kasus HIV/AIDS, SARS, MERS, dan influenza, viral load tinggi dikaitkan dengan gejala yang semakin intens. Namun, apakah selalu begitu? Nyatanya, hubungan tersebut lebih rumit daripada yang diperkirakan.

Menurut sebuah studi yang melibatkan 76 pasien COVID-19 pada Maret 2020 di Tiongkok, "Viral dynamics in mild and severe cases of COVID-19", viral load rata-rata pada kasus COVID-19 bergejala parah 60 kali lebih tinggi dari kasus bergejala ringan. Jadi, bisa diartikan viral load tinggi sama dengan kondisi pasien yang memburuk?

Namun, sebuah studi dari Tiongkok pada Februari 2020 yang dimuat dalam New England Journal of Medicine menemukan bahwa viral load pada pasien COVID-19 asimtomatik dan bergejala adalah sama. Malah, salah satu studi pada Maret 2020 yang dipublikasikan medRxriv menyatakan bahwa gejala COVID-19 parah dan ringan memiliki viral load serupa!

Hasilnya kontradiktif, bukan? Dengan kata lain, hubungan antara keparahan gejala COVID-19 dan viral load masih samar-samar.

7. Viral load tinggi = lebih menular?

Arti Viral Load pada Keparahan Pasien Positif COVID-19ilustrasi bersin (healthline.com)

Kemungkinan besar iya. Saat viral load lebih tinggi, pelepasan partikel virus bisa lebih masif. Kondisi ini disebut viral shedding. Jika berdekatan pada pasien COVID-19 yang mengalami viral shedding, kemungkinan tertular lebih besar! Namun, ternyata pola viral shedding pun bisa bervariasi, bukan hanya pada masa awal infeksi.

Studi sebelumnya yang dimuat di medRxiv menyatakan bahwa 44 persen viral shedding terjadi sebelum gejala pertama hadir. Namun, studi pada Maret 2020 di Jerman yang juga dimuat dalam medRxiv menyatakan bahwa viral shedding turun 5 hari setelah timbulnya gejala pertama dan berhenti total pada hari ke-10. 

Namun, untuk COVID-19, viral shedding-nya amat berbeda dengan pendahulunya, yaitu memuncak lebih awal dan dengan tingkat yang lebih tinggi! Oleh karena itulah, penyebaran SARS-CoV-2 amat susah diprediksi dan dihentikan.

Jadi, apa yang harus kita lakukan?

Arti Viral Load pada Keparahan Pasien Positif COVID-19Grafis pencegahan COVID-19/ IDN Times

Pertempuran dunia dengan COVID-19 belum usai, meskipun vaksin telah diformulasi dengan waktu yang memecahkan rekor. Sayangnya, banyak yang tidak sadar, terlena, atau sengaja menyebarkan informasi bahwa COVID-19 hanyalah histeria massa. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat amat diharapkan dalam menghadapi COVID-19.

Dengan mengetahui viral loadtesting COVID-19 dapat semakin mudah dimengerti dan penularan dapat dicegah. Namun, karena beberapa studi masih kontradiktif dengan sifat viral load COVID-19, maka penelitian yang lebih berkualitas masih dilakukan hingga saat ini.

Selama para ahli dan tenaga kesehatan terus menahan laju COVID-19, apa yang bisa kita lakukan? Tentu saja dengan menaati protokol kesehatan terhadap COVID-19! Tidak jemu-jemu kami mengingatkan bahwa kamu harus:

  • Memakai masker saat ke luar rumah atau di kerumunan
  • Mencuci tangan dengan air dan sabun selama 20 detik atau dengan hand sanitizer
  • Menjaga jarak di kerumunan 1,8-2 meter
  • Tidak keluar rumah saat tidak fit atau tidak ada keperluan
  • Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin
  • Tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut
  • Membatasi mobilisasi dan interaksi

Agar kamu tidak terkena viral shedding pada individu yang dicurigai positif COVID-19 dan memiliki viral load tinggi, tetap di rumah dan jangan menelantarkan protokol kesehatan. Demi kamu dan orang-orang yang kamu sayang juga!

Baca Juga: Risiko Penularan COVID-19 dari Permukaan Benda Terbukti Rendah

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya