Hari Bipolar Sedunia: Mengenal Gangguan Bipolar dan Melawan Stigma

Jangan self-diagnosis, pahami lagi apa itu gangguan bipolar

Hari Bipolar Sedunia diperingati setiap tanggal 30 Maret, bertepatan dengan ulang tahun Vincent van Gogh, seorang seniman legendaris dunia yang juga adalah penderita kondisi kejiwaan tersebut.

Diperingatinya hari ini secara global bertujuan untuk menyampaikan informasi terkait gangguan bipolar ke seluruh masyarakat dunia serta meningkatkan kesadaran dan penerimaan masyarakat terhadap para penderitanya. Diharapkan dengan meningkatnya ketiga hal tersebut, stigma sosial masyarakat terhadap gangguan bipolar akan sirna.

Angka kejadian gangguan bipolar dan stigma masyarakat Indonesia

Hari Bipolar Sedunia: Mengenal Gangguan Bipolar dan Melawan Stigmapusdatin.kemkes.go.id

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), gangguan bipolar atau bipolar disorder adalah salah satu gangguan kejiwaan yang paling banyak diderita masyarakat dunia, yaitu sekitar 60 juta jiwa. 

Sementara di Indonesia sendiri, data dari Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menyatakan bahwa gangguan bipolar menempati posisi kelima gangguan kejiwaan yang paling banyak menyebabkan disabilitas atau beban penyakit terbesar bagi penyandangnya.

Kemenkes juga mengungkapkan bahwa stigma negatif masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa masih sangat kental di Indonesia. Gangguan kesehatan jiwa masih dianggap sebagai suatu keadaan yang disebabkan oleh gangguan supranatural maupun hal-hal irasional lainnya, sehingga penderitanya sering kali tidak mendapat pertolongan medis. 

Padahal, persentase penderita gangguan kejiwaan terus meningkat, dari 1,7 persen pada tahun 2013 menjadi 7 persen pada tahun 2018. Oleh karena itu, edukasi kesehatan jiwa di Indonesia masih perlu ditingkatkan agar masyarakat tidak salah kaprah dalam menyikapi hal tersebut.

Gangguan bipolar tidak sama dengan kepribadian ganda

Hari Bipolar Sedunia: Mengenal Gangguan Bipolar dan Melawan Stigmafreepik.com/katemangostar

Banyak orang yang mengira bahwa gangguan bipolar dan kepribadian ganda adalah kondisi yang sama. Padahal, keduanya adalah kondisi yang berbeda.

Menurut keterangan dari American Psychiatric Association (APA), gangguan bipolar adalah suatu gangguan perubahan mood atau suasana hati, energi, dan kemampuan seseorang untuk berfungsi, sementara kepribadian ganda yang juga disebut sebagai gangguan identitas disosiatif (dissociative identity disorder) adalah gangguan yang melibatkan ingatan, identitas, emosi, persepsi perilaku, dan pengenalan diri.

Orang dengan gangguan kepribadian ganda biasanya memiliki dua atau lebih identitas berbeda dengan memori ingatan, perilaku, dan pola pikir yang berbeda pula. Ini tidak terjadi pada gangguan bipolar.

Gangguan bipolar terjadi akibat adanya masalah pada otak penderita dan sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, sementara gangguan kepribadian ganda terjadi akibat suatu peristiwa traumatis yang dialami penderita di masa kecilnya.

Alih-alih memiliki dua kepribadian, sebetulnya yang dialami oleh penderita gangguan bipolar adalah perubahan antara dua episode suasana hati yang terjadi secara ekstrem selama beberapa minggu hingga bulan. Dua episode tersebut dikenal sebagai episode mania dan episode depresif. Kedua episode ini seperti dua kutub yang sangat berlawanan.

Baca Juga: Bisa Bahaya, 5 Cara Hindari Self-Diagnosis terkait Kesehatan Mental 

Penyebab gangguan bipolar

Hari Bipolar Sedunia: Mengenal Gangguan Bipolar dan Melawan Stigmawiringthebrain.com

Walau belum belum ditemukan penyebab spesifiknya, tetapi menurut keterangan dari APA, gangguan bipolar disebabkan oleh ketidakseimbangan komponen kimia di otak, sehingga aktivitas otak menjadi terganggu.

Sekitar 80-90 persen penderita bipolar disorder memiliki saudara atau kerabat yang juga menderita kondisi kejiwaan tersebut atau depresi.

Episode mania pada gangguan bipolar

Hari Bipolar Sedunia: Mengenal Gangguan Bipolar dan Melawan StigmaIlustrasi episode mania atua manic pada gangguan bipolar. unsplash.com/bruce mars

Pada episode mania atau manic, penderita berada dalam kondisi mood yang high. Penderita akan merasakan perasaan senang yang berlebihan atau mudah marah yang tidak normal.

Pada episode ini, penderita juga tampak seperti memiliki energi yang berlebih, sehingga mereka akan beraktivitas secara berlebihan seperti bicara lebih cepat dan banyak, serta mengerjakan berbagai hal hingga tidak tidur sama sekali.

Penderita akan memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan-tindakan impulsif yang dapat membahayakan dirinya sendiri seperti belanja berlebihan melebihi kemampuan finansialnya, mengemudi secara ugal-ugalan dengan kecepatan di atas rata-rata, dan lain sebagainya.

Bahkan, pada beberapa penderita, episode ini bisa disertai dengan halusinasi. Episode mania biasanya berlangsung selama satu minggu atau lebih.

Episode depresif pada gangguan bipolar

Hari Bipolar Sedunia: Mengenal Gangguan Bipolar dan Melawan StigmaIlustrasi depresif pada gangguan bipolar. unsplash.com/Dmitry Schemelev

Episode depresif ini berkebalikan dengan episode mania. Pada episode depresif, penderita akan berada dalam kondisi mood yang sangat rendah. Seperti namanya, penderita akan merasakan perasaan sedih yang berlebihan atau depresi. Mereka akan merasa dirinya tidak berguna, tidak berharga, putus asa, serta kehilangan ketertarikan terhadap hal-hal yang dulunya disukai.

Berbeda dengan episode manik, penderita gangguan bipolar yang mengalami episode depresif tampak tidak memiliki energi untuk beraktivitas seperti biasanya. Mereka akan sulit berkonsentrasi dan merasakan kelelahan yang berlebih, walau hanya melakukan sedikit pekerjaan.

Gangguan tidur dan gangguan makan biasanya turut muncul pada episode ini. Penderita bisa saja tidak nafsu makan atau justru makan berlebihan. Mereka juga bisa mengalami sulit tidur atau sebaliknya, memiliki keinginan tidur yang berlebihan.

Pada kondisi yang parah, sering kali muncul gagasan kematian atau keinginan untuk mengakhiri hidup. Episode depresif biasanya berlangsung setidaknya dua minggu hingga beberapa bulan.

Jangan mendiagnosis diri sendiri!

Hari Bipolar Sedunia: Mengenal Gangguan Bipolar dan Melawan Stigmaunsplash.com/Malicki M Beser

Gejala-gejala di atas tampak sangat umum seolah kita semua mengalaminya. Perubahan suasana hati memang dialami oleh semua orang, sehingga sering kali orang-orang mendiagnosis dirinya sendiri alias self-diagnosis, bahwa dirinya menderita bipolar.

Orang tanpa gangguan bipolar memang juga bisa mengalami suasana hati yang "naik turun". Namun, perubahan suasana hati tersebut biasanya hanya berlangsung beberapa jam.

Selain itu, perubahan tersebut biasanya tidak disertai dengan perubahan perilaku yang ekstrem dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari seperti yang dialami oleh orang-orang dengan gangguan bipolar.

Perlu diingat, untuk bisa dikatakan mengalami episode manik depresif, perubahan yang terjadi harus cukup signifikan dibandingkan perilaku penderita yang biasanya hingga disadari oleh orang-orang di sekitarnya. Selain itu, gejala-gejala yang dialami harus cukup parah untuk menyebabkan gangguan fungsi hidup penderita, baik itu dalam pekerjaan, keluarga, atau aktivitas sosialnya.

Selain itu, banyak kriteria pemeriksaan dan penilaian lainnya yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk dapat dinyatakan gangguan bipolar. Hanya dokter spesialis kejiwaan atau psikiater yang dapat menegakkan diagnosis tersebut.

Apakah penderita gangguan bipolar bisa hidup dengan normal?

Hari Bipolar Sedunia: Mengenal Gangguan Bipolar dan Melawan Stigmaunsplash.com/Leon

Orang-orang dengan gangguan bipolar umumnya juga memiliki periode ketika suasana hati mereka netral. Dengan penanganan medis dan terapi yang tepat, penderitanya bisa menjalani kehidupan yang normal dan produktif.

Selain itu, dukungan keluarga dan orang-orang terdekat akan sangat berperan terhadap kondisi penderita. Oleh karena itu, jangan ragu untuk mengonsultasikan keluhanmu ke psikiater bila dirasa mengalami gejala-gejala yang mengarah ke gangguan bipolar maupun kondisi kejiwaan lainnya.

Baca Juga: Kamu Penderita Bipolar? Jangan Putus Asa, Ini 7 Cara Mengatasinya

Alicia Valentina Photo Writer Alicia Valentina

Medical student who enjoys to write.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya