TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hydroxychloroquine Berisiko ke Jantung, Bahaya sebagai Obat COVID-19?

Malah obat itu diasosiasikan dengan bertambahnya pasien mati

nbcnews.com

Repurposed drug adalah salah satu program yang sedang dijalankan beberapa perusahaan farmasi di dunia untuk menemukan obat COVID-19. Secara mudahnya tujuan repurposed drug yaitu mengubah ulang fungsi obat-obatan terdahulu menjadi yang diinginkan. Sebagai contoh obat cacing diujicobakan untuk menjadi vaksin COVID-19.

Dari sekian banyaknya obat yang menjadi bagian repurposed drug, salah satunya adalah Hydroxychloroquine. Obat yang dikenal juga sebagai obat anti malaria ini sedang ramai dibicarakan lantaran diasosiasikan menambah jumlah kematian ketimbang menyembuhkan. Berikut ini adalah penjelasan mengenai Hydroxychloroquine tersebut.

1. Hydroxychloroquine dikenal sebagai obat untuk menangani malaria

voanews.com

Dikenal juga dengan nama plaquenil, Hydroxychloroquine yang fungsinya sebagai anti malaria ini sempat dipertimbangkan untuk obat modifikasi anti rematik. Menurut rheumatology.org obat ini mampu mengurangi rasa sakit dan bengkak akibat peradangan. Lebih dari itu Hydroxychloroquine juga digunakan sebagai obat untuk mengatasi penyakit sistem imun.

Baca Juga: Fakta Hydroxychloroquine, Obat COVID-19 yang Disebut Ampuh oleh Trump

2. Penggunaannya memiliki efek samping

france24.com

Hydroxychloroquine dikenal memiliki efek samping. Drugs.com menuliskan ada banyak efek yang bisa ditimbulkan. Mulai dari diare, urine yang menghitam, sakit kepala, kelelahan, sakit perut, hingga membengkaknya bagian kaki. Satu efek yang menjadi khas penggunaan obat ini adalah kehilangan daya penglihatan sementara waktu.

Pembelaan rheumatology.org adalah efek samping Hydroxychloroquine sangat jarang keluar. Setidaknya untuk kehilangan daya penglihatan, penderita efek ini umumnya adalah orang-orang di atas 60 tahun dengan kondisi menggunakan obat itu dalam dosis tinggi. Itu pun konsumsinya dilakukan selama bertahun-tahun.

3. Dalam kasus COVID-19, diperhatikan ada data peningkatan jumlah angka kematian akibat obat ini

france24.com

CNN dalam artikelnya yang terbit pada 22 April 2020 mempublikasikan data dari sebuah studi yang dirilis medrxiv.org. Data tersebut menyebutkan dari 368 pasien yang diperiksa, 97 pasien yang menenggak hydroxychloroquine punya angka kematian sebesar 27,8 persen. Sedangkan 158 pasien lainnya yang tidak meminum obat tersebut memiliki angka kematian 11.4 persen.

Laporan dari Los Angeles Times menyebutkan bahwa kematian akibat konsumsi hydroxychloroquine diasosiasikan dengan penyakit dan serangan jantung. Rheumatology.org sendiri tidak menyangkal hal ini, namun dalam artikelnya dituliskan efek yang mempengaruhi jantung sangat langka dan hanya muncul ketika ada penggunaan obat lainnya.

Baca Juga: Ini 8 Jenis Obat COVID-19 yang Terdaftar Secara Resmi pada BPOM

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya