Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Berdasarkan buku saku "Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5", gangguan kebiasaan dan impuls merupakan suatu gangguan kejiwaan yang ditandai oleh tindakan berulang yang tidak memiliki motivasi rasional secara jelas. Biasanya gangguan ini akan merugikan penderitanya sendiri dan bahkan dapat merugikan orang lain.
Tindakan yang disebabkan oleh gangguan ini merupakan tindakan yang tidak dapat dikendalikan oleh penderitanya. Sebelum melakukan tindakan tersebut, penderita akan merasa tegang dan akan merasa lega setelah berhasil melakukannya.
Gangguan kebiasaan dan impuls sendiri terbagi menjadi 5 jenis penyakit. Yuk kenali 5 jenis gangguan kebiasaan dan impuls berikut!
1. Intermittent explosive disorder
Dilansir dari laman mayoclinic.org dan psychologytoday.com, Intermittent explosive disorder ditandai dengan perilaku impulsif, agresif, kasar, atau ledakan verbal yang tiba-tiba dan terjadi berulang-ulang di mana penderita bereaksi terlalu berlebihan terhadap situasi tersebut. Contoh perilaku penderita intermittent explosive disorder yaitu kemarahan di perjalanan, kekerasan dalam rumah tangga, melempar ataupun menghancurkan benda.
Ledakan yang terputus-putus dan meledak-ledak ini dapat menyebabkan penderita sangat tertekan dan berdampak negatif pada hubungan dan pekerjaan, serta dapat menimbulkan konsekuensi hukum dan keuangan.
Intermittent explosive disorder adalah gangguan kronis yang dapat berlanjut selama bertahun-tahun, meskipun tingkat keparahan gejalanya dapat menurun seiring bertambahnya usia.
2. Judi Patologis
unsplash.com/Chris Liverani Masih berdasarkan buku saku "Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5", judi patologis merupakan suatu penyakit mental yang ditandai dengan adanya kebutuhan untuk mempertaruhkan uang dalam jumlah yang semakin banyak dari waktu ke waktu. Saat berusaha untuk berhenti, penderita akan merasa gelisah.
Orang yang menderita judi patologis biasanya akan berjudi secara berulang yang menetap (persistently repeated gambling), yang berlanjut dan seringkali meningkat meskipun ada konsekuensi sosial yang merugikan seperti menjadi miskin, hubungan dalam keluarga terganggu, dan kekacauan kehidupan pribadi.
Baca Juga: Mengenal Diet GAPS, Bisa Membantu Meredakan Gejala Gangguan Mental
3. Piromania
Dilansir dari laman psychologytoday.com, piromania adalah kelainan jiwa yang jarang ditemui di mana kelainan ini ditandai dengan pembakaran yang disengaja dan berulang. Orang dengan piromania sangat terpesona oleh api. Mereka akan mengalami kepuasan atau pelepasan ketegangan batin yang menumpuk begitu api dinyalakan.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-5 (DSM-5), kriteria diagnostik untuk pyromania meliputi:
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
- Daya tarik untuk membakar
- Sengaja menyalakan lebih dari satu api
- Merasa bersemangat atau tegang sebelum menyalakan api, dan merasakan kelegaan atau kesenangan setelah terjadi kebakaran
- Tidak ada alasan yang dapat menjelaskan kenapa penderita melakukan pembakaran
- Pembakaran tidak dapat dikaitkan dengan episode manik atau gangguan lainnya
4. Kleptomania
unsplash.com/James Sutton Kleptomania merupakan salah satu gangguan kejiwaan yang ditandai dengan perilaku mencuri yang berulang. Perilaku tersebut disertai dengan keinginan kuat yang tidak dapat dikendalikan. Biasanya barang yang dicuri tersebut tidak berharga dan tidak diperlukan secara pribadi oleh penderira. Oleh penderita, barang curian itu kemudian dibuang, diberikan kepada orang lain, dikembalikan secara diam-diam atau dikumpulkannya. Tindakan mencuri bukan untuk mengekspresikan kemarahan atau balas dendam dan bukan merupakan respon dari halusinasi ataupun delusi.
Penderita akan merasakan ketegangan sebelum mencuri dan diikuti rasa puas atau lega saat pencurian telah dilakukan. Walaupun ada perasaan kepuasan dan kesenangan setelah melakukan aksinya, penderita juga dapat mengalami perasaan bersalah atau depresi sesaat setelahnya.
Kleptomania harus dibedakan dengan tindakan pencurian biasa. Pada kleptomania, pencurian tidak direncanakan sebelumnya dan bukan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang kurang. Penderita kleptomania memilih mencuri pada akses yang mudah dan target yang acak, serta mencuri benda yang tidak berharga seperti pakaian, dan kaos kaki. Hal ini sangat berbeda dengan pencurian pada umumnya yang membuat strategi terlebih dahulu untuk mengambil barang yang berharga.
Penderita tidak dapat menjelaskan tujuan dan alasan mengapa ia melakukan pencurian. Ketika ditangkap dan ketahuan aksinya, penderita akan mengakui bahwa dia benar-benar melakukan pencurian. Padahal penderita dengan kleptomania umumnya mempunyai hidup yang layak dan kondisi keuangan yang stabil.
Baca Juga: Masuk Ranah Kesehatan Mental, Kenali Gangguan Stres Akut, Yuk!