Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Tak hanya satu, sakit kepala memiliki beragam jenis dengan gejala yang berbeda-beda. Contohnya ialah migrain yang dikenal dengan nyeri pada salah satu sisi dan sakit kepala tipe tegang (tension headache).
Namun, pernahkah kamu merasakan sakit kepala yang bisa bikin mata dan hidung berair? Bila pernah, itu adalah sakit kepala cluster atau sakit kepala gugus. Apa yang membedakannya dengan sakit kepala lainnya? Yuk, simak fakta medisnya berikut ini!
1. Sesuai namanya, inilah definisi sakit kepala cluster
ilustrasi sakit kepala. (pexels.com/Ron Lach) Sakit kepala cluster termasuk dalam kategori sakit kepala primer bersama dengan migrain dan sakit kepala tipe tegang.
Dilansir Healthline, sesuai dengan namanya, jenis sakit kepala yang satu ini berlangsung dalam cluster atau siklus tertentu. Penderita akan mengalami periode sakit kepala dan periode tanpa sakit kepala sama sekali.
Baca Juga: 6 Informasi seputar Migrain, Sakit Kepala Sebelah yang Mengganggu
2. Gejalanya sangat beragam dan khas
ilustrasi sakit di bagian pelipis (pexels.com/Sam Lion) Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Annals of Indian Academy of Neurology tahun 2018 menjelaskan bahwa karakteristik sakit kepala cluster ialah sensasinya yang terasa menusuk, tajam, dan tidak berdenyut.
Selain itu, terdapat pula sejumlah gejala khas sakit kepala cluster yang terjadi pada salah satu sisi wajah, yakni:
- Lakrimasi alias mata berair
- Rinorea alias keluarnya ingus dari hidung
- Mata bengkak
- Wajah memerah dan berkeringat
- Sensasi penuh pada telinga
- Ptosis alias penurunan kelopak mata
Satu periode sakit kepala cluster dapat berlangsung selama 15-180 menit jika tak segera ditangani.
3. Perjalanan penyakit ini pun menarik untuk diketahui
ilustrasi sakit kepala cluster (freepik.com/jcomp) Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Berdasarkan American Family Physician, sakit kepala cluster disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah yang merangsang nervus trigeminus yang terletak di wajah, dan mengaktivasi sistem saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang sudah disebutkan di atas tadi.
Sakit kepala cluster juga dipengaruhi oleh pelepasan histamin serta gangguan irama sirkadian, yakni ritme yang mengatur siklus tidur dan bangun seseorang.
4. Yuk, kenali faktor-faktor risiko sakit kepala cluster!
ilustrasi sakit kepala cluster (freepik.com/freepik) Menurut sebuah laporan yang dirilis dalam StatPearls tahun 2020, sejumlah faktor yang membuat seseorang lebih berisiko mengalami sakit kepala cluster antara lain:
- Berjenis kelamin laki-laki.
- Berusia lebih dari 30 tahun.
- Mengonsumsi alkohol.
- Pernah mengalami trauma atau operasi di kepala.
5. Terapi utama penyakit ini adalah inhalasi oksigen
Ilustrasi alat bantu pernapasan (freepik.com/photoroyalty) Masih berdasarkan keterangan dari American Family Physician, terapi utama sakit kepala cluster ialah inhalasi oksigen selama 15-20 menit.
Setelah itu, dokter dapat memberikan obat-obatan golongan sumatriptan, zolmitriptan, lidokain, atau oktreotid. Namun, jika penyakit ini berlangsung kronis dan berulang, terapi yang biasanya diberikan ialah obat-obatan golongan verapamil dan litium.
Baca Juga: 7 Penyebab Umum Sakit Kepala Bagian Belakang, Hati-hati!