TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Benarkah Diet Bebas Gluten Bisa Membantu Meredakan Nyeri PMS?

Katanya diet bebas gluten bisa mengurangi nyeri haid

Seorang perempuan menolak makanan mengandung gandum atau gluten agar tidak nyeri haid. (percolately.com)

Untuk banyak perempuan, menstruasi bisa menjadi tamu bulanan yang menyebalkan. Kram perut dan berbagai gejala sindrom pramenstruasi (PMS) bisa bikin tak nyaman, inginnya marah-marah terus. Lebih dari 80 persen perempuan mengalaminya.

Tak sedikit perempuan yang mengalami gejala PMS yang menyiksa, bahkan hingga mengganggu aktivitas hariannya. Sayangnya, kebanyakan menganggap keluhan ini wajar sehingga mengabaikannya. Beberapa orang mengklaim kalau nyeri PMS bisa hilang saat mengurangi makanan yang mengandung gandum atau gluten.

1. Mengapa menstruasi itu sakit?

ilustrasi nyeri saat menstruasi (diabetes.co.uk)

Percaya atau tidak, sekitar 2 persen mamalia, dari tikus sampai manusia, mengalami PMS. Seperti manusia, menstruasi pada mamalia menandakan rahim sudah siap dibuahi. Apakah mereka juga merasakan sakit?

Saat embrio berkembang, ia mendapatkan nutrisinya melalui tali pusat. Lapisan bernama endometrium menebal selama siklus menstruasi dan menghentikan plasenta, sehingga menyebabkan luka di dinding rahim. Jika sel telur tidak dibuahi, endometrium luruh untuk mempersiapkan endometrium baru. Inilah yang disebut menstruasi.

“Rasa sakit menstruasi berasal dari respons inflamasi saat lapisan rahim terlepas. Saat sel di lapisan tersebut luruh, pembuluh darah di rahim pecah. Hal ini menyebabkan pendarahan,” kata Sally King dari Menstrual Matters kepada Medical News Today.

Baca Juga: 8 Fakta Menjaga Kesehatan dan Kebersihan saat Menstruasi

2. Perempuan modern lebih banyak mengalami menstruasi

ilustrasi menstruasi (topsante.com)

Sebelum zaman modern, perempuan tidak banyak mengalami menstruasi. Ini karena mereka menghabiskan sebagian besar masa dewasanya menjadi ibu hamil dan menyusui. Dilansir BBC, selama hidup mereka, hanya 100 menstruasi yang terjadi.

Semua ini berubah di masa modern. Menurut riset gabungan Belanda dan Amerika Serikat (AS) yang dimuat dalam jurnal Breast Cancer Research and Treatment tahun 2008, sebagian besar perempuan modern mengalami lebih dari 400 menstruasi di masa antara pubertas dan menopause.

ilustrasi menstruasi (goodhousekeeping.com)

Pastinya, menstruasi ini menyebabkan rasa sakit. Sayangnya, dengan frekuensi menstruasi sebanyak itu setiap bulannya, hal ini dapat memengaruhi hidup kaum hawa.

“Masalahnya adalah bahwa menstruasi selalu menjadi hal yang tabu,” kata Dr. Pollyana Cohen kepada Medical News Today.

Lebih parah lagi, statistik perempuan yang mengalami nyeri haid pun lebih tinggi. Daripada mengutarakannya ke dokter, mereka malah mengabaikan rasa nyeri itu atau mencari cara mengobatinya sendiri lewat informasi di internet.

3. Pengobatan umum untuk nyeri PMS

ilustrasi obat-obatan (futurity.org)

Menurut Pollyana, mengobati nyeri datang bulan bersifat "coba-coba". Pertama, perlu diketahui apakah nyerinya primer (tidak memiliki penyebab klinis yang jelas) atau sekunder (ada kondisi penyerta seperti endometriosis atau fibroid). Setelah tahu, barulah diberikan perawatan.

“Untuk nyeri primer, kita mulai dengan parasetamol. Jika tidak mempan, kami beralih ke obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen, kemudian asam mefenamat,” kata Pollyana.

Meski berhasil, opsi ini bukanlah solusi jangka panjang. Pollyana memperingatkan kalau konsumsi NSAID dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah perut. Jadi, pengobatan beralih ke pengontrol hormon, seperti pil kontrasepsi, dan biasanya berhasil pada mayoritas pasien perempuan.

4. Kesaksian ampuhnya diet bebas gluten untuk menstruasi

ilustrasi menolak makanan mengandung gluten (dhcoftx.com)

Medical News Today menceritakan pengalaman seorang perempuan berinisial A berusia 18 tahun di Jerman. Saat beralih ke konsumsi rendah gluten selama 6 bulan, ia mengatakan kalau nyeri haid jadi berkurang secara signifikan.

“Saya tidak menghindari gandum sepenuhnya […] tetapi saya makan jauh lebih sedikit dari biasanya. Selama 6 bulan itu, saya hampir tidak mengalami nyeri haid,” ujar A.

Kisah lain berasal dari perempuan berinisial B berusia 21 tahun menceritakan hal yang serupa. Tak menderita endometriosis, ia kemudian mengurangi asupan glutennya.

“Perbedaannya luar biasa. Menstruasi jauh lebih mudah, dan saya tidak memiliki efek samping yang mengerikan—ruam, pendarahan, dan penambahan berat badan—seperti yang saya alami ketika mencoba pil kontrasepsi," kata B.

Baca Juga: 8 Alasan Kenapa Menstruasi Kamu Gak Teratur

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya