TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Diabetes Tipe 2 Bikin Otak Cepat Tua? Ini Studinya!

Bukti dampak diabetes juga terlihat di otak

ilustrasi diabetes (freepik.com/vistudio2019)

Sudah rahasia umum kalau diabetes bisa menyebabkan berbagai komplikasi. Penyakit gula ini bisa memengaruhi berbagai organ, salah satunya adalah otak. Menurut WebMD, diabetes tipe 2 bisa merusak pembuluh darah otak sehingga meningkatkan risiko demensia.

Sementara sudah banyak penelitian mengenai dampak diabetes tipe 2 terhadap otak, masih sedikit yang memantau bagaimana diabetes tipe 2 membuat otak jadi lebih tua. Inilah temuan studi terbaru mengenai dampak diabetes tipe 2 terhadap usia otak pengidapnya.

1. Libatkan puluhan ribu partisipan lansia

ilustrasi lansia (freepik.com/carmonaguerrero)

Dimuat dalam jurnal eLife pada 31 Mei 2022, para peneliti Amerika Serikat (AS) ingin mengetahui dampak diabetes terhadap otak yang disertai dengan faktor penuaan serta keefektifan terapi yang ada.

Untuk itu, para peneliti melibatkan data dari UK Biobank. Hasilnya, para peneliti mendapatkan 20.314 partisipan berusia 50 sampai 80 tahun. Para peneliti terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:

  • Sebanyak 1.012 pasien diabetes tipe 2.
  • Sebanyak 19.302 partisipan sehat.

Selain tes magnetic resonance imaging (MRI), para partisipan juga menjalani tes kemampuan kognitif, seperti tes memori kerja, kecepatan pemrosesan informasi, hingga fungsi eksekutif (perencanaan hingga pengorganisasian dalam mengerjakan tugas sehari-hari).

Baca Juga: 14 Tanda atau Gejala Diabetes pada Kulit, Cek Kulitmu Sekarang!

2. Hasil: diabetes tipe 2 menurunkan kinerja otak, membuatnya lebih tua

Tidak mengejutkan, para peneliti menemukan bahwa kinerja otak pasien diabetes tipe 2 menurun secara signifikan. Hasil ini terlihat dari nilai rendah di tes kognitif oleh para partisipan dengan diabetes tipe 2.

Selain itu, para peneliti mencatat bahwa diabetes tipe 2 mempercepat penurunan fungsi kognitif pada para pasien seiring usia. Ini terlihat jelas dari skor kecepatan fungsi eksekutif dan kecepatan pemrosesan informasi pada pasien diabetes tipe 2 yang menurun, masing-masing 13 dan 7 persen, dibanding kelompok sehat.

3. Kehilangan insulin membuat otak kelaparan

ilustrasi otak manusia (pixabay.com/TheDigitalArtist)

Para peneliti juga mencatat bahwa bagian otak partisipan mengalami penyusutan atau atrofi otak. Namun, kabar buruknya adalah otak para pasien diabetes tipe 2 mengalami atrofi otak paling parah. Dibanding partisipan sehat, materi abu-abu otak pasien diabetes tipe 2 mengalami penyusutan hingga 26 persen lebih cepat.

"Seolah-olah, [otak] kehilangan 10 tahun," ujar peneliti senior sekaligus profesor neurologi dari Stony Brook University School of Medicine, Lilianne R Mujica-Parodi.

Dalam penelitian bertajuk "Type 2 diabetes mellitus accelerates brain aging and cognitive decline" ini, para peneliti mencatat bahwa bagian otak yang paling terdampak adalah ventral striatum, bagian penting untuk fungsi eksekutif. Pada pasien diabetes tipe 2, bagian ini menyusut 6,2 persen lebih parah daripada partisipan sehat.

Lilianne mengatakan bahwa tingginya gula darah akibat kurangnya insulin bisa merusak pembuluh darah dan saraf tubuh, termasuk otak. Karena otak juga butuh glukosa, tanpa insulin, otak bisa kewalahan. Lilianne yakin bahwa starvasi neuron adalah penyebab penuaan otak.

"Jika memaksa neuron kelaparan, neuron akan mengalami atrofi," ujar Lilianne, dilansir WebMD.

4. Obat tidak memulihkan fungsi kognitif otak pasien diabetes tipe 2

Selain temuan tersebut, para peneliti juga memantau efektivitas metformin (obat penurun gula darah) terhadap otak pasien diabetes tipe 2. Dalam penelitian tersebut, sebanyak 498 pasien menjalani terapi dengan metformin, sementara 352 pasien tidak menerima pengobatan.

Sayangnya, meskipun sudah disesuaikan dengan indeks massa tubuh dan durasi penyakit, para peneliti menemukan bahwa metformin tidak memiliki efek apa pun yang menguntungkan kinerja kognitif otak pasien diabetes tipe 2.

Meskipun terlihat tak meyakinkan, para peneliti mengatakan bahwa masih tak mungkin untuk menentukan karakteristik terkait diabetes lainnya. Oleh karena itu, temuan mengenai metformin ini belum mencapai konklusi.

Baca Juga: Studi: Sayur dan Buah Berwarna Turunkan Risiko Penurunan Kognitif

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya