TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Berniat Pasang Kawat Gigi? Ketahui Ini Dulu, ya!

Behel bukan sekadar hiasan ataupun gaya-gayaan

ilustrasi kawat gigi, behel, atau brace (unsplash.com/Quang Tri NGUYEN)

Di rongga mulut, gigi adalah salah satu organ paling penting. Bukan hanya untuk makan, gigi juga bisa menjadi penentu rupa seseorang. Tidak jarang seseorang mau membayar ekstra atau menahan sakit demi mendapatkan gigi sempurna.

Selain menggosok gigi dan flossing, salah satu cara umum yang ditempuh untuk mendapatkan gigi indah adalah dengan memasang kawat gigi atau behel. Namun, apa saja pertimbangan sebelum pasang behel? Yuk, simak pembahasannya dalam Health Talk IDN Times pada Sabtu (27/8/2022) lalu.

1. Definisi dan fungsi behel

ilustrasi kawat gigi atau behel (freepik.com/wayhomestudio)

Berbagi informasi mengenai kawat gigi, drg. Anisa Nur Halimah, M.Kes, menjelaskan bahwa behel adalah salah satu instrumen dari cabang ilmu ortodonsia. Seperti yang kita ketahui, behel digunakan untuk mengubah atau menyusun posisi gigi sesuai keinginan pasien.

Lalu, apa yang akan didapatkan pasien dari gigi yang tersusun rapi tersebut? Menurut drg. Anisa, susunan gigi ke posisi yang seimbang amat baik untuk pengunyahan serta estetika mulut.

“Jadi, pasien mendapatkan fungsi dan estetika [gigi] yang baik,” ujar drg. Anisa yang juga adalah dosen D3 teknik gigi fakultas vokasi Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur.

2. Jenis-jenis kawat gigi

Sederhananya, drg. Anisa membagi kawat gigi menjadi dua jenis, yaitu behel karet dan behel non-karet (self-ligating). Meski begitu, tergantung dari kebutuhan, bahan untuk kawat gigi beragam, dari logam hingga safir. Selain behel, instrumen lain yang bisa mengubah posisi gigi adalah:

  • Peranti lepasan.
  • Peranti ekstra oral.
  • Aligner.

Jika membandingkan aligner yang saat ini naik daun dengan behel, drg. Anisa mengatakan hal ini tergantung dari kondisi pasien. Jika melibatkan kasus cabut gigi dan cenderung sulit, ia menyarankan behel konvensional karena arah gerak gigi lebih mudah diatur.

Saat ini pun, drg. Anisa mengatakan bahwa aligner sudah tersedia dengan teknologi yang lebih baik, sehingga posisi bisa diatur sesuai kehendak dan bisa untuk kasus yang lebih rumit. Hanya saja, kendala ada di harga.

"Kalau aligner yang tidak terlalu mahal, kasusnya umumnya terbatas, seperti [memperbaiki] celah antar gigi atau gigi miring," tambah drg. Anisa.

ilustrasi aligner bening (unsplash.com/Diana Polekhina)

Dokter gigi Anisa memperingatkan bahwa behel karet menimbulkan rasa sakit lebih dari self-ligating. Ini karena behel karet memberikan tekanan awal yang besar, sehingga sakit bertahan 3–7 hari. Di sisi lain, self-ligating memberi tekanan kecil tetapi kontinyu. Alhasil, tidak begitu sakit seperti behel karet.

Seperti yang dikatakan, drg. Anisa memperkirakan rasa sakit setelah memasang behel bertahan setidaknya 7 hari, dan perlahan pasien bisa mulai terbiasa. Akan tetapi, ini tergantung dari sensitivitas pasien terhadap rasa sakit.

“Bisa dibantu obat pereda rasa sakit, tetapi tidak boleh terlalu sering. Karena obat ini bisa memperlambat proses pergerakan giginya,” imbuh drg. Anisa.

Baca Juga: Susah-susah Gampang, Ini 8 Tips Perawatan selama Pakai Kawat Gigi

3. Kapan harus pasang behel?

Menurut drg. Anisa, memasang behel bisa dimulai sejak tumbuhnya gigi pergantian. Berkisar dari usia 10 tahun, drg. Anisa menyarankan ortodontik intraseptif. Namun, jika ingin memasang behel, ia menyarankan untuk melakukannya di usia minimal 13 atau 14 tahun saat gigi dewasa sudah tumbuh dan gigi susu sudah tanggal secara komplet.

Meski begitu, drg. Anisa mengatakan bahwa setidaknya ada tiga kondisi umum yang mengharuskan intervensi kawat gigi. Kondisi-kondisi tersebut adalah:

  • Jika susunan gigi berdesakan.
  • Jika gigi rahang atas lebih maju ke depan.
  • Jika gigi rahang bawah lebih maju ke depan.

Bukan di salah satu rahang, drg. Anisa menyarankan bahwa behel lebih baik dilakukan di rahang atas dan bawah. Ini karena pergerakan kedua rahang saling memengaruhi.

"Bisa dipasang di salah satu rahang saja, tetapi kasusnya terbatas atau sederhana [seperti korelasi rahang atas dan rahang bawah tidak terganggu]," kata drg. Anisa.

Ilustrasi behel (freepik.com/master1305)

Lalu, setelah berapa laman behel bisa dilepas? Behel terpasang selama 1–3 tahun berdasarkan tingkat kesulitannya. Namun, waktunya bervariasi mengikuti kerumitan kasus pasien gigi.

"Makin susah kasusnya, makin lama waktu pemasangannya ... Kalau mudah, mungkin bisa 1 sampai 1,5 tahun dipasang. Akan tetapi, kalau sudah ada pencabutan gigi, penarikan gigi depan, butuh lebih dari 2 tahun kurang lebih,” kata drg. Anisa.

Untuk waktu kontrol, drg. Anisa mengatakan bahwa ini tergantung dari jenis behel. Untuk behel karet, ini bisa diganti 2–3 minggu karena karet kehilangan tekanan sehingga tak bisa menggerakkan gigi. Sementara itu, untuk behel self-ligating, kontrol bisa dilakukan 2–3 bulan sekali karena tekanan masih ada untuk menggerakkan posisi gigi.

4. Dokter gigi vs tukang pasang behel

Tidak jarang, kita melihat banyak jasa pasang behel di pinggir jalan atau di media sosial dengan harga yang jauh lebih murah sehingga menarik minat banyak orang. Sebenarnya, pemasangan behel bisa dilakukan bahkan oleh mereka yang bukan dokter gigi. Namun, apakah sesuai dengan tujuan?

Dokter Anisa menekankan bahwa behel bukanlah fesyen belaka, melainkan perawatan medis untuk merapikan gigi. Ilmu ortodonsia ini dipelajari dokter selama beberapa tahun dan harus mengambil spesialisasi. Berbeda dengan tukang pasang behel yang hanya memasang tanpa tahu mengenai pergerakan gigi.

“Hanya sekadar rapi dan sehat itu beda. Jadi, dokter gigi menggerakkan gigi dengan beragam cara agar tak terjadi kerusakan yang besar,” drg. Anisa menekankan.

ilustrasi dokter gigi spesialis ortodonsia (unsplash.com/atikahakhtar)

Menurutnya, dengan gigi rapi, maka pengunyahan lebih optimal, gigi lebih estetis, dan lebih mudah dibersihkan sehingga karang gigi lebih minim. Untuk itu, dokter gigi lebih berkompetensi untuk memasang behel karena mereka telah dibekali pengetahuan tentang cara, komponen, dan anatomi untuk mencari cara aman menyesuaikan posisi gigi.

“Kalau pasang di bukan dokter gigi, mereka tidak memiliki ilmu dasar cara menggerakkan gigi. Sangat berbahaya, ya," imbuh drg. Anisa.

Tentu saja, dokter gigi juga lebih bertanggung jawab terhadap kenyamanan dan keamanan pasien behel, dari awal pasang sampai selesai. Tidak lepas tangan begitu saja, drg. Anisa menekankan bahwa mereka harus siap dihubungi dan peka terhadap keluhan pasien.

“Carilah dokter gigi yang dekat dengan rumah dan mudah dijangkau. Dengan begitu, jadi lebih mudah untuk kontrol,” ujar drg. Anisa.

5. Tips perawatan gigi saat pasang behel

ilustrasi sikat gigi interdental (colgate.com)

Berbicara mengenai langkah perawatan, pasien behel diharuskan menggunakan sikat gigi khusus. Sikat ini memiliki bagian tengah yang turun ke dalam agar bisa menjangkau gigi.

“Kemudian, kalau gosok gigi, disarankan pelan-pelan saja. Satu sampai dua menit. Yang penting bersih,” kata drg. Anisa.

Selain itu, drg. Anisa menyarankan pasien behel untuk menggunakan sikat gigi interdental. Berbentuk seperti tusuk gigi, sikat gigi interdental memiliki ujung yang bisa digunakan untuk membersihkan sela-sela gigi antara behel. Untungnya, drg. Anisa mengatakan bahwa peralatan kebersihan behel ini dijual bebas.

Jika sudah terlatih, dental floss bisa digunakan secara perlahan. Akan tetapi, penggunaannya perlu hati-hati karena banyak yang tak tahu caranya sehingga ada risiko behel terlepas. Flossing bisa dilakukan sehari sekali, seperti setiap malam.

Baca Juga: Jangan Percaya 6 Mitos tentang Kesehatan Gigi dan Dokter Gigi Ini

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya