TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Studi: Milenial Lebih Rentan Meninggal Dunia akibat Stroke

Angkanya mengkhawatirkan!

Ilustrasi stres bekerja. (Pexels.com/yanalya)

Stroke adalah kondisi saat suplai darah ke otak terhambat sehingga otak kekurangan oksigen dan mengalami kerusakan. Menurut World Stroke Organization, sebanyak 12,2 juta populasi global mengalami stroke pada tahun 2022 dan 6,5 juta meninggal dunia karenanya.

Jika dibiarkan, stroke bisa mengganggu fungsi tubuh hingga berakibat fatal. Meski dikaitkan dengan usia lanjut, sejatinya stroke tidak mengenal usia. Nyatanya, dalam sebuah penelitian terbaru, ternyata kelompok milenial atau generasi Y lebih rentan meninggal dunia akibat stroke dibanding generasi X. Mengapa demikian?

Libatkan jutaan data dari dewasa muda sampai lansia

ilustrasi stroke (freepik.com/kjpargeter)

Dimuat dalam International Journal of Epidemiology pada 7 November 2022, para peneliti Amerika Serikat (AS) mencari tahu apakah kematian akibat stroke dipengaruhi oleh usia dan generasi.

Untuk itu, para peneliti Rutgers Robert Wood Johnson Medical School meneliti kejadian kematian akibat stroke di populasi AS berusia 18–84 tahun antara periode 1975 and 2019. Dengan 4 .332 .220 data, analisis ini yang pertama memilah pasien stroke seiring meningkatnya risiko stroke iskemik pada masa tertentu.

Baca Juga: Sama-sama Bahaya, Kenali Perbedaan Stroke dan Serangan Jantung

Hasil: milenial lebih rentan wafat akibat stroke iskemik

Pemimpin penelitian tersebut, Cande Ananth, PhD., MPH., mengatakan bahwa timnya menemukan risiko stroke iskemik meningkat terutama pada mereka yang lahir setelah 1960. Meski begitu, para peneliti mencatat risiko kematian akibat stroke iskemik menurun dibanding stroke hemoragik.

Selain itu, Ananth mengatakan bahwa ada perbedaan di risiko kematian akibat stroke antara laki-laki dan perempuan seiring usia. Menurut penelitian tersebut, laki-laki berusia 55 tahun lebih berisiko meninggal dunia akibat stroke dibanding perempuan, tetapi risiko tetap sama saat menyentuh usia 85 tahun.

Kenapa milenial rentan meninggal dunia akibat stroke?

ilustrasi seorang laki-laki milenial sedang bekerja (unsplash.com/Austin Distel)

Dalam beberapa tahun terakhir, stroke pada kelompok muda memang meningkat, tetapi minim yang berakibat fatal. Seperti penelitian terbaru ini, risiko kematian akibat stroke adalah ketika pasien bertambah tua. Studi ini sejatinya tidak didesain untuk menentukan faktor risiko kepada milenial.

"Ada berbagai faktor risiko, termasuk obesitas, merokok, konsumsi alkohol, diabetes, dan hipertensi, yang menentukan risiko seseorang meninggal akibat stroke," ujar Ananth.

Selain itu, milenial masih kurang mendapatkan perawatan medis. Menurut Employee Benefit Research Institute pada 2020, hanya 65 persen milenial yang memiliki dokter perawatan utama. Angka ini terbilang rendah dibanding kelompok boomers (82 persen) bahkan generasi X (74 persen).

Pergumulan yang dihadapi milenial pun berbeda. Seiring perkembangan teknologi dan tuntutan pekerjaan, mereka jadi kurang menjaga diri sehingga kesehatannya yang jadi taruhan. Dengan kata lain, stres jadi faktor berikutnya. Meski begitu, perlu dicari tahu apa pemicu stres yang bisa meningkatkan risiko mortalitas akibat stroke.

"Kemungkinan polusi udara dan perubahan iklim terhadap risiko [kematian akibat stroke] masih belum diketahui," tambah Ananth.

Obesitas dan diabetes jadi biang kerok

Dilansir Healthline, kurangnya fokus pencegahan stroke dan serangan jantung menjadi salah satu penyebab utama. Dengan kata lain, dunia lebih fokus mengobati (terutama saat sudah parah) dibanding mencegahnya. Karena layanan preventif yang lemah, maka generasi milenial dan masa depan terkena dampaknya.

Selain itu, gaya hidup juga jadi faktor pemicu. Sementara studi terbaru ini tidak memaparkan penyebab di balik tren tersebut, berbagai penelitian mencatat bahwa risiko kematian akibat stroke ikut naik saat pasien memiliki riwayat obesitas dan komorbiditas diabetes.

"Studi ini tidak menunjukkan penyebab tren tersebut, tetapi berbagai riset lainnya mengungkapkan bahwa penyebab utamanya adalah meningkatnya tingkat obesitas dan diabetes," kata Ananth kepada Healthline.

Baca Juga: Kenapa Stroke Bisa Terjadi Berulang Kali?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya