TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Studi: Minuman Manis Bisa Sebabkan Kebotakan pada Laki-laki

Nikmat, tetapi awas lama-lama rambut menipis hingga botak

ilustrasi laki-laki dengan kebotakan (pexels.com/Brett Sayles)

Tidak hanya perempuan, tidak sedikit laki-laki yang ingin memiliki rambut lebat selamanya. Namun, bila tidak menjaga diri, kebotakan mengintai. Akibatnya, laki-laki jadi tidak percaya diri.

Salah satu hal yang bisa dipelihara adalah asupan makanan sehari-hari. Beberapa studi menunjukkan kalau metabolisme glukosa bisa memicu kondisi yang disebut androgenetic alopecia ini. Sebuah studi terbaru malah mencatat kalau minuman manis bisa memicu kebotakan pada laki-laki. Berita buruk buat yang suka minum yang manis-manis, nih!

Melibatkan ribuan partisipan dewasa muda

ilustrasi rambut laki-laki (unsplash.com/Mostafa Meraji)

Dimuat dalam jurnal Nutrients pada awal Januari 2023, para peneliti China dari Tsinghua University ingin meneliti hubungan antara konsumsi minuman manis dan kebotakan pada laki-laki muda. Studi ini dilakukan pada Januari sampai April 2022 dan awalnya melibatkan hampir 2.000 partisipan muda dari 31 provinsi China.

Pada akhirnya, para peneliti menyeleksi para laki-laki China berusia 18–45 tahun dan mendapatkan sebanyak 1.028 partisipan dengan usia rata-rata 27 tahun. Dari angka tersebut, sebanyak 436 partisipan tidak menderita kebotakan, sementara 592 partisipan menderita kebotakan.

Baca Juga: 7 Penyebab Kebotakan Dini di Usia Muda

Konsumsi manisan dan faktor-faktor lainnya

Para partisipan mengisi berbagai data melalui kuesioner daring mengenai:

  • Informasi dasar mengenai sosial dan demografis.
  • Status rambut.
  • Asupan makan.
  • Gaya hidup.
  • Status psikologis.

Mengenai minuman manis, para peneliti mengelompokkan minuman manis, yang termasuk jus manis, minuman ringan, minuman energi, susu kental manis, dan teh atau kopi manis. Konsumsi minuman-minuman manis ini diukur menggunakan Beverage Intake Questionnaire. Mengisi 15 pertanyaan, kuesioner ini mengukur konsumsi minuman, yaitu:

  • Mingguan:
    • Tidak pernah atau kurang dari sekali per minggu.
    • Sekali per minggu.
    • 2–3 kali per minggu.
    • 4–6 kali per minggu.
  • Harian:
    • Sekali sehari.
    • 2 kali sehari.
    • Lebih dari 3 kali sehari.

Kemudian, para peneliti mengonversikan jumlah minuman dan membaginya menjadi empat kelompok:

  • Jumlah besar: lebih dari 3.500 mL per minggu.
  • Jumlah sedang: 1.500–3.500 mL per minggu.
  • Jumlah kecil: 1–1.500 mL per minggu.
  • Tidak pernah: 0 mL per minggu.

Hasil: laki-laki dengan kebotakan memang mengonsumsi minuman manis berlebihan

ilustrasi minuman bersoda (pixabay.com/lernestorod)

Para peneliti menemukan bahwa dari 592 partisipan (57,6 persen) yang mengalami kebotakan, mereka cenderung:

  • Berusia lanjut.
  • Perokok (atau mantan perokok).
  • Memiliki jenjang pendidikan lebih rendah.
  • Memiliki gaya hidup sedenter.
  • Memiliki jangka waktu tidur yang lebih pendek.
  • Menderita kecemasan parah atau gangguan stres pascatrauma (PTSD).
  • Memiliki keluarga dengan riwayat kebotakan.
  • Memiliki kondisi yang terkait kebotakan.
  • Memiliki rambut yang diwarnai, keriting permanen (perm), diputihkan (bleach), atau pernah menjalani hair relaxing (perawatan pelurusan permanen yang mengandalkan proses kimiawi untuk mengurai helaian rambut).

Dari segi pola makan, para peneliti mencatat bahwa partisipan dengan kebotakan mengonsumsi makanan deep fried, madu dan gula, permen dan es krim, tetapi lebih sedikit sayur. Mereka juga diketahui meminum rata-rata 4,3 liter minuman manis per minggu, dibanding partisipan normal dengan rata-rata 2,5 liter per minggu.

Selain itu, para peneliti menemukan bahwa riwayat gangguan medis bisa memengaruhi hubungan antara konsumsi minuman manis dengan kebotakan. Ternyata, ada hubungan antara gangguan kecemasan dengan asupan minuman manis berlebihan yang memicu kebotakan.

Mengapa yang minuman manis bisa bikin botak?

Salah satu peneliti, Ai Zhao, Ph.D., mengatakan bahwa konsumsi gula berlebih meningkatkan konsentrasi gula dalam darah. Hal ini memicu jalur polyol yang mengubah glukosa menjadi gula lain.

Zhao mengatakan bahwa berbagai studi in vitro dan in vivo menunjukkan bahwa proses tersebut mengurangi jumlah glukosa ke folikel rambut sehingga memicu kebotakan. Selain itu, asupan gula berlebih juga umumnya dibarengi dengan asupan lemak tinggi yang juga memicu kebotakan.

Temuan tersebut mencatat bahwa pasien kondisi mental umumnya mengonsumsi gula berlebih. Sebuah studi di China pada 2019 menunjukkan bahwa mereka yang mengonsumsi tiga kaleng minuman manis bersoda memiliki risiko 25 persen lebih besar mengidap depresi.

Baca Juga: 6 Fakta Transplantasi Rambut, Ampuh Tutupi Kebotakan!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya