TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Studi: Pilek Janjikan Perlindungan terhadap COVID-19

Tetap, vaksinasi adalah langkah utama!

ilustrasi pilek atau selesma (unsplash.com/Brittany Colette)

Sudah lebih dari dua tahun dan dunia masih bertempur melawan pandemik COVID-19. Meski bermunculan berbagai varian, manusia tetap siaga dan terus memproduksi vaksin sebagai perisai utama melawan COVID-19. Bagaimanapun, vaksin memang adalah senjata manusia melawan berbagai penyakit.

Selain COVID-19, saat ini pilek atau selesma juga tengah merajalela. Keduanya sama-sama menyerang pernapasan dan disebabkan oleh strain virus corona, sebuah riset terbaru memaparkan bahwa infeksi pilek bisa menjanjikan proteksi terhadap infeksi SARS-CoV-2. Mari simak ulasan penelitiannya!

1. Studi skala kecil di Inggris libatkan individu yang dekat dengan pasien COVID-19

ilustrasi berinteraksi dengan pasien COVID-19 (bayshore.ca)

Dimuat dalam Nature Communications pada Senin (10/1/2022), para peneliti dari Imperial College London pada September 2020 silam ingin meneliti respons imun cross-reactive terhadap virus corona SARS-CoV-2. Secara khusus, para peneliti ingin mengetahui mengapa seseorang bisa terkena COVID-19 lebih mudah dari yang lain.

Penelitian bertajuk "Cross-reactive memory T cells associate with protection against SARS-CoV-2 infection in COVID-19 contacts" ini merekrut 52 individu yang belum divaksinasi atau terinfeksi SARS-CoV-2 dan pernah kontak erat dengan pasien COVID-19.

Secara spesifik, penelitian ini menguji sel T. Sebagai salah satu bagian terpenting dari sistem imun, sel T membunuh sel yang terinfeksi. Salah satunya adalah virus corona yang menyebabkan pilek. Sementara pilek reda, sel T menetap sebagai memori yang siap mempertahankan tubuh dari infeksi virus serupa di masa depan.

Baca Juga: Studi: Vaksin Flu Efektif Cegah Komplikasi Parah COVID-19

2. Hasil: sel-T dapat bisa melindungi dari COVID-19

ilustrasi pilek (pexels.com/AndreaPiacquadio)

Setelah 28 hari, setengah dari partisipan (26 orang) terinfeksi COVID-19, dan setengahnya lagi dites negatif COVID-19 lewat polymerase chain reaction (PCR). Mereka yang negatif COVID-19 langsung menjalani tes darah.

Hasilnya, para peneliti Inggris menemukan kadar sel T memori yang lebih tinggi pada sepertiga partisipan negatif COVID-19. Sel T dari riwayat infeksi virus corona sebelumnya (seperti pilek) bisa mengenali protein pada SARS-CoV-2.

"Studi kami adalah bukti paling jelas saat ini bahwa sel T yang dipicu oleh virus corona penyebab pilek memiliki peran melawan infeksi SARS-CoV-2," ujar salah satu peneliti, Ajit Lalvani.

3. Potensi untuk membuat vaksin yang lebih ampuh?

ilustrasi sel T (nature.com)

Sel T menyasar protein internal SARS-CoV-2 bukan protein spike. Akan tetapi, vaksin saat ini tidak bekerja seperti sel T. Oleh karena itu, para peneliti menyatakan bahwa protein internal bisa jadi target vaksin baru untuk proteksi jangka panjang, dibanding respons antibodi yang berkurang beberapa bulan setelah vaksinasi.

"Protein spike terus tertekan oleh antibodi vaksin, menyebabkan evolusi yang memproduksi varian yang mampu mengelak vaksin. Sebaliknya, protein internal yang disasar sel T tidak banyak bermutasi. Oleh karena itu, protein tidak berubah di berbagai varian SARS-CoV-2, termasuk Omicron," kata Prof. Ajit.

Oleh karena itu, menurut Ajit, vaksin dengan protein internal bisa memicu respons sel T yang bisa melindungi dari varian SARS-CoV-2 yang beredar saat ini maupun di masa depan.

Baca Juga: Keampuhan Mix-and-Match Booster Vaksin COVID-19, Didukung Studi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya