Keampuhan Mix-and-Match Booster Vaksin COVID-19, Didukung Studi

Harus vaksin yang sama atau yang berbeda untuk booster?

Menyusul langkah beberapa negara lainnya, Indonesia mengumumkan akan mulai menyuntikkan dosis ketiga atau booster vaksin COVID-19 pada 2022. Berbagai studi menunjukkan kalau suntikan booster mendongkrak antibodi terhadap COVID-19 secara signifikan.

Daripada menakar bayar atau gratis, pertimbangan yang lebih penting adalah: merek vaksin apa yang digunakan untuk booster?

Yang sudah pakai satu jenis vaksin, apakah harus jenis yang sama atau boleh yang berbeda? Bagaimana dengan efikasi dan keamanannya? Jika itu pertanyaanmu, inilah pertimbangan booster yang didukung oleh studi.

1. 2 dosis Comirnaty (Pfizer-BioNTech) + booster Pfizer-BioNTech

Keampuhan Mix-and-Match Booster Vaksin COVID-19, Didukung Studiilustrasi vaksin Pfizer-BioNTech (Dok. Reuters/Edgar Su)

Dimuat dalam jurnal New England Journal of Medicine (NEJM) pada 7 Oktober 2021, sebanyak lebih dari 1,1 juta partisipan berusia 60 tahun ke atas yang telah disuntik dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech lima bulan sebelumnya. Setelah menerima dosis ketiga vaksin Pfizer-BioNTech, risiko COVID-19 menurun hingga 95 persen.

Dua minggu kemudian, Pfizer-BioNTech merilis pernyataan bahwa dosis ketiga vaksinnya ampuh melawan COVID-19. Melibatkan 10.000 partisipan berusia 16 tahun ke atas, suntikan ke-3 Pfizer-BioNTech dapat mendongkrak imun hingga 95,6 persen terhadap COVID-19. Namun, studi ini masih menjalani ulasan sejawat (peer review).

Pada Senin (15/11/2021), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Singapura juga merilis pernyataan efikasi tiga dosis Pfizer-BioNTech. Menkes Singapura, Ong Ye Kung, menekankan bahwa tiga dosis Pfizer-BioNTech mengurangi risiko COVID-19 sebanyak 62 persen.

2. 2 dosis Pfizer-BioNTech + booster Moderna

Keampuhan Mix-and-Match Booster Vaksin COVID-19, Didukung Studiilustrasi vaksin m-RNA Pfizer-BioNTech dan Moderna (straitstimes.com)

Kemudian, Ong juga mengatakan bahwa Kemenkes Singapura menguji dua dosis Pfizer-BioNTech dengan booster vaksin Moderna. Perlu dicatat, kedua vaksin memiliki platform yang sama, yaitu messenger ribonucleic acid (m-RNA). Kombinasi ini menciptakan efikasi hingga 72 persen terhadap COVID-19.

Lalu, berdasarkan studi yang disponsori oleh National Institute of Health (NIH) pada 13 Oktober 2021 lalu, dua dosis Pfizer-BioNTech ditambah booster Moderna menambah antibodi penetral (neutralizing antibody) hingga 785,8 International Unit (IU) dan antibodi pengikat (binding antibody) hingga 6.155 unit/mL.

3. 2 dosis Moderna + booster Moderna

Keampuhan Mix-and-Match Booster Vaksin COVID-19, Didukung Studiilustrasi vaksin Moderna (gavi.org)

Melibatkan 458 partisipan, studi NIH selanjutnya juga meneliti tiga dosis Moderna terhadap COVID-19. Hasilnya, neutralizing dan binding antibody para partisipan yang menerima tiga dosis Moderna naik masing-masing 901,8 IU dan 6.799,8 unit/mL.

Dengan kata lain, bahkan lebih baik dibanding dua dosis Pfizer-BioNTech dan booster Moderna.

4. 2 dosis Moderna + booster Pfizer-BioNTech

Keampuhan Mix-and-Match Booster Vaksin COVID-19, Didukung Studiilustrasi: vaksin m-RNA Moderna dan Pfizer-BioNTech (voanews.com)

Kemudian, studi NIH tersebut juga melibatkan skenario lain, yaitu dua dosis Moderna ditambah booster Pfizer-BioNTech. Hasilnya, penambahan neutralizing dan binding antibody masing-masing 677,9 IU dan 5.195,6 unit/mL.

Ong mengatakan bahwa Kemenkes Singapura juga menguji skenario tiga dosis Moderna dan dua dosis Moderna dengan booster vaksin Pfizer. Namun, karena sampel terlalu kecil, maka hasilnya dianggap tidak signifikan. Studi NIH ini dipublikasikan lewat medRxiv atau belum menjalani peer review.

5. 2 dosis CoronaVac (Sinovac) + booster Sinovac

Keampuhan Mix-and-Match Booster Vaksin COVID-19, Didukung StudiCoronaVac, vaksin COVID-19 buatan Sinovac Biotech asal China. (straitstimes.com)

Pada 5 September 2021, sebuah studi di China yang diterbitkan di medRxiv menguji tiga dosis CoronaVac dari Sinovac Biotech. Diakui memang turun dalam 6 bulan, menyuntikkan dosis ketiga CoronaVac dapat meningkatkan antibodi hingga 2,5 kali lipat yang terlihat 4 minggu setelah injeksi.

Kemudian, menurut studi di Chile pada Oktober 2021 yang melibatkan 2 juta partisipan dan 140.132 partisipan menerima dosis ketiga vaksin Sinovac, booster vaksin dengan strain virus corona baru SARS-CoV-2 yang dimatikan (inactivated) tersebut dapat mencegah:

  • Rawat inap: 88 persen (sebelumnya 84 persen)
  • COVID-19 bergejala: 80 persen (sebelumnya 50 persen)

Lalu, pada laporan Kemenkes Chile pada 25 Oktober 2021 kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO), tiga dosis CoronaVac diketahui dapat mencegah COVID-19 hingga 73,6 persen diukur 14 hari setelah dosis ketiga.

6. 2 dosis Sinovac + booster Pfizer-BioNTech

Keampuhan Mix-and-Match Booster Vaksin COVID-19, Didukung Studiilustrasi vaksin m-RNA Pfizer-BioNTech (politico.com)

Kemenkes Chile melanjutkan laporannya bahwa 2 dosis Sinovac ditambah dengan 1 dosis Pfizer-BioNTech dapat mencegah kejadian COVID-19, hampir 95 persen.

Hal serupa juga dikemukakan oleh studi Chile pada Oktober. Pada 371.592 orang yang menerima booster vaksin m-RNA tersebut, vaksin Sinovac terdongkrak hingga mengurangi risiko:

  • Rawat inap: 87 persen (dari sebelumnya 84 persen)
  • COVID-19 bergejala: 90 persen (dari sebelumnya 56 persen)

Baca Juga: Booster Sinovac Dongkrak Imun Lawan Virus Corona Varian Delta

7. 2 dosis Sinovac + booster Comirnaty (AstraZeneca-Oxford)

Keampuhan Mix-and-Match Booster Vaksin COVID-19, Didukung StudiVaksin COVID-19 AstraZeneca (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Kemudian, dalam studi Chile ini, mayoritas partisipan studi atau 1.506.154 partisipan menerima vaksin Comirnaty (AstraZeneca-Oxford) sebagai booster. Hasilnya, vaksin dengan platform adenovirus ini meningkatkan efikasi Sinovac sebanyak:

  • Rawat inap: 96 persen (dari sebelumnya 84 persen)
  • COVID-19 bergejala: 93 persen (dari sebelumnya 56 persen)

Dengan kata lain, hasil booster AstraZeneca-Oxford dengan Sinovac adalah yang paling ampuh dibanding Sinovac dan Pfizer-BioNTech dalam studi ini. Bagaimana dengan laporan Kemenkes Chile? Booster AstraZeneca-Oxford menambah kinerja Sinovac dalam mencegah COVID-19 hampir 94 persen.

8. 1 dosis J&J + booster J&J

Keampuhan Mix-and-Match Booster Vaksin COVID-19, Didukung Studiilustrasi vaksin J&J (theconversation.com)

Berbeda dengan vaksin lainnya, vaksin Johnson & Johnson (J&J) hanya butuh satu dosis. Namun, J&J juga meneliti kemungkinan booster dengan satu dosis J&J lagi. Hal ini dikemukakan lewat studi ENSEMBLE 2 pada 21 September 2021. Pada awalnya, dosis tunggal J&J berkisar di angka 75 persen.

Dengan booster J&J yang diberikan 56 hari kemudian, efikasi vaksin J&J bertambah 94 persen terhadap COVID-19 bergejala ringan hingga kritis. Selain itu, tingkat antibodi terhadap COVID-19 bertambah 4-6 kali lipat. Lalu, jika booster diberikan 6 bulan setelah dosis pertama, maka antibodi terhadap COVID-19 dari J&J bertambah 12 kali lipat.

9. 1 dosis J&J + booster Pfizer-BioNTech

Keampuhan Mix-and-Match Booster Vaksin COVID-19, Didukung Studiilustrasi vaksin m-RNA Pfizer-BioNTech (ny1.com)

Lalu, bagaimana dengan satu dosis J&J ditambah dengan booster Pfizer-BioNTech? Studi NIH sebelumnya juga menguji kombinasi antara J&J yang dengan platform adenovirus dan Pfizer-BioNTech dengan m-RNA.

Menurut studi tersebut, booster vaksin Pfizer-BioNTech setelah 15 hari pada dosis tunggal J&J menambah masing-masing neutralizing dan binding antibody pada partisipan dengan kisaran 341,3 IU dan 2.549,5 unit/mL.

10. 1 dosis J&J + booster Moderna

Keampuhan Mix-and-Match Booster Vaksin COVID-19, Didukung StudiPetugas kesehatan menunjukkan vaksin COVID-19 Moderna saat vaksinasi dosis ketiga di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik, Medan, Sumatera Utara, Kamis (5/8/2021). (ANTARA FOTO/Fransisco Carolio)

Selain vaksin Pfizer-BioNTech, studi NIH juga membandingkan kinerja Moderna yang juga memiliki platform m-RNA untuk menunjang dosis tunggal J&J. Dengan booster Moderna setelah 15 hari, binding antibody pada partisipan naik 3.203,1 unit/mL, sementara neutralizing antibody pada para partisipan naik 676,1 IU.

11. 2 dosis Vaxzevria (AstraZeneca-Oxford) + booster AstraZeneca-Oxford

Keampuhan Mix-and-Match Booster Vaksin COVID-19, Didukung Studiilustrasi satu botol dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca (commons.wikimedia.org/Vacunació professionals)

Lewat sebuah studi pada Juni 2021, "Tolerability and immunogenicity after a late second dose or a third dose of ChAdOx1 nCoV-19 (AZD1222)", peneliti Oxford menemukan jika dua dosis AstraZeneca diberi jarak 44-46 minggu, maka titer antibodi AstraZeneca lebih tinggi, hingga 3.738 enzyme-linked immunosorbent assay [ELISA] units [EUs].

Lalu, partisipan dalam penelitian Oxford tersebut juga diberikan dosis ketiga. Hasilnya, saat dosis ketiga diberikan dalam kurun waktu 6-12 bulan setelah dosis kedua, titer antibodi partisipan mencapai 3.746 EUs pada 28 hari setelah injeksi dosis ketiga, dibandingkan 1.792 EUs 28 hari setelah dosis kedua.

12. 1 dosis AstraZeneca-Oxford + 1 dosis Pfizer-BioNTech

Keampuhan Mix-and-Match Booster Vaksin COVID-19, Didukung Studiilustrasi kombinasi vaksin AstraZeneca dan Pfizer (mdr.de)

Sebuah studi di Korea Selatan pada Juli 2021 ingin mencari tahu efikasi pencampuran vaksin (vaccine mixing) pada tenaga kesehatan (nakes) di negara tersebut. Merekrut 499 partisipan, mereka dibagi jadi tiga kelompok:

  • Sebanyak 100 nakes menerima dosis campuran AstraZeneca dan Pfizer
  • Sebanyak 200 nakes menerima dua dosis vaksin Pfizer
  • Sisanya mendapatkan dua dosis vaksin AstraZeneca

Hasilnya, 100 nakes yang menerima dosis campuran AstraZeneca dan Pfizer memiliki neutralizing antibody 6 kali lipat lebih tinggi. Meski begitu, ketiga kelompok dijamin tetap mendapatkan neutralizing antibody terhadap COVID-19.

13. 1 dosis AstraZeneca-Oxford + 1 dosis Moderna

Keampuhan Mix-and-Match Booster Vaksin COVID-19, Didukung Studiilustrasi: vaksin AstraZeneca-Oxford dan Moderna (straitstimes.com)

Selain vaksin Pfizer-BioNTech, suntikan booster dari Moderna juga dicari tahu manfaatnya untuk satu dosis AstraZeneca. Hal ini dianalisis oleh sebuah studi di Swedia pada September 2021. Dimuat dalam jurnal The Lancet Regional Health, studi ini menyertakan 721,787 partisipan.

Beberapa partisipan telah menerima dosis pertama AstraZeneca dan dosis kedua Moderna atau Pfizer. Untuk dosis kedua Moderna, para peneliti Swedia mencatatkan perlindungan dari COVID-19 hingga 79 persen.

Keampuhan Mix-and-Match Booster Vaksin COVID-19, Didukung StudiInfografis potensi mix-and-match vaksin COVID-19. (IDN Times/Aditya Pratama)
Keampuhan Mix-and-Match Booster Vaksin COVID-19, Didukung StudiInfografis potensi mix-and-match vaksin COVID-19. (IDN Times/Aditya Pratama)
Keampuhan Mix-and-Match Booster Vaksin COVID-19, Didukung StudiInfografis potensi mix-and-match vaksin COVID-19. (IDN Times/Aditya Pratama)

Itulah beberapa pertimbangan mengenai mix-and-match berbagai merek dan platform vaksin COVID-19. Tentu saja, pertimbangan utama adalah memperluas cakupan vaksin dan memenuhi target vaksinasi. Setelah itu, barulah kita bisa membicarakan booster dan mix-and-match vaksin.

Baca Juga: CDC: Moderna Paling Ampuh, Pfizer dan J&J Tetap Melindungi

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya