Tes Diagnostik Long COVID Pertama Siap Diluncurkan
Diluncurkan di Eropa bulan September
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mungkin kamu cukup capek mendengarkan, tetapi faktanya kita masih berperang melawan COVID-19. Bukan rahasia kalau COVID-19 bisa mengakibatkan berbagai gangguan bahkan setelah pasien sembuh, fenomena yang umum disebut long COVID.
Long COVID berpotensi untuk menjadi perhatian lembaga kesehatan global ke depannya. Jadi, perlu sebuah sarana deteksi akurat untuk memastikan keadaan pasien dengan long COVID.
Baca Juga: Studi Indonesia Paparkan Maraknya Fenomena Long COVID
1. Pasien long COVID memiliki karakteristik serupa
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menerjemahkan long COVID sebagai gangguan medis yang muncul pasca-infeksi SARS-CoV-2. Durasi yang dipatok untuk long COVID adalah tiga bulan setelah munculnya gejala pertama dan persisten selama minimal dua bulan. Gejala-gejala long COVID yang paling umum adalah:
- Kelelahan.
- Sesak napas.
- Gangguan daya ingat, konsentrasi, dan/atau tidur.
- Batuk yang membandel.
- Nyeri dada.
- Kesulitan berbicara.
- Nyeri otot.
- Penurunan kemampuan indra penciuman (anosmia) dan/atau perasa (higeusia).
- Depresi atau kecemasan.
- Demam.
Dalam sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal Frontiers in Immunology pada Januari 2022, pasien long COVID memiliki profil imunologi yang khas, yaitu pola penanda inflamasi. Menurut studi tersebut, para pasien memiliki protein S1 SARS-CoV-2 di monosit CD14+ dan CD16+ selama 15 bulan setelah infeksi.
Baca Juga: 22 Gejala Long COVID setelah Sembuh dari Omicron, Hati-hati!