TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tidak Mengalami Efek Samping, Tanda Vaksin COVID-19 Tak Efektif?

Ada atau tidaknya efek samping bukan ukuran efektivitas!

ilustrasi kebal setelah suntik vaksin COVID-19 (unsplash.com/engin akyurt)

Berbagai negara terus berupaya menggenjot program vaksinasi COVID-19 untuk warganya, dengan harapan kekebalan kelompok atau herd immunity bisa terbentuk sehingga pandemi bisa segera usai.

Berdasarkan COVID-19 Vaccine Tracker, saat ini sudah ada 21 jenis vaksin COVID-19 yang dipakai negara-negara dunia. Kemudian, Google melaporkan kalau saat ini, sekitar 14,1 persen atau lebih dari 1 miliar penduduk dunia sudah menyelesaikan program vaksinasi COVID-19.

1. Efek samping umum vaksin COVID-19

ilustrasi efek samping setelah vaksin COVID-19 (unsplash.com/Usman Yousaf)

Mayoritas penerima vaksin melaporkan beberapa efek samping yang muncul beberapa jam setelah vaksinasi COVID-19. Mirip dengan vaksin pada umumnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) melampirkan beberapa efek samping umum pasca vaksinasi COVID-19, meliputi:

  • Nyeri pada lokasi suntikan
  • Lokasi suntikan berubah warna kemerahan dan membengkak
  • Kelelahan
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Panas dingin
  • Demam
  • Mual

Akan tetapi, beberapa orang mengaku mereka tidak merasakan gejala-gejala tersebut. Kalau begitu, apakah ini pertanda bahwa vaksin COVID-19 tidak bekerja?

Baca Juga: Lengan Terasa Nyeri setelah Vaksinasi COVID-19? Ini Faktanya!

2. Tak ada hubungan antara efek samping dan khasiat vaksin

ilustrasi vaksinasi COVID-19 (IDN Times/Herka Yanis).

Profesor bidang epidemiologi dari Vanderbilt University Medical Center, Amerika Serikat (AS), William Schaffner, M.D., mengatakan bahwa efek samping tidak memengaruhi kekebalan yang ditawarkan vaksin. Jadi, ada maupun tiada efek samping pun, vaksin COVID-19 tetap bekerja dalam tubuh.

“Tidak ada korelasi langsung antara efek samping dan perlindungan,” kata Prof. Schaffner mengutip Medical News Today.

CDC mengatakan bahwa vaksin tipe messenger ribonucleic acid (mRNA), seperti Comirnaty dari Pfizer-BioNTech dan SpikeVax dari Moderna, memicu kekebalan dengan efektivitas lebih dari 90 persen.

3. Kondisi yang membuat kekebalan tidak terbentuk pasca vaksinasi COVID-19

ilustrasi suntikan vaksin (freepik.com/freepik)

Di sisi lain, kurang dari 10 persen penerima vaksin dua dosis mendapatkan perlindungan parsial atau tak terlindungi dari COVID-19. Mengapa begitu?

Vaksin bekerja dengan memicu tubuh membangun kekebalan terhadap patogen yang "diperkenalkan". Oleh karena itu, individu dengan gangguan sistem imun atau yang sedang menjalani terapi obat tertentu yang menekan sistem imun kemungkinan besar tidak dapat membangun kekebalan lengkap terhadap COVID-19.

"Beberapa obat imunosupresan dan yang digunakan dalam perawatan kanker, juga dapat berdampak negatif pada efektivitas vaksin COVID-19," imbuh Prof. Schaffner.

4. Tes antibodi, penilaian efektivitas vaksin COVID-19?

ilustrasi tes antibodi COVID-19 (biopharma-reporter.com)

Beberapa ilmuwan menyarankan tes antibodi untuk melihat apakah vaksin COVID-19 benar-benar meningkatkan imunitas terhadap virus corona SARS-CoV-2. Akan tetapi, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) tidak menyarankannya, apalagi jika seseorang baru menerima vaksin COVID-19 karena hasilnya bisa ambigu.

Meski tes antibodi terdengar ampuh untuk menguji antibodi yang diberikan vaksin terhadap COVID-19, hasilnya bisa saja false positive. Dengan kata lain, meski hasilnya positif, belum tentu imunitas terhadap COVID-19 sudah terbentuk.

FDA khawatir hal ini dapat membuat masyarakat jemawa dan mengabaikan protokol kesehatan (prokes), sehingga kurva penyebaran COVID-19 bisa naik.

Baca Juga: Sudah Mendapat Dosis Lengkap Vaksinasi COVID-19, Amankah Lepas Masker?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya