TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Benarkah Kurang Aktivitas Fisik Tingkatkan Risiko Keparahan COVID-19?

Satu lagi alasan untuk tidak malas gerak!

ilustrasi gaya hidup tidak aktif (pixabay.com/tookapic)

Bukan rahasia kalau gaya hidup sedenter alias banyak duduk dan sedikit berolahraga mengundang berbagai masalah kesehatan. Oleh karena itu, salah satu kunci penting tubuh sehat dan bugar adalah gaya hidup aktif dengan olahraga teratur.

Di tengah masa pandemi COVID-19, pentingnya gaya hidup aktif makin ditekankan. Kenapa? Selain dapat menjaga daya tahan tubuh optimal, ada penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa gaya hidup sedenter atau kurang gerak dapat meningkatkan risiko infeksi dan kematian akibat COVID-19.

1. Kurang gerak, faktor tersembunyi yang membuatmu rentan terinfeksi COVID-19

gaya hidup pasif dan kurang gerak (dnaindia.com)

Dalam sebuah studi berjudul "Physical inactivity is associated with a higher risk for severe COVID-19 outcomes: a study in 48,440 adult patients", kurang gerak dikaitkan dengan gejala COVID-19 kronis dan risiko kematian tinggi. Gaya hidup pasif berada di bawah usia lanjut dan riwayat transplantasi organ sebagai penyebab gejala kronis COVID-19.

Studi yang dipublikasikan di British Journal of Sports Medicine pada 13 April 2021 kemarin membeberkan temuan bahaya yang mengintai orang-orang yang kurang gerak. Disebutkan bahwa mereka yang aktivitas fisiknya minim selama 2 tahun sebelum pandemi lebih mungkin dilarikan ke rumah sakit, mendapat perawatan intensif, hingga meninggal dunia akibat COVID-19.

Biasanya, kondisi penyerta COVID-19 paling umum adalah usia lanjut, diabetes, obesitas, dan penyakit kardiovaskular. Namun, setelah dibandingkan dengan kondisi-kondisi penyerta tersebut, tim peneliti dari California, Amerika Serikat (AS), tersebut mengatakan kalau kurang gerak adalah faktor risiko terkuat tetapi tidak diperhatikan!

Baca Juga: Janggut Tingkatkan Risiko COVID-19? Simak Penjelasannya!

2. Melibatkan hampir 50.000 pasien COVID-19 di AS

ilustrasi malas gerak (pexels.com/Monica Silvestre)

Untuk membuktikan hubungan kurang gerak dengan tingkat rawat inap, frekuensi unit perawatan intensif (ICU), dan mortalitas akibat COVID-19, penelitian yang dipimpin oleh Kaiser Permanente Medical Center di California tersebut mengundang 48.440 pasien COVID-19 usia dewasa di AS.

Para pasien ini menderita COVID-19 dalam rentang waktu 1 Januari hingga 21 Oktober 2020. Usia rata-rata para peserta adalah 47 tahun, dan perbandingan tiga dari lima peserta adalah perempuan. Mereka mencetak rata-rata indeks massa tubuh sebesar 31, tepat di atas ambang rata-rata menuju obesitas.

Sekitar setengah dari para peserta tidak memiliki penyakit penyerta, seperti diabetes, kondisi paru-paru kronis, penyakit jantung atau ginjal, dan kanker. Hampir 20 persen memiliki satu, dan lebih dari 30 persen memiliki dua atau lebih penyakit penyerta.

ilustrasi lari (pexels.com/Carlos Perez)

Selain itu, para peserta juga menjalani tes Exercise Vital Sign dari Maret 2018 hingga Maret 2020. Tes-tes tersebut mencakup pertanyaan-pertanyaan aktivitas fisik dasar seperti frekuensi dan durasi olahraga per minggu.

Hasilnya, sekitar 14,4 persen pasien COVID-19 melaporkan aktivitas pasif dengan 0-10 menit aktivitas fisik per minggu. Lalu, hampir 80 persen melaporkan aktivitas sedang dengan 11-149 menit aktivitas fisik per minggu. Hanya 6,4 persen dari mereka yang secara konsisten aktif gerak dengan lebih dari 150 menit aktivitas fisik per minggu!

Dari seluruh pasien COVID-19 yang berpartisipasi, sebanyak 8,6 persen dirawat inap, sekitar 2,4 persen berada di ruang ICU, dan 1,6 persen telah meninggal dunia.

Baca Juga: 7 Alasan Kenapa Lansia Perlu Segera Mendapat Vaksinasi COVID-19

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya