TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dampak Buruk dari Berpikiran Negatif, Bisa Bikin Pikun!

Tidak sepadan dengan risikonya

ilustrasi merenung (pexels.com/Alex Green)

"Duh, dimarahi bos lagi... Emang gak cocok kali ya kerja di sini."

"Yah, nilai matkulnya nyungsep lagi. Apa salah pilih jurusan, ya?"

Sewaktu-waktu, pikiran-pikiran tersebut bisa menyerang. Pikiran negatif bisa membuat produktivitas mandek hingga badan sakit-sakitan, lo! Efek domino yang sering kali lolos dari pengamatan orang awam.

Berita buruknya, kamu tidak akan tahu kapan pikiran tersebut menyerang. Berita baiknya, kamu bisa melawannya. Namun, apa yang akan terjadi bila kamu tidak mampu atau menganggapnya terlalu remeh?

1. Tanpa kamu sadari, kamu berpikiran negatif saat kamu terpojok

ilustrasi berpikiran negatif (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Saat kamu terpojok atau terpuruk, ada dua opsi psikologis yang dapat kamu ambil: berpikir solusi atau termenung memikirkan kondisi.

Dilansir Verywell Mind, pikiran negatif adalah sebuah monolog yang muncul dalam diri, membuatmu tidak dapat mencapai potensimu yang sesungguhnya. Pikiran negatif ini bukan hanya menghambat produktivitasmu, tetapi juga sekaligus menjadi beban untuk pikiran.

Pikiran negatif tersebut bisa saja terdengar seperti sebuah "panggilan" dari masa lalu. Ibaratnya, "seandainya saja saya tidak melakukan ini... pasti hasilnya beda."

Lebih lanjut lagi, pikiran negatif dapat terdengar seperti:

  • Melindungi diri sendiri. Contohnya, "Ini bukan bidang saya, jadi lebih baik saya tidak melakukannya."
  • Menyiksa diri. Contohnya, "Kenapa sih, saya selalu gagal?".
  • Penilaian realistis terhadap keadaan. Misalnya, "Oh, saya dapat nilai jelek di matkul ini, memang saya tidak bakat di sini."
  • Fantasi yang muncul dari ketakutan dalam diri. Contohnya, "Sepertinya saya akan tetap jadi pengangguran."

Baca Juga: Jangan Takut, Ini 7 Fakta dan Solusi Trauma Psikologis

2. Studi: Pikiran negatif dan menyalahkan diri sendiri adalah celah bagi penyakit

Berpikir negatif memang dapat berpengaruh besar terhadap produktivitas. Namun, adakah hubungan antara pikiran negatif dan kesehatan kita? Tentu ada!

Dimuat dalam jurnal PLoS One, sebuah penelitian dari Inggris pada Oktober 2013 berjudul "Psychological Processes Mediate the Impact of Familial Risk, Social Circumstances and Life Events on Mental Health" menyatakan bahwa pikiran negatif dapat menjadi "tanda utama" masalah kesehatan umum.

Hasil tersebut didapat setelah melakukan percobaan terhadap 32.827 sukarelawan di Inggris. Dikutip oleh situs Psychology Today, dengan kata lain,

"Sementara kita tahu bahwa gen dan keadaan hidup berkontribusi terhadap gangguan mental seseorang, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peristiwa traumatis adalah alasan utama mengapa seseorang menderita waswas dan depresi. Namun, cara seseorang memikirkan dan menyelesaikan peristiwa traumatis tersebut adalah indikator tingkat stres dan kecemasan yang mereka rasakan," tulis Peter Kinderman, kepala peneliti dari University of Liverpool.

Jika caramu menghadapi peristiwa traumatis tersebut dengan memikirkannya terus-menerus dan menyalahkan diri sendiri, maka kemungkinan besar kesehatanmu yang akan terdampak. Jadi, jika berpikiran negatif merusak kesehatan, bagian mana yang dirusak?

3. Penjelasan singkat mengenai demensia

ilustrasi demensia (unsplash.com/Pawel Czerwinski)

Nah, salah satu masalah kesehatan terbesar yang diakibatkan oleh pikiran negatif adalah demensia. Demensia adalah kemerosotan semua kegiatan pikiran karena kerusakan atau penyakit pada otak.

Mengutip Medical News Today, salah satu gangguan demensia yang paling umum adalah penyakit Alzheimer. Gangguan degeneratif ini ditandai dengan kesulitan mengingat, berpikir, dan membuat keputusan sehingga menyusahkan kehidupan sehari-hari. Jadi, bukan sekadar pelupa, melainkan tidak dapat berpikir dengan benar juga.

Meskipun lebih sering terjadi pada lansia, beberapa kasus Alzheimer juga dapat menimpa dewasa muda. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mencatat pada tahun 2014, sekitar 5 juta penduduk Amerika Serikat (AS) menderita Alzheimer. Lembaga Alzheimer Indonesia meramalkan ada 4 juta penderita Alzheimer di Indonesia pada 2050.

Hingga saat ini, tidak ada teori pasti penyebab Alzheimer, dan obatnya pun tidak ada. Pengobatan hanya mengurangi gejala dan perubahan perilaku.

4. Hubungan antara pikiran negatif dan demensia

Jadi, apakah pikiran negatif repetitif dapat menyebabkan demensia? Pertama, kita harus tahu bahwa pikiran negatif mengarah pada depresi.

Menurut riset berjudul "Depression in Older Adults" yang dimuat dalam jurnal Annual Review of Clinical Psychology, selain menghalangi produktivitas dan hubungan sesama manusia, pikiran negatif mengakibatkan depresi. Hal inilah yang akan berbahaya bila tidak secepatnya ditangani.

Pada Juni 2020, sebuah penelitian berjudul "Repetitive negative thinking is associated with amyloid, tau, and cognitive decline" mengungkap hubungan antara pikiran negatif repetitif dengan penurunan fungsi kognitif.

Para peneliti tersebut mempelajari dua studi yang berjalan selama empat tahun dan melibatkan 360 peserta. Yang dipantau adalah tingkat pikiran negatif repetitif, depresi, waswas, dan penurunan fungsi kognitif.

Selain empat hal tersebut, dua studi tersebut juga mengukur kadar protein tau dan amiloid 113 peserta. Para peneliti menganggap penumpukan kedua protein tersebut berkontribusi pada munculnya demensia di masa depan.

Hasilnya mengejutkan! Pemimpin penelitian dari University College London, Natalie L. Marchant, mengatakan bahwa ada hubungan antara pikiran negatif repetitif dengan demensia. Makin sering seseorang berpikir negatif, makin dekat ia dengan demensia atau Alzheimer.

"Di sini, kami menemukan bahwa pola berpikir tertentu yang menyebabkan depresi dan waswas bisa menjadi alasan dasar mengapa seseorang lebih rentan terkena demensia. Bersama studi lain yang menghubungkan depresi dan waswas dengan risiko demensia, kami menyatakan bahwa pola berpikir negatif kronis dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan risiko demensia," papar Marchant.

Meskipun begitu, perlu dicatat bahwa hubungan sebab akibat antara pikiran negatif dan demensia atau Alzheimer belum dapat dipastikan secara ilmiah. Selain itu, meskipun depresi dan waswas berpengaruh besar terhadap munculnya demensia, ternyata kedua gangguan psikologis tersebut tidak ada hubungannya dengan penumpukan protein tau dan amiloid pada otak.

Baca Juga: Awas, Terlalu Banyak Berpikir Negatif Bisa Sebabkan 7 Penyakit Ini!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya