Jangan Takut, Ini 7 Fakta dan Solusi Trauma Psikologis

Lepaskan dirimu dari trauma yang mengganggu!

"Saya tidak mau lagi menjalin hubungan. Saya trauma disakiti! Lebih baik saya sendiri."

Sering mendengar cerita yang sama akhir-akhir ini? Tidak heran jika sesuatu yang menyakitkan atau menyeramkan membuat seseorang trauma. Dari peristiwa besar seperti bencana alam hingga terkecil seperti ditinggal mantan, hal tersebut bisa membuat seseorang merasakan trauma.

Namun, apa itu trauma? Apakah bisa ditangani? Jika itu pertanyaanmu, yuk, simak fakta-fakta mengenai trauma. Seperti gambar di atas, jika trauma tidak ditangani, hasilnya bisa fatal!

1. Definisi trauma, perasaan mengganggu yang terkadang tak lekang oleh waktu

Jangan Takut, Ini 7 Fakta dan Solusi Trauma PsikologisIlustrasi trauma (IDN Times/Dwi Agustiar)

This article supported by vivo as Official Journalist Smartphone Partner IDN Media.

Sebelum membahas lebih jauh soal trauma, pertama, kita harus tahu kenali definisi dari trauma. Menurut American Psychological Association (APA), trauma adalah,

"Respon emosional seseorang terhadap kejadian yang mengerikan seperti kecelakaan, pemerkosaan, hingga bencana alam."

Namun, untuk memunculkan trauma, tidak perlu kejadian besar seperti yang disebutkan APA, kejadian kecil pun dapat memunculkan trauma bagi seseorang secara jasmani hingga rohani.

Situs Medical News Today menuliskan bahwa tidak semua trauma berlangsung lama. Beberapa kasus trauma menghilang setelah beberapa hari atau minggu, dan beberapa memang mengalami trauma dalam waktu panjang sehingga mempengaruhi kehidupan mereka serta mengganggu kesehatan.

2. Riset: Anak-anak lebih rentan terkena trauma dan efeknya destruktif untuk masa depan

Jangan Takut, Ini 7 Fakta dan Solusi Trauma Psikologisthefix.com

Pepatah mengatakan bahwa anak-anak adalah ibarat kertas kosong yang bisa diisi oleh hal yang baik atau hal yang buruk. Nah, orangtua pun bisa mengisi masa kecil sang buah hati dengan kebahagiaan, atau... dengan trauma.

Kenapa trauma pada anak begitu melekat hingga dewasa? Menurut situs Early Childhood Mental Health di bawah naungan Missouri Department of Mental Health (DMH), dikarenakan otak anak kecil masih berkembang, maka kejadian trauma bisa amat membekas dalam ingatan.

Saat mengalami kejadian traumatis, otak anak akan mengeluarkan hormon kortisol yang erat dengan stres. Meskipun tidak terlihat jelas, trauma pada anak dapat menghambat pertumbuhan otak. Menurut National Child Traumatic Stress Network, jika trauma dibiarkan, sang anak akan mengalami:

  • Kesulitan mengendalikan emosi dan perilaku,
  • Tidak mendapat kemampuan tumbuh kembang dasar,
  • Mudah takut,
  • Kagetan,
  • Impulsif atau agresif, dan
  • Susah tidur.

Anak yang mengalami trauma saat kecil kemungkinan besar juga akan mengalami trauma di waktu dewasa. Menurut survei Adverse Childhood Experiences Study (ACE), trauma yang besar saat masa kanak-kanak dapat mengakibatkan hal-hal berikut di masa depan:

  • Ketergantungan alkohol,
  • Depresi dan waswas,
  • Kebiasaan gonta-ganti pasangan,
  • Percobaan bunuh diri, dan
  • Kebiasaan merokok.

Hal-hal inilah yang menjadi celah bagi penyakit jasmani dan rohani lainnya. Oleh karena itu, jika trauma dibiarkan, akan fatal untuk masa depan seseorang.

3. Jenis-jenis trauma, dari akut hingga semu

Jangan Takut, Ini 7 Fakta dan Solusi Trauma Psikologisunsplash.com/Fransisco Moreno

Kebanyakan orang menganggap trauma hanyalah "sebuah" ketakutan biasa. Padahal, jika dibagi, trauma dapat dibagi-bagi lagi menjadi klasifikasinya sendiri. Menurut DMH, trauma biasa memiliki tiga kategori:

  • Akut: trauma yang muncul akibat satu kejadian.
  • Kronis: trauma yang muncul akibat satu kejadian yang berulang-ulang (kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perundungan, atau pelecehan seksual).
  • Kompleks: trauma yang muncul akibat lebih dari satu kejadian yang berbeda.

Selain ketiga klasifikasi tersebut, Medical News Today mencatatkan vicarious trauma (VT) atau trauma sekunder adalah gangguan yang sering mengintai orang-orang yang dekat dengan pasien traumatik. Jika terpapar terlalu lama, keluarga hingga para ahli kejiwaan pun dapat mengembangkan trauma "semu" tersebut.

Baca Juga: 8 Fakta Psikologis Unik di Balik Rasa Cemburu, Bikin Kamu jadi Berbeda

4. Waspada! Gejala-gejala trauma pada seseorang

Jangan Takut, Ini 7 Fakta dan Solusi Trauma PsikologisPexels.com/Inzmam Khan

Bagaimana cara mengenali seseorang yang terganggu oleh trauma? Jika kamu atau orang terdekatmu mengalami trauma, maka ia akan menunjukkan reaksi psikologis seperti:

  • Cepat marah,
  • Suka murung,
  • Mudah kaget,
  • Cepat putus asa,
  • Penakut,
  • Pemalu,
  • Dihantui rasa bersalah, dan
  • Kesulitan berkonsentrasi.

Selain reaksi psikologis, pasien trauma biasanya akan menunjukkan reaksi fisik seperti:

  • Pusing,
  • Mual,
  • Gangguan pencernaan,
  • Jantung berdebar-debar, dan
  • Gangguan pencernaan.

Gejala-gejala di atas pun tergantung dari faktor sang pasien yang mencakup:

  • Karakter,
  • Rekam jejak psikologis,
  • Paparan terhadap kejadian traumatis di masa lampau,
  • Jenis dan sifat kejadian traumatis tersebut, dan
  • Latar belakang serta pendekatan pasien terhadap reaksi emosi terhadap kejadian tersebut.

5. Penyebab trauma, no. 1 bikin kamu sadar

Jangan Takut, Ini 7 Fakta dan Solusi Trauma PsikologisPixabay.com/Anemone123

Seperti yang kami katakan tadi, bukan hanya kejadian besar saja yang dapat menimbulkan trauma, namun kejadian mengerikan atau mengganggu yang terjadi di kehidupan sehari-hari pun dapat menimbulkan trauma. Ya, trauma adalah "reaksi" yang bisa berlangsung sebentar atau lama.

Menurut Mind, organisasi yang memantau kesehatan psikologis di Britania Raya, inilah penyebab-penyebab utama trauma pada seseorang:

  • Perundungan,
  • Pelecehan seksual,
  • Kecelakaan,
  • Persalinan,
  • Penculikan,
  • Penganiayaan,
  • Bencana alam,
  • Aksi terorisme, dan
  • Kehilangan orang tersayang.

Kejadian ini bisa saja terjadi sekali, berulang-ulang, atau sedang terjadi. Tidak harus mengalaminya, kamu pun dapat menjadi trauma sebagai saksi mata.

Sebagai catatan, tentu saja setiap orang memiliki respons berbeda-beda terhadap reaksi ini. Contohnya, saat bencana alam terjadi, orang yang tinggal di pulau yang tidak rentan terhadap bencana alam mungkin memiliki reaksi berbeda dengan orang yang tinggal di daerah yang sering terkena bencana alam. Mengapa? Sudah biasa.

6. PTSD, trauma yang tidak terselesaikan

Jangan Takut, Ini 7 Fakta dan Solusi Trauma Psikologisfamilydoctor.org

Sering kali, trauma dianggap hanya sebuah fase kehidupan seseorang yang akan hilang dengan sendirinya. Namun, apa yang terjadi jika trauma tersebut membandel? Itu artinya, trauma tersebut telah berevolusi menjadi post-traumatic stress disorder (PTSD).

PTSD sering dikaitkan dengan veteran perang. Karena pernah melihat sendiri kerasnya dan sadisnya medan peperangan, beberapa personel militer mengembangkan PTSD. Tentu saja, PTSD sebenarnya tidak hanya berlaku untuk veteran perang, lho!

PTSD memiliki gejala utama yaitu gangguan psikologis seperti waswas, depresi, sering mengalami kilas balik atau memori yang melekat tentang kejadian traumatis tersebut. Risiko yang melatarbelakangi PTSD adalah:

  • Trauma masa lampau,
  • Cedera fisik,
  • Tidak mendapat dukungan pasca trauma,
  • Menghadapi masalah lain selain kejadian traumatis, dan
  • Mengidap gangguan waswas dan depresi.

Pengidap PTSD dapat mengalami gangguan tidur, cepat marah, cepat panik jika melihat masalah, dan selalu merasa gugup atau waswas.

Anehnya, saat pengidap PTSD ditanyakan kembali soal traumanya, ia akan menunjukkan gejala "penghindaran". Mereka akan menolak membicarakan, memikirkan, atau berdekatan dengan hal-hal yang memicu trauma.

Contohnya, jika seseorang mengalami kecelakaan parah di suatu tempat dan ia menolak melewatinya lagi (padahal rutenya lebih dekat), itu adalah salah satu pertanda PTSD. Untungnya, hanya sedikit kasus trauma yang berkembang menjadi PTSD.

7. Perawatan pasca trauma, tanpa obat!

Jangan Takut, Ini 7 Fakta dan Solusi Trauma PsikologisPsychologyjobs.com

Jadi, bagaimana cara menghilangkan trauma yang mengganggu agar tidak berkembang menjadi gangguan psikologis lainnya? Bukan dengan obat, Medical News Today menyarankan terapi-terapi berikut:

  • Terapi Perilaku Kognitif (CBT), dan
  • Desensitisasi Mata dan Terapi Pemrosesan Ulang (EMDR).

Terapi CBT mengubah pola pikir pasien agar dapat mengendalikan perasaannya. Menurut riset pada 2018 berjudul "First‐line therapy for post‐traumatic stress disorder: A systematic review of cognitive behavioural therapy and psychodynamic approaches" di Inggris, CBT adalah terapi yang paling ampuh untuk menghilangkan trauma.

Sesuai namanya, terapi EMDR membantu pasien "melepaskan" trauma mereka. Terapis mengarahkan gerakan mata mereka, sementara mereka menceritakan kembali kejadian traumatis yang mereka alami. Dengan EMDR, pasien dapat memproses kejadian traumatis secara lebih baik.

Itulah fakta-fakta dan solusi untuk para penderita trauma. Trauma sejatinya adalah sebuah perasaan yang menghantui seseorang setelah kejadian tertentu. Tidak mustahil untuk disembuhkan, dan malah lebih baik disembuhkan secepatnya agar tidak menghambat perjalanan hidup.

Jika itu kamu, kami yakin, kamu pasti bisa menyelesaikan traumamu. Semangat, kamu pasti bisa!

Baca Juga: Efek Positif dan Negatif Memiliki Saudara Kandung dari Sisi Psikologis

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya