TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jangan Percaya 6 Mitos tentang Kesehatan Gigi dan Dokter Gigi Ini

Apakah hanya sekedar mitos saja?

ilustrasi pemeriksaan gigi oleh dokter gigi (pexels.com/Cedric Fauntleroy)

"Daripada sakit hati,
lebih baik sakit gigi..."

Kamu yakin mau mengikuti lirik lagu dangdut yang populer di Indonesia itu?

Salah satu bagian terpenting dari tubuh manusia adalah gigi. Selain untuk mengunyah dan menggigit, gigi memiliki fungsi penting sebagai indikator kesehatan seseorang. Oleh karena itu, banyak juga mitos mengenai gigi yang sering kali dikaitkan dengan kesehatan. Rongga mulut yang tidak terawat menandakan kesehatan yang buruk.

Namun, banyak orang yang mengaitkan hal-hal yang belum tentu kebenarannya dengan kesehatan gigi. Entah apa yang mendasari pernyataan itu, tetapi hal tersebut menjadi keyakinan luas yang beredar di masyarakat.

Jadi, apa sajakah mitos-mitos mengenai gigi? Apakah hal tersebut benar adanya?

Mitos 1: Makin digosok, makin kinclong!

ilustrasi menyikat gigi (freepik.com/gpointstudio)

Itu gigi, bukan lantai! Saat kamu membersihkan sesuatu, memang prinsip ini berlaku. Apalagi, saat membersihkan panci atau piring dengan noda membandel. Kamu bahkan perlu sikat metal.

Akan tetapi, itu gigimu sendiri, lo! Walaupun maksudnya baik, tetapi gigimu adalah salah satu organ yang rapuh. Dilansir American Dental Association (ADA), jika kamu terlalu "bersemangat" menggosok gigimu, bukannya sehat, kamu malah menyakiti dirimu sendiri.

Hal ini disebabkan karena gigi manusia dilapisi oleh lapisan enamel yang melindungi interior gigi dari ancaman lubang dan pembusukan. Apalagi jika kamu menggunakan sikat gigi dengan bulu sikat yang tebal atau medium, bisa ambyar!

Itulah sebabnya, banyak orang yang mengalami sakit gigi walaupun rajin sikat gigi. Kamu disarankan untuk menyikat gigi biasa saja asal dilakukan dengan teknik yang benar, dengan menggunakan sikat gigi berbulu tipis dan halus.

Mitos 2: Flossing? Gak perlu, lah!

ilustrasi flossing gigi (thedaily.case.edu)

Hal ini adalah kesalahan yang paling biasa dilakukan oleh orang Indonesia. Malah, kemungkinan besar orang Indonesia tidak tahu konsep flossing. Tahunya, "konsep tusuk gigi setelah makan".

Flossing adalah teknik membersihkan gigi menggunakan benang gigi (dental floss). Video berikut menunjukkan tata cara flossing yang baik dan benar:

Namun, walaupun praktik flossing lebih banyak dilakukan oleh khalayak mancanegara, mereka pun berpikir bahwa flossing hanya buang-buang waktu dan tenaga! Terbentuk pemikiran bahwa flossing malah membuat gigimu berjarak.

Terlebih lagi, saat flossing dilenyapkan dari Dietary Guidelines for Americans, pedoman gizi bagi orang Amerika Serikat, mereka tambah besar kepala.

Padahal, walaupun tidak didukung oleh bukti kuat, flossing adalah praktik yang direkomendasikan oleh ahli gigi. Dengan teknik flossing, ada sisa-sisa makanan kecil yang hanya dapat dibuang dengan benang gigi; sehingga, mencegah pembentukan karang gigi dan plak.

Baca Juga: Wajib Tahu, 7 Kesalahan Umum yang Sering Dilakukan Saat Menyikat Gigi

Mitos 3: Ibu hamil tidak boleh ke dokter gigi

ilustrasi ibu hamil memeriksakan gigi (mexicodental.co)

Banyak ibu hamil yang menganggap bahwa obat-obatan yang diberikan oleh dokter, termasuk dokter gigi, akan berdampak pada janinnya. Ini pikiran yang keliru.

Jika memang memiliki masalah gigi, malah harus disegerakan berobat. Pastinya, obat-obatan yang diberikan sudah terdaftar, teruji, dan aman untuk ibu hamil dan janin. Akan tetapi, ibu hamil tetap harus memberi tahu perihal kehamilan mereka terlebih dulu kepada dokter gigi.

Mitos 4: Gula, penjahat utama rongga mulut

ilustrasi gula (newshub.co.nz)

"Eh, jangan makan permen! Nanti giginya berlubang, lo!"

Mungkin anak-anak di seluruh dunia sering mendengar itu, termasuk Willy Wonka. Gula yang terkandung pada cokelat, karamel, lolipop, dan semacamnya dijadikan kambing hitam untuk gigi berlubang.

Mitos 5: Kalau ada masalah, baru ke dokter gigi

ilustrasi dokter gigi (pixabay.com/oswaldoruiz)

Salah satu persepsi yang salah adalah kalau tidak ada masalah, berarti tidak ada apa-apa. Hal itu juga berlaku pada gigi. Banyak orang yang menjadi malas untuk mengunjungi dokter gigi secara rutin karena merasa tidak ada masalah.

"Lebih baik mencegah daripada mengobati."

Kamu perlu mengingat kalimat ini baik-baik. Terkadang, ada beberapa penyakit yang tidak kelihatan gejalanya, tetapi tiba-tiba menjadi besar!

Hal itu sama dengan gigi. Memeriksakan gigi secara rutin tidak ada salahnya. Malah, hal itu direkomendasikan. Kenapa? Memeriksa gigi itu murah, mengobati sakit gigilah yang mahal.

Tidak menunjukkan gejala, tidak berarti tidak ada. Malah, jika sudah menumpuk, memang tidak terasa. Barulah, ketika sudah serius, berarti giginya sudah beyond help. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, gigi tersebut harus dicabut. Kamu kesakitan, uang terbang, dan waktu terbuang. Bukan demi kantong, ahli gigi menyarankan agar berkunjung ke dokter gigi dua kali dalam setahun untuk dibersihkan dan diperiksa.

Baca Juga: 7 Risiko Kesehatan Serius jika Kamu Tak Jaga Kesehatan Gigi dan Mulut

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya