TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Phantom Pain: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan

Adanya rasa sakit pada bagian tubuh yang tak lagi ada

ilustrasi phantom pain (atlantaspineinstitute.com)

Setelah bagian dari lengan atau kaki diamputasi, ada kemungkinan seseorang merasakan sakit pada bagian tubuh yang sudah tidak lagi ada. Inilah yang dikenal dengan phantom pain atau phantom limb pain. Ini paling sering dialami di lengan dan kaki, tetapi bisa juga dirasakan di bagian tubuh lainnya yang diangkat, misalnya payudara.

Bagi sebagian orang, rasa sakit akan hilang dengan sendirinya. Namun, bagi beberapa orang lainnya, phantom pain bisa bertahan lama dan parah. Bila mengalaminya, segera laporkan ke dokter agar bisa segera mendapat perawatan.

Phantom pain tergolong umum pada orang-orang yang telah menjalani amputasi. Dilansir Mayo Clinic, kebanyakan orang yang diamputasi akan memiliki perasaan yang terhubung dengan anggota tubuh mereka yang hilang dalam waktu 6 bulan setelah operasi.

1. Gejala

ilustrasi amputasi (healtheurope.eu)

Nyeri phantom pain mungkin dirasakan berbeda-beda pada setiap orang. Mengutip WebMD, rasa nyeri mungkin akan terasa seperti:

  • Sensasi terbakar
  • Seperti ditembak
  • Seperti ditusuk-tusuk jarum
  • Seperti dipelintir
  • Seperti diremukkan
  • Seperti tersengat listrik

Selain rasa sakit, pengidapnya mungkin juga merasakan perasaan lain dari bagian tubuh yang sudah tidak ada lagi, yang bisa meliputi:

  • Pergerakan
  • Suhu
  • Tekanan
  • Getaran
  • Gatal

2. Penyebab

ilustrasi phantom pain (cdr.cz)

Penyebab pasti phantom pain tidak jelas, tetapi tampaknya berasal dari sumsum tulang belakang dan otak. Selama pemindaian pencitraan, misalnya MRI atau PET, bagian otak yang telah terhubung secara neurologis ke saraf anggota tubuh yang diamputasi menunjukkan aktivitas ketika orang tersebut merasakan phantom pain.

Banyak ahli percaya phantom pain mungkin merupakan respons terhadap sinyal campuran dari otak. Setelah amputasi, area sumsum tulang belakang dan otak kehilangan input dari anggota tubuh yang hilang dan menyesuaikan diri dengan cara yang tidak terduga. Hasilnya, dapat memicu pesan paling mendasar dari tubuh bahwa ada sesuatu yang tidak beres, yaitu rasa sakit.

Studi juga menunjukkan bahwa setelah amputasi, otak dapat memetakan kembali bagian dari sirkuit sensorik tubuh ke bagian lain dari tubuh. Dengan kata lain, karena area yang diamputasi tidak lagi dapat menerima informasi sensorik, informasi tersebut "dirujuk" ke tempat lain—dari tangan yang hilang ke pipi yang masih ada, misalnya.

Jadi ketika pipi disentuh, seolah tangan yang hilang juga disentuh. Karena ini adalah versi lain dari kabel sensorik yang kusut, hasilnya bisa berupa rasa sakit.

Sejumlah faktor lain diyakini berkontribusi terhadap phantom pain termasuk ujung saraf yang rusak, jaringan parut di lokasi amputasi dan memori fisik nyeri pra-amputasi di daerah yang terkena. Prostesis yang tidak pas juga dapat menyebabkan nyeri, meskipun hal ini biasanya dianggap sebagai penyebab residual limb pain.

Baca Juga: 7 Kebiasaan Ini Terlihat Sepele, tapi Sangat Berbahaya untuk Kesehatan

3. Faktor risiko

ilustrasi phantom pain (ntcotexas.com)

Tidak semua orang yang menjalani amputasi akan mengembangkan phantom pain. Beberapa faktor yang mungkin meningkatkan phantom pain di antaranya:

  • Nyeri sebelum amputasi. Beberapa peneliti telah menemukan bahwa orang-orang yang pernah mengalami nyeri sebelum amputasi lebih mungkin untuk mengembangkan phantom pain setelah amputasi. Ini mungkin karena otak menyimpan memori rasa sakit dan terus mengirimkan sinyal rasa sakit, bahkan setelah anggota badan telah diamputasi.

  • Nyeri bagian tubuh yang tersisa (residual limb pain). Orang yang mengalami nyeri persisten di bagian anggota tubuh yang tersisa biasanya juga mengalami phantom pain. Nyeri bagian tubuh yang tersisa dapat disebabkan oleh pertumbuhan abnormal pada ujung saraf yang rusak (neuroma) yang sering mengakibatkan aktivitas saraf yang menyakitkan.

4. Pencegahan

ilustrasi seseorang dengan tangan prostetik (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Karena risiko mengembangkan phantom pain lebih tinggi untuk orang yang pernah mengalami nyeri pada anggota badan sebelum amputasi, beberapa dokter merekomendasikan anestesi regional (tulang belakang atau epidural) dalam beberapa jam atau hari menjelang amputasi.

Hal tersebut dapat mengurangi rasa sakit segera setelah operasi dan mengurangi risiko phantom pain yang bertahan lama.

5. Diagnosis

ilustrasi konsultasi dokter (freepik.com/tirachardz)

Tidak ada tes medis untuk mendiagnosis phantom pain. Namun, dokter bisa mengidentifikasinya berdasarkan gejala dan kondisi pasien, seperti trauma atau pembedahan, yang terjadi sebelum nyeri dimulai.

Mendeskripsikan rasa sakit dengan akurat akan sangat membantu dokter menentukan masalah yang dialami. Meskipun phantom pain dan residual limb pain pada saat yang bersamaan merupakan hal yang umum, tetapi perawatan untuk kedua kondisi ini mungkin berbeda. Jadi, diagnosis akurat sangat penting.

6. Pengobatan medis

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Tidak ada obat yang secara spesifik mengatasi phantom pain. Namun, obat-obatan untuk kondisi lainnya, dari depresi hingga epilepsi, dapat membantu. Berikut ini beberapa jenis obat yang mungkin diresepkan oleh dokter:

  • Antidepresan trisiklik: Amitriptyline, nortriptyline, dan tramadol dapat meredakan nyeri saraf dengan mengubah bahan kimia di tubuh yang mengirimkan sinyal nyeri.
  • Antikonvulsan: Obat-obatan ini mengobati kejang, tetapi beberapa dapat membantu nyeri saraf. Ini mungkin termasuk carbamazepine, gabapentin, dan pregabalin.
  • Opioid: Kodein dan morfin mungkin bisa meredakan phantom pain pada beberapa orang. Beri tahu dokter bila ada riwayat penyalahgunaan zat sebelum mengonsumsi jenis obat ini.
  • Obat penghilang nyeri lainnya: Seperti antagonis reseptor NMDA (dextromethorphan dan ketamin), obat nyeri yang dijual bebas (aspirin dan asetaminofen), dan injeksi pemblokir nyeri di area tubuh yang diamputasi.

Pembedahan dapat menjadi pilihan jika perawatan lain tidak membantu. Pilihan pembedahannya adalah stimulasi otak. Stimulasi otak dalam dan stimulasi korteks motorik mirip dengan stimulasi sumsum tulang belakang, kecuali stimulasi disampaikan di dalam otak.

Seorang ahli bedah menggunakan pemindaian MRI untuk memosisikan elektroda dengan benar. Meskipun datanya masih terbatas dan perawatan ini tidak secara khusus disetujui untuk phantom pain, tetapi stimulasi otak tampaknya menjadi pilihan yang menjanjikan pada individu tertentu.

Baca Juga: 8 Risiko Kesehatan Berbahaya dari Memakai Baju Ketat, Masih Mau Pakai?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya