TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Abses Otak: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Kumpulan nanah di jaringan otak

ilustrasi abses otak (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Abses otak atau abses serebri adalah kumpulan nanah di jaringan otak, yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur. Kondisi ini dapat berkembang sebagai komplikasi dari infeksi, trauma, atau pembedahan.

Dilansir Harvard Health Publishing, abses otak tergolong kasus yang jarang, akan tetapi orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah (seperti orang dengan HIV atau orang yang baru menerima transplantasi organ) lebih mungkin untuk mengalaminya. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai abses otak, simak ulasan lengkapnya berikut ini.

 1.  Apa itu abses otak?

ilustrasi abses otak (kowsarpub.com)

Abses otak adalah kumpulan nanah yang berkembang sebagai respons terhadap infeksi atau trauma. Ini merupakan kondisi serius dan berpotensi mengancam nyawa.

Pada masa lalu, abses otak selalu berakibat fatal. Akan tetapi, menurut laporan dalam jurnal Neurohospitalist tahun 2014, para peneliti mencatat bahwa kemajuan dalam diagnosis dan pengobatan telah secara signifikan meningkatkan peluang untuk bertahan hidup.

Efeknya bisa bervariasi, tergantung pada ukuran abses dan di mana abses terbentuk di otak.

Sebagai gambaran angka kasus, dilansir StatPearls, antara 1.500 dan 2.500 kasus abses otak terjadi setiap tahunnya di Amerika Serikat (AS). Kondisi ini paling mungkin menyerang laki-laki dewasa usia di bawah 30 tahun. Di antara anak-anak, abses otak paling sering berkembang pada usia 4–7 tahun. Bayi baru lahir juga berisiko. Program vaksinasi telah mengurangi kejadian abses otak pada anak kecil.

Baca Juga: Abses Peritonsil: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

2. Gejala

ilustrasi sakit kepala (unsplash.com/Usman Yousaf)

Mengutip Medical News Today, beberapa tanda dan gejala abses otak yang perlu diwaspadai di antaranya:

  • Sakit kepala (69–70 persen kasus).
  • Demam (45–53 persen).
  • Kejang (25–35 persen).
  • Mual dan muntah (40 persen).

Kejang mungkin adalah tanda pertama abses. Mual dan muntah cenderung muncul saat tekanan terbentuk di dalam otak.

Nyeri umumnya dimulai di sisi kepala di mana abses terbentuk, dan ini bisa terjadi tiba-tiba maupun mendadak.

Perubahan pada status mental muncul pada 65 persen kasus, dan ini bisa menyebabkan:

  • Kebingungan.
  • Mengantuk dan lesu.
  • Iritabilitas atau lekas marah.
  • Fokus mental yang buruk.
  • Respons buruk.
  • Proses berpikir yang lambat.
  • Koma (kemungkinan).

Kesulitan neurologis memengaruhi 50–65 persen orang dengan abses otak. Masalah-masalah ini sering mengikuti sakit kepala, muncul dalam beberapa hari atau minggu, dan dapat mencakup:

  • Kelemahan otot.
  • Kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh.
  • Gangguan berbicara, misalnya bicara cadel.
  • Koordinasi tubuh yang buruk.

Gejala lainnya yang bisa muncul meliputi:

  • Kekakuan di leher, punggung, atau bahu.
  • Penglihatan kabur, ganda, atau keabuan.

Gejala-gejala abses otak adalah akibat dari kombinasi infeksi, kerusakan jaringan otak, dan tekanan pada otak, karena abses tumbuh untuk mengambil lebih banyak ruang.

Bila sakit kepala tiba-tiba memburuk, ini mungkin artinya abses pecah.

Dilansir StatPearls, dalam dua pertiga kasus, gejala muncul selama 2 minggu. Rata-rata, dokter mendiagnosis masalah ini 8 hari setelah gejala dimulai.

3. Penyebab

ilustrasi cedera kepala (pexels.com/Karolina Grabowska)

Dilansir nidirect, terdapat tiga mekanisme utama abses otak bisa berkembang, yakni:

  • Infeksi di bagian lain tengkorak, seperti infeksi telinga, sinusitis, atau abses gigi yang bisa menyebar langsung ke otak.
  • Infeksi di bagian lain tubuh, misalnya infeksi yang menyebabkan pneumonia yang menyebar ke otak melalui darah.
  • Trauma, seperti cedera kepala parah, yang membuat tengkorak retak, memungkinkan bakteri atau jamur masuk ke otak.

Dalam beberapa kasus, sumber infeksi tidak diketahui.

4. Faktor risiko

ilustrasi obat-obatan kemoterapi (unsplash.com/National Cancer Institute)

Semua orang pada dasarnya bisa mengalami abses otak. Namun, beberapa kelompok memiliki risiko lebih besar daripada yang lainnya, seperti dilansir Healthline. Beberapa penyakit, gangguan, dan kondisi yang dapat meningkatkan risiko abses otak di antaranya:

  • Sistem kekebalan yang terganggu karena HIV atau AIDS.
  • Kanker dan penyakit kronis lainnya.
  • Penyakit jantung bawaan.
  • Cedera kepala berat atau patah tulang tengkorak.
  • Meningitis.
  • Obat imunosupresan, seperti yang digunakan dalam kemoterapi.
  • Sinus kronis atau infeksi telinga tengah.

Cacat lahir tertentu memungkinkan infeksi mencapai otak lebih mudah melalui gigi dan usus. Salah satu contohnya adalah tetralogi Fallot, yang merupakan kelainan jantung.

5. Diagnosis

ilustrasi diagnosis abses otak (medicalnewstoday.com)

Bila seseorang dicurigai mengalami abses otak, penilaian awal akan dilakukan berdasarkan:

  • Gejala.
  • Riwayat kesehatan.
  • Apakah baru saja mengalami infeksi atau sistem kekebalan yang melemah.

Tes darah juga dapat dilakukan untuk memeriksa infeksi.

Bila dirujuk ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut, pemeriksaan berikut ini bisa dilakukan terhadap pasien:

  • CT scan.
  • MRI.

Baca Juga: Abses Bartholin: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatan

Verified Writer

Derinda Astri Irdiyana

Jual hamster Bergas Ungaran Kabupaten Semarang Instagram @dekyrahamster030721

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya