TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Botulisme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Merupakan kondisi keracunan langka tetapi sangat serius

Bakteri Clostridium botulinum penyebab penyakit botulisme. (childrenshospital.org)

Botulisme adalah penyakit yang disebabkan oleh racun botulinum. Racun ini bisa menyebabkan kelumpuhan yang dimulai di wajah, lalu menyebar ke anggota tubuh. Bila racun menyebar ke otot pernapasan, gagal napas bisa terjadi.

Merupakan penyakit langka tetapi bisa berakibat fatal, berikut ini fakta seputar botulisme yang perlu kamu ketahui. 

1.  Apa itu botulisme?

Bakteri Clostridium botulinum. (pixnio.com/Dr. George Lombard, USCDCP)

Dilansir Mayo Clinic, botulisme adalah kondisi langka namun serius yang disebabkan oleh racun dari bakteri Clostridium botulinum (C. botulinum).

Jenisnya ada tiga, yaitu:

  • Botulisme bawaan makanan (foodborne botulism): bakteri berbahaya berkembang biak dan menghasilkan racun di lingkungan dengan sedikit oksigen, seperti dalam makanan kaleng rumahan.
  • Botulisme luka (wound botulism): jika bakteri ini menginfeksi luka, mereka dapat menyebabkan infeksi berbahaya yang menghasilkan toksin.
  • Botulisme bayi (infant botulism): bentuk botulisme yang paling umum ini dimulai setelah spora bakteri tumbuh di saluran usus bayi. Ini biasanya terjadi pada bayi antara usia 2 bulan dan 8 bulan.

Semua jenis botulisme bisa berakibat fatal dan dianggap sebagai kondisi darurat medis.

Baca Juga: 8 Bakteri Berbahaya dalam Makanan yang Sering Menyebabkan Keracunan

2. Gejala

ilustrasi bayi menangis (pexels.com/Laura Garcia)

Gejala botulisme berdasarkan jenisnya antara lain:

1. Botulisme bawaan makanan

Tanda dan gejala jenis ini biasanya dimulai antara 12 dan 36 jam setelah racun masuk ke tubuh. Akan tetapi, bergantung pada seberapa banyak racun yang dikonsumsi, gejala awal dapat berkisar dari beberapa jam hingga beberapa hari.

Tanda dan gejalanya meliputi:

  • Kesulitan menelan atau berbicara 
  • Mulut kering 
  • Kelemahan wajah di kedua sisi wajah 
  • Penglihatan kabur atau ganda
  • Kelopak mata terkulai 
  • Kesulitan bernapas 
  • Mual, muntah, dan kram perut
  • Kelumpuhan 

2. Botulisme luka

Umumnya muncul sekitar 10 hari setelah toksin masuk ke dalam tubuh. Tanda dan gejalanya termasuk:

  •  Kesulitan menelan atau berbicara
  •  Kelemahan wajah di kedua sisi wajah
  •  Penglihatan kabur atau ganda
  •  Kelopak mata terkulai
  •  Kesulitan bernapas
  •  Kelumpuhan

Luka mungkin tampak merah dan bengkak, atau bisa juga tidak.

3. Botulisme bayi

Jika botulisme bayi terkait dengan makanan, seperti madu, masalah biasanya dimulai dalam 18 hingga 36 jam setelah toksin memasuki tubuh bayi. Tanda dan gejalanya adalah:

  • Sembelit, sering kali merupakan tanda pertama
  • Gerakan terkulai karena kelemahan otot dan kesulitan mengontrol kepala
  • Tangisan terdengar lemah
  • Lekas marah
  • Air liur berlebihan
  • Kelopak mata terkulai
  • Kelelahan
  • Kesulitan saat menyusui atau makan
  • Kelumpuhan

3. Penyebab dan faktor risiko botulisme

ilustrasi tuna kaleng (freepik.com/asier-relampagoestudio)

Menurut keterangan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), 65 persen kasus botulisme terjadi pada bayi atau anak-anak di bawah usia 1 tahun. Botulisme pada bayi biasanya disebabkan oleh paparan tanah yang terkontaminasi, atau karena memakan makanan yang mengandung spora bakteri.

Madu dan sirop jagung adalah dua contoh makanan yang bisa terkontaminasi. Spora ini dapat tumbuh di dalam saluran usus bayi, melepaskan racun botulisme. Anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa memiliki pertahanan alami yang mencegah pertumbuhan bakteri.

Sekitar 15 persen kasus botulisme ditularkan melalui makanan. Ini bisa berupa makanan kaleng rumahan atau produk kaleng komersial yang tidak diproses dengan benar. Menurut laporan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), toksin botulisme telah ditemukan di:

  • Sayuran yang diawetkan dengan kandungan asam rendah, seperti bit, bayam, jamur, dan kacang hijau
  • Ikan tuna kalengan
  • Ikan fermentasi, asap, dan asin
  • Produk daging, seperti ham dan sosis

Angka kejadian botulisme luka akibat spora bakteri yang memasuki luka terbuka sebesar 20 persen dari semua kasus botulisme. Tingkat kejadian botulisme jenis ini telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena penggunaan obat-obatan, karena spora umumnya terdapat dalam heroin dan kokain.

Botulisme tidak ditularkan dari orang ke orang. Seseorang harus mengonsumsi spora atau toksin melalui makanan, atau toksin tersebut harus masuk ke luka, hingga menimbulkan gejala keracunan botulisme.

4. Diagnosis

ilustrasi laboratorium biohazard BPOM (Dok. Humas Badan POM)

Untuk mendiagnosis botulisme, dokter akan memeriksa tanda-tanda kelemahan otot atau kelumpuhan, seperti kelopak mata terkulai dan suara lemah. Dokter juga akan menanyakan tentang makanan yang dikonsumsi pasien dalam beberapa terakhir dan bertanya apakah pasien mungkin telah terpapar bakteri melalui luka.

Dalam kasus kemungkinan botulisme pada bayi, dokter mungkin akan menanyakan apakah anak tersebut baru saja makan madu dan mengalami konstipasi atau lesu.

Analisis darah, tinja, atau muntah untuk bukti toksin dapat membantu memastikan diagnosis botulisme bayi atau bawaan makanan. Akan tetapi, karena tes ini mungkin makan waktu berhari-hari, pemeriksaan dokter adalah cara utama untuk mendiagnosis botulisme.

5. Pengobatan dan risiko komplikasi

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Dilansir WebMD, dokter akan meminta pasien dirawat di rumah sakit. Nantinya, pengobatan yang akan diberikan meliputi:

  • Antitoksin: merupakan perawatan utama, ini akan mengganggu racun dalam aliran darah. Obat ini sering kali membantu menghentikan gejala memburuk.
  • Antibiotik: kadang ini bisa bekerja pada kasus botulisme luka. Antibiotik tidak bisa digunakan untuk jenis botulisme lainnya.
  • Alat bantu pernapasan: jika botulisme sangat memengaruhi otot untuk bernapas, pasien mungkin butuh alat bantu pernapasan, yaitu ventilator mekanis, mungkin bisa sampai berbulan-bulan bila penyakitnya parah.
  • Terapi: pasien mungkin butuh program untuk membantu kemampuan bicara, menelan, dan fungsi tubuh lainnya saat kondisi mulai membaik.

Pada kebanyakan kasus, botulisme bayi tidak memunculkan efek jangka panjang. Menurut National Institutes of Health, kurang dari 1 persen kasus botulisme bayi di Amerika Serikat berakibat fatal. Sekitar 50 tahun yang lalu, setengah dari semua pasien dengan botulisme meninggal, dibandingkan dengan antara 3 persen dan 5 persen saat ini.

Gagal napas akibat botulisme dapat menyebabkan kematian.

Pasien dengan gejala yang parah mungkin memerlukan alat bantu pernapasan dan kadang perawatan medis dan perawatan intensif selama beberapa bulan. Kelelahan dan sesak napas bisa berlangsung selama bertahun-tahun.

Beberapa penyakit mungkin bisa berkembang akibat kondisi pasien, dan ini kadang bisa berakibat fatal.

Seseorang yang mengalami kelumpuhan dapat pulih dari botulisme dengan bantuan antitoksin, antibodi yang dapat menetralkan toksin, tetapi antitoksin tidak akan menyembuhkan kelumpuhan yang telah terjadi.

Baca Juga: Tanaman Beracun Oleander Dijadikan Obat COVID-19? Ini Faktanya!

Verified Writer

Derinda Astri Irdiyana

Jual hamster Bergas Ungaran Kabupaten Semarang Instagram @dekyrahamster030721

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya