TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Komponen Bioaktif terkait Gangguan Spektrum Autisme

Butuh makanan dengan sifat antioksidan dan antiiflamasi

ilustrasi anak-anak memakai topeng (pexels.com/Artem Podrez)

Gangguan spektrum autisme atau autism spectrum disorder (ASD) pertama kali ditemukan pada tahun 1943 oleh seorang psikiater anak, yaitu Leo Kenner.

ASD atau biasa disebut sebagai autisme adalah gangguan perkembangan otak yang memengaruhi kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Selain itu, autisme juga ditandai dengan adanya gangguan pada pola perilaku, minat, serta aktivitas yang terbatas dan dilakukan secara berulang. 

Penelitian seputar ASD masih terus dilakukan dan berkembang sampai saat ini. Beberapa komponen bioaktif yang telah diteliti ditemukan dapat berperan dalam membantu penanganan gejala ASD. Inilah lima komponen bioaktif terkait ASD.

1. Asam folat

ilustrasi makanan yang mengandung asam folat (pexels.com/Lisa)

Kadar folat atau homosistein (Hcy) berperan sebagai faktor risiko terkait ASD yang menunjukkan keterlibatan methylenetetrahydrofolate reductase (MTHFR) pada ASD.

Sebuah metaanalisis yang diterbitkan dalam jurnal BMC Pediatric tahun 2020 menegaskan bahwa polimorfisme C677T dari MTHFR sangat terkait dengan risiko ASD. MTHFR diperlukan untuk konversi 5, 10-methylenetetrahydrofolate menjadi 5 methylenetetrahydrofolate yang selanjutnya berkorelasi dengan kadar folat atau homosistein.

Homosisteinemia dan folat plasma rendah ditemukan pada individu dengan alel C677T. Akibatnya, dapat mengalami penurunan aktivitas enzimatik dan jika tidak ditambah dengan asam folat selama perkembangannya, pada akhirnya akan mengalami regresi neurologis dan menunjukkan peningkatan risiko autisme.

Oleh karena itu, perlu untuk meningkatkan asupan asam folat pada ibu. Sumber makanan asam folat di antaranya adalah buah sitrus, pepaya, bit, brokoli, bayam, dan hati sapi.

Baca Juga: 9 Tanda-tanda Umum Penyandang Autisme yang Patut Diwaspadai

2. Malvidin

ilustrasi delima (pexels.com/Any Lane)

Stres oksidatif, disregulasi kekebalan, peradangan saraf, dan aktivasi mikroglia adalah proses biologis utama yang mendasari ASD. Tentunya ini memerlukan pangan fungsional yang memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi.

Malvidin yang merupakan salah satu antosianin menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dan antiinflamasi yang ditandai dengan adanya penurunan ekspresi gen inflamasi pada adiposit manusia. Ini berdasarkan laporan dalam jurnal Nutrition Research pada tahun 2016.

Pada penelitian lain dalam jurnal Nature Communications tahun 2018, disebutkan bahwa malvidin-3'-O-glucoside (Mal-gluc) juga efektif dalam meningkatkan ketahanan terhadap stres dengan memodulasi plastisitas sinaptik otak dan peradangan perifer. Malvidin terdapat dalam beberapa makanan, di antaranya blueberry, anggur hitam, dan delima.

3. Hesperetin

ilustrasi grapefruit dan lemon (pexels.com/Tara Winstead)

Hesperetin merupakan flavonoid utama yang terdapat dalam lemon dan jeruk. Hesperetin juga memiliki efek antioksidan dan antiinflamasi. Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam International Journal of Developmental Neuroscience tahun 2018 menunjukkan bahwa hesperetin menginduksi efek perbaikan pada defisit perilaku sosial dan stres inflamasi oksida dalam model hewan dengan autisme.

4. Resveratrol

buah cranberries (pexels.com/Michael Burrows)

Resveratrol terdapat dalam beberapa bahan makanan, seperti kulit anggur, kacang, dan cranberry. Resveratrol juga termasuk dalam kelompok flavonoid yang memiliki efek antipenuaan, antikarsinogenik, antiinflamasi, dan antioksidan.

Sebuah studi dalam jurnal Neuroscience and Biobehavioral Reviews tahun 2019 menyebutkan bahwa cyanidin-3-glukosida, resveratrol, luteolin, dan kuersetin telah dinyatakan sebagai senyawa multifaset yang menjanjikan untuk meredakan gejala autisme.

Selain itu, penelitian lain telah menunjukkan bahwa polifenol, di antaranya yang menonjol adalah resveratrol, dapat mengatur aktivitas mitokondria dan mencegah disfungsi mitokondria, yang umumnya terdapat pada pasien ASD. Ini diterbitkan dalam jurnal Molecular Neurobiology pada tahun 2018.

Baca Juga: 7 Hal Penting yang Perlu Dipahami tentang Gangguan Bipolar dan Autisme

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya