TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sleep Apnea pada Anak: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Menyebabkan anak mengalami jeda napas saat tidur

ilustrasi sleep apnea pada anak (pexels.com/Arina Krasnikova)

Sleep apnea pada anak atau sleep apnea pediatrik adalah gangguan tidur yang menyebabkan anak mengalami jeda napas saat tidur. Dua jenis sleep apnea yang memengaruhi anak adalah sleep apnea obstruktif dan sleep apnea sentral.

Sleep apnea obstruktif disebabkan oleh penyumbatan di bagian belakang tenggorokan atau hidung, sementara sleep apnea sentral terjadi ketika bagian otak yang bertanggung jawab untuk bernapas tidak berfungsi dengan baik; tidak mengirim otot-otot pernapasan sinyal normal untuk bernapas.

Perbedaan antara dua jenis sleep apnea tersebut adalah frekuensi mendengkur. Mendengkur dapat terjadi dengan sleep apnea sentral, tetapi lebih menonjol pada sleep apnea obstruktif. Ini karena mendengkur berhubungan dengan obstruksi jalan napas.

Antara 7 dan 11 persen anak-anak mengalami gangguan pernapasan pada malam hari, entah itu sleep apnea, mendengkur, atau yang lainnya. Sekitar 90 persen dari mereka mungkin tidak terdiagnosis, merujuk pada laporan dalam Journal of Osteopathic Medicine tahun 2019.

Menurut ulasan ilmiah dalam American Family Physician tahun 2014, sleep apnea obstruktif memengaruhi 1 hingga 5 persen anak-anak. Ini sering dimulai ketika mereka berusia antara 2 dan 8 tahun. Sleep apnea obstruktif secara signifikan lebih umum daripada sleep apnea sentral, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.

1. Gejala

ilustrasi sleep apnea pada anak atau sleep apnea pediatrik (pexels.com/cottonbro)

Dilansir Sleep Foundation, mendengkur adalah gejala khas sleep apnea obstruktif. Namun, perlu diingat kalau tidak semua anak yang mendengkur memiliki sleep apnea dan tidak semua anak dengan sleep apnea mendengkur. Hanya dokter yang dapat menentukan apakah gejala mendengkur pada anak disebabkan oleh sleep apnea atau tidak.

Selain mendengkur, gejala lain sleep apnea pada anak saat tidur dapat meliputi:

  • Bernapas melalui mulut saat tidur.
  • Batuk atau tersedak.
  • Keringat malam.
  • Tidur berjalan.
  • Mengigau.
  • Night terror.
  • Mengompol.

Sleep apnea juga menyebabkan gejala yang merugikan selama jam bangun. Ini mungkin termasuk:

  • Mengantuk pada siang hari.
  • Sulit berkonsentrasi.
  • Masalah perilaku yang sering meniru attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), seperti hiperaktif, memberontak, impulsif.
  • Sakit kepala pada pagi hari.
  • Suasana hati yang mudah tersinggung.
  • Kesulitan mengendalikan emosi.

 

Baca Juga: 7 Gejala Umum yang Mungkin Pertanda Sleep Apnea

2. Penyebab dan faktor risiko

ilustrasi sleep apnea pada anak atau sleep apnea pediatrik (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Seperti dijelaskan dalam laman Healthline, sleep apnea obstruktif dan sleep apnea sentral memiliki penyebab dan faktor risiko yang berbeda.

Sleep apnea obstruktif

Pada sleep apnea obstruktif, otot-otot di bagian belakang tenggorokan kolaps saat anak tertidur. Ini membuatnya lebih sulit untuk bernapas.

Faktor risiko sleep apnea obstruktif pada anak-anak sering kali berbeda dengan faktor risiko pada orang dewasa.

Obesitas adalah pemicu utama pada orang dewasa. Kelebihan berat badan juga dapat menyebabkan sleep apnea obstruktif pada anak-anak. Namun, pada beberapa anak, kondisi ini kemungkinan besar disebabkan oleh pembesaran amandel atau kelenjar gondok. Jaringan ekstra dapat sepenuhnya atau sebagian memblokir saluran udara mereka.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak Afrika-Amerika memiliki tingkat sleep apnea obstruktif yang lebih tinggi, dan apnea yang lebih parah, daripada anak-anak ras lain. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami hubungan antara ras dan sleep apnea pada anak-anak.

Faktor risiko lain untuk sleep apnea obstruktif pada anak-anak dapat mencakup:

  • Riwayat keluarga sleep apnea.
  • Memiliki kondisi medis tertentu, seperti cerebral palsy, sindrom Down, penyakit sel sabut, kelainan pada tengkorak atau wajah, dan memiliki lidah yang besar.

Sleep apnea sentral

Sleep apnea sentral terjadi ketika otot-otot yang mengontrol pernapasan gagal diaktifkan. Ini jarang terjadi pada anak-anak di luar periode baru lahir.

Memiliki berat badan lahir rendah (BBLR) adalah salah satu faktor risiko sleep apnea sentral. Suatu bentuk yang disebut sleep apnea prematuritas terlihat pada bayi prematur.

Faktor risiko lain untuk sleep apnea sentral meliputi:

  • Beberapa kondisi medis yang memengaruhi batang otak, sumsum tulang belakang, atau jantung, seperti gagal jantung dan stroke.
  • Beberapa obat yang memengaruhi pola pernapasan, seperti opioid.
  • Beberapa kelainan kongenital.

3. Komplikasi yang dapat terjadi

ilustrasi suasana belajar mengajar di sekolah (pexels.com/Max Fischer)

Sleep apnea yang tidak diobati menyebabkan gangguan tidur dalam waktu lama. Ini dapat mengakibatkan kelelahan kronis pada siang hari. Anak mungkin juga mengalami kesulitan memperhatikan di sekolah, sehingga bisa mengakibatkan masalah belajar dan prestasi akademik yang buruk.

Beberapa anak juga mengalami hiperaktivitas, yang menyebabkan mereka salah didiagnosis dengan ADHD. Studi telah menunjukkan bahwa gangguan pernapasan saat tidur dapat menyebabkan gejala yang mirip ADHD, dan bahwa pengobatan sleep apnea, jika ada, membantu mengurangi gejala ini.

Anak-anak dengan sleep apnea yang tidak diobati mungkin juga mengalami kesulitan berkembang secara sosial. Dalam kasus yang lebih parah, sleep apnea yang tidak diobati bertanggung jawab atas keterlambatan pertumbuhan, keterlambatan kognitif, dan masalah jantung. Jika sleep apnea ditangani dengan benar, komplikasi ini kemungkinan akan membaik.

Sleep apnea yang tidak diobati juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, meningkatkan risiko stroke dan serangan jantung pada orang dewasa. Ini juga dapat dikaitkan dengan obesitas pada masa kanak-kanak.

4. Diagnosis

ilustrasi studi polisomnografi pada anak (commons.wikimedia.org/Robert Lawton)

Dokter pertama-tama akan mengumpulkan informasi dari anak dan orang tua atau pengasuh tentang kebiasaan tidur anak dan gejala pada siang dan malam hari. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan fisik pada mulut, leher, dan tenggorokan untuk mencari karakteristik fisik yang meningkatkan risiko sleep apnea (seperti pembesaran amandel dan kelenjar gondok).

Jika evaluasi awal menunjukkan pengujian lebih lanjut sesuai, dokter mungkin menyarankan polisomnografi, yang merupakan studi tidur yang dilakukan semalaman di klinik tidur.

Polisomnografi melibatkan pengukuran fungsi tubuh tertentu saat seseorang sedang tidur. Ini tidak menimbulkan rasa sakit dan noninvasif. Polisomnografi adalah metode standar emas untuk mengevaluasi dugaan sleep apnea, karena memberikan hasil yang paling pasti.

Tes tidur di rumah umumnya tidak direkomendasikan untuk anak-anak, berdasarkan pedoman American Academy of Pediatrics dan American Academy of Sleep Medicine.

Baca Juga: 6 Cara Mengobati Sleep Apnea, dari Kasus Ringan hingga Berat

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya