TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Cara untuk Membantu Memperlambat Perkembangan Mata Minus pada Anak

Penting untuk melakukan pemeriksaan mata secara teratur

ilustrasi anak memakai kacamata (freepik.com/freepik)

Mungkin sebagian orangtua merasa khawatir ketika anak mengalami mata minus atau rabun jauh. Pasalnya, kondisi rabun jauh mengharuskan pengidapnya memakai kacamata terus-menerus setiap hari agar dapat melihat benda dari kejauhan dengan jelas. Sebab, tanpa memakai kacamata, objek yang letaknya jauh terlihat buram. 

Salah satu faktor risiko rabun jauh yaitu faktor genetik atau keturunan. Meskipun faktor keturunan tidak dapat diubah, namun terdapat beberapa cara yang dapat membantu agar rabun jauh tidak berkembang lebih cepat. Berikut penjelasannya!

1. Melakukan pemeriksaan mata secara teratur

ilustrasi pemeriksaan mata anak (freepik.com/senivpetro)

WebMD menjelaskan bahwa anak perlu melakukan pemeriksaan mata sedini mungkin, terutama jika memiliki riwayat keluarga yang mengalami rabun jauh atau kondisi mata lainnya. Orangtua juga perlu memperhatikan apabila anak melihat dengan menyipitkan mata mereka. 

American Academy of Pediatrics juga menyebutkan hal yang sama, bahwa anak yang mengalami masalah penglihatan mata bisa saja tidak mengatakannya pada orangtua. Inilah sebabnya anak-anak perlu melakukan pemeriksaan mata secara teratur. Selain itu, penting juga bagi anak-anak memakai lensa yang sesuai dengan kondisinya ketika sudah terdiagnosis rabun jauh.

Baca Juga: Benarkah Wortel dapat Menyembuhkan Mata Minus?

2. Melakukan aktivitas luar ruangan

ilustrasi melakukan aktivitas di luar rumah (pexels.com/Ketut Subiyanto)

American Academy of Ophthalmology menyarankan agar anak menghabiskan lebih banyak waktu berada di luar ruangan. Mengutip penjelasan WebMD, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa melakukan aktivitas luar ruangan dapat menekan perkembangan rabun jauh.

Namun, para ilmuan belum memahami mengapa aktivitas luar ruangan dapat mempengaruhi perkembangan rabun jauh. Terdapat satu teori yang mengatakan, cahaya luar ruangan dapat menstimulasi pelepasan zat kimia sehingga memberi sinyal ke mata agar tumbuh ke tingkat normal. Dengan menyeimbangkan antara waktu di depan layar elektronik dengan waktu di luar ruangan dapat membantu melindungi penglihatan anak.

3. Membatasi waktu screen time

ilustrasi belajar daring (pexels.com/Katerina Holmes)

Dilansir American Academy of Pediatrics, penelitian menunjukkan bahwa anak usia remaja menghabiskan waktu di depan alat elektronik seperti menonton televisi atau menggunakan media sosial hampir tujuh jam dalam sehari. Namun, jumlah tersebut belum termasuk waktu tambahan yang memerlukan layar di sekolah dan untuk mengerjakan perkerjaan rumah.

Meskipun penggunaan perangkat elektronik meningkat sejak pandemi COVID-19, American Academy of Pediatrics dan American Academy of Ophthalmology menyarankan agar membatasi anak saat menggunakan alat elekronik. Dengan membatasi penggunaan gawai dapat membantu memperlambat rabun jauh pada anak.

4. Istirahat cukup

ilustrasi bermain gawai hingga malam (pexels.com/Kampus Production)

Tidak hanya membuat tubuh terasa lelah, kurang tidur juga membuat mata terasa sakit dan lelah. Selain itu, American Academy of Ophthalmology menyebutkan bahwa terlalu lama terpapar sinar biru atau blue light dari layar saat menjelang waktu tidur dapat mengganggu siklus tidur tubuh atau ritme sirkadian. Sebab, sinar tersebut dapat memperlambat produksi melatonin atau hormon tidur di dalam tubuh.

Maka dari itu, American Academy of Pediatrics menyarankan agar anak-anak tidak tidur dengan perangkat elektroniknya. Selain itu, sebisa mungkin anak-anak menghindari paparan layar selama 1 sampai 2 jam sebelum mereka tidur.

Baca Juga: Apakah Senam Mata Bisa Sembuhkan Mata Minus?

Verified Writer

Dewi Purwati

Health enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya