TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bisakah Masih Muda Mengalami Gagal Ginjal Kronis?

Gagal ginjal dapat dialami berbagai rentang usia

ilustrasi cuci darah atau dialisis pada pasien gagal ginjal kronis (hopkinsmedicine.org)

Beberapa waktu lalu beredar video mengenai rutinitas cuci darah yang dijalani seorang perempuan berusia muda. Perempuan tersebut mengalami gagal ginjal kronis yang mengharuskannya untuk menjalani cuci darah.

Tidak sedikit warganet yang bersimpati dengan kondisi perempuan tersebut dan mendoakan kesembuhannya. Mungkin beberapa orang heran dan bertanya-tanya apakah mungkin usia muda juga bisa mengalami gagal ginjal sampai harus cuci darah. Menjawab pertanyaan tersebut, baca terus penjelasannya di bawah ini.

1. Mengenal fungsi ginjal

ilustrasi ginjal (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Ginjal merupakan organ yang penting bagi tubuh. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) menjelaskan bahwa ginjal dapat membuang sampah dan kelebihan cairan dari tubuh. Ginjal juga mampu menyeimbangkan jumlah air, garam, dan mineral seperti seperti natrium, fosfor, kalsium, dan kalium dalam darah.

Bukan itu saja, ginjal juga menghasilkan hormon yang dapat membantu:

  • Mengontrol tekanan darah.
  • Menjaga tulang tetap kuat dan sehat.
  • Membuat sel darah merah.

Baca Juga: Gagal Ginjal: Penyakit Serius yang juga Bisa Mengancam Semua Anak Muda

2. Mengenal gagal ginjal kronis

ilustrasi ginjal (unsplash.com/julien Tromeur)

Harvard Health Publishing menjelaskan, ginjal berfungsi untuk membuang toksin dari darah dan membuang kelebihan air sehingga dikeluarkan dalam bentuk urine. Gagal ginjal kronis merupakan kondisi saat fungsi ginjal mengalami penurunan dalam jangka panjang.

Menambahkan keterangan National Kidney Foundation, fungsi ginjal yang menurun menyebabkan ginjal tidak mampu membuang zat yang tidak diperlukan pada darah. Jika kondisi tersebut dibiarkan, maka toksin atau racun akan menumpuk di darah sehingga semakin membahayakan tubuh.

Penanganan gagal ginjal kronis tergantung kondisi yang dialami. Apabila fungsi ginjal benar-benar sudah menurun, maka untuk membuang limbah tubuh perlu dibantu menggunakan dialisis (cuci darah) atau transplantasi ginjal, mengutip penjelasan National Health Service (NHS).

3. Penyebab gagal ginjal kronis

ilustrasi mengukur tekanan darah (pexels.com/Thirdman)

Mengutip NIDDK, diabetes dan tekanan darah tinggi merupakan penyebab tersering gagal ginjal kronis.

Pada kondisi diabetes, kadar gula tinggi di darah dapat merusak penyaring pada ginjal. Jika diabetes dibiarkan, maka ginjal makin rusak sehingga tidak mampu lagi melakukan fungsinya yaitu menyaring toksin dan membuang kelebihan cairan.

Sementara itu, pada kondisi hipertensi, tekanan darah yang terlalu tinggi dapat merusak pembuluh darah di ginjal. Ketika pembuluh darah ginjal rusak, maka ginjal tidak bekerja maksimal dalam membuang racun dan kelebihan cairan dalam tubuh. Cairan berlebih yang menumpuk juga makin meningkatkan tekanan darah sehingga menjadi siklus berulang yang berbahaya.

4. Bisakah usia muda mengalami gagal ginjal kronis?

ilustrasi sakit (pexels.com/Anna Shvets)

Mungkin, sebagian dari kita mengira bahwa gagal ginjal kronis hanya terjadi pada lansia. Faktanya, kondisi ini dapat dialami berbagai rentang usia, termasuk usia muda.

Dalam reviu berjudul "Adolescents and Young Adults with Chronic or End-Stage Kidney Disease (ESKD)" yang dipublikasikan dalam jurnal Blood Purification tahun 2016 menjelaskan bahwa jumlah anak-anak, remaja, dan dewasa muda yang mengalami end-stage kidney disease atau kondisi gagal ginjal stadium akhir adalah sebanyak 5 persen dari total populasi yang mengalami kondisi tersebut.

Remaja dan dewasa muda yang mengalami gagal ginjal harus belajar mengelola kesehatan mereka, sehingga tujuan pengobatan dapat tercapai dan kelangsungan hidup yang lebih lama.

5. Prevalensi penyakit ginjal kronis di Indonesia

ilustrasi peta Indonesia (unsplash.com/Z)

Berdasarkan data Riskesdas Kementerian Kesehatan tahun 2018, prevalensi penyakit ginjal kronis di Indonesia usia 15 sampai 24 tahun sebanyak 1,33 permil atau perseribu. Prevalensi pada usia 25 sampai 34 dan 35 sampai 44 tahun secara berturut-turut yaitu 2,28 permil dan 3,31 permil.

Angka tersebut akan makin tinggi dengan makin bertambahnya usia. Prevalensi penyakit ginjal kronis paling tinggi dialami pada kelompok usia 65 sampai 74 tahun, yaitu sebanyak 8,23 permil. Jadi, bukan tidak mungkin jika kondisi tersebut terjadi pada usia muda.

Sementara itu, proporsi pernah atau sedang menjalani cuci darah pada penduduk berumur lebih dari 15 tahun yang pernah didiagnosis penyakit gagal ginjal kronis di Indonesia tahun 2018 adalah sebesar 19,3 persen, dengan provinsi terbanyak di Jakarta, yakni sebesar 38,7 persen.

Baca Juga: Kenapa Pasien Gagal Ginjal Harus Cuci Darah?

Verified Writer

Dewi Purwati

Health enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya