Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Baru-baru ini beredar kabar tentang ratusan pelajar di kabupaten di Jawa Timur yang mengajukan dispensasi nikah karena hamil. Adanya kabar tersebut membuat banyak orang merasa miris.
Pernikahan bukan perkara sepele karena membutuhkan kesiapan fisik, mental, dan finansial kedua mempelai. Namun, karena minimnya persiapan sebelum merencanakan pernikahan hingga pendidikan yang menjadi terganggu menimbulkan risiko bagi masa depan mereka.
Bukan itu saja, perempuan yang hamil saat berusia remaja juga lebih berisiko. Apa saja risiko kehamilan pada usia remaja? Berikut penjelasannya!
1. Kehamilan pada usia remaja
ilustrasi kehamilan (pexels.com/Pavel Danilyuk) Menurut WebMD, kehamilan remaja merupakan kehamilan pada perempuan berusia kurang dari 20 tahun. Biasanya, kehamilan remaja mengacu pada remaja berusia antara 15 sampai 19 tahun.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka kehamilan remaja telah menurun secara global, tetapi perubahan tersebut tidak merata di semua negara.
Kehamilan remaja cenderung lebih tinggi pada mereka yang berpendidikan rendah dan status ekonomi rendah. Selain itu, perkawinan anak dan pelecehan seksual juga membuat anak perempuan lebih berisiko hamil.
Baca Juga: Apakah Menelan Sperma Bisa Hamil? Kamu Harus Cek Faktanya!
2. Apa saja risiko kehamilan pada usia remaja?
ilustrasi perawatan di rumah sakit (unsplash.com/Hiroshi Tsubono) Menurut WHO, remaja yang hamil (antara usia 10 sampai 19 tahun) berisiko mengalami eklamsia hingga infeksi sistemik yang lebih tinggi daripada perempuan berusia 20 sampai 24 tahun.
Hal senada juga dijelaskan Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health and Human Development, bahwa remaja yang hamil berisiko mengalami tekanan darah tinggi, anemia terkait kehamilan, dan persalinan prematur daripada perempuan yang berusia lebih tua.
Selain itu, remaja yang hamil juga lebih cenderung tidak mengetahui apabila mereka mengalami infeksi menular seksual. Padahal, infeksi menular seksual merupakan penyebab masalah pada kehamilan atau pada bayinya.
3. Remaja yang hamil cenderung tidak mendapatkan perawatan prenatal
ilustrasi kontrol kehamilan (pexels.com/MART PRODUCTION) Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Risiko makin meningkat bagi remaja yang berusia lebih muda yaitu kurang dari 15 tahun atau bagi mereka yang tidak mendapatkan perawatan prenatal, seperti dijelaskan American College of Obstetricians and Gynecologists. Perawatan prenatal adalah perawatan kesehatan yang didapat selama kehamilan.
Remaja yang hamil cenderung tidak mendapatkan perawatan prenatal sehingga kehamilannya lebih berisiko. Perawatan prenatal sangat penting karena penyedia layanan kesehatan dapat mengevaluasi, memantau, dan menangani risiko, misalnya dengan memberi nasihat agar tidak sembarangan minum obat tertentu selama kehamilan.
4. Anatomi tulang remaja perempuan masih belum siap
ilustrasi tulang (unsplash.com/CHUTTERSNAP) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengampanyekan batas usia minimum bagi perempuan untuk hamil yaitu minimal berusia 21 tahun.
Mengutip penjelasan pada laman BKKBN, Kepala BKKBN, Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo SpOG(K) menjelaskan bahwa secara anatomi, tulang remaja masih terus tumbuh sampai berusia 20 tahun. Namun, pernikahan dini dan hamil saat usia 16 sampai 18 tahun membuat pertumbuhan tulang terhenti. Akibatnya, tulang remaja perempuan tersebut menjadi keropos atau osteoporosis.
Di samping itu, perempuan berusia 16 sampai 20 tahun memiliki panggul yang relatif belum elastis untuk melahirkan. Sebab, panggul perempuan membutuhkan pelebaran minimal 10 sentimeter (cm) ketika melahirkan agar bayi dapat keluar dari rahim. Apabila dipaksakan untuk melahirkan, ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat dan membahayakan nyawa.
Baca Juga: Penyebab Air Ketuban Sedikit Saat Hamil dan Penanganannya