TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Penting Atresia Esofagus, Kerusakan Kerongkongan pada Bayi

Dapat mengganggu suplai makanan pada bayi baru lahir 

ilustrasi bayi menangis (pexels.com/Craig Adderley)

Atresia esofagus atau esophageal atresia adalah kelainan bawaan atau kondisi cacat lahir yang menyebabkan pembentukan kerongkongan (esofagus) tidak normal.

Kerongkongan yang seharusnya menghubungkan mulut dengan perut sebagai jalan makanan atau minuman masuk ke dalam lambung tidak terbentuk dengan sempurna, yaitu ada bagian yang terputus. Kondisi ini membuat makanan atau minuman tidak bisa masuk ke dalam lambung dengan benar serta bisa mengganggu sistem pernapasan.

Adanya kondisi kongenital ini biasanya juga disertai dengan malformasi kongenital yang disebut tracheoesophageal fistula (TEF), yang merupakan kondisi abnormal antara esofagus dan trakea (tenggorokan). Namun, ini juga bisa terjadi dengan sendirinya.

Menurut laporan dalam jurnal Diseases of the Esophagus tahun 2013, diperkirakan kondisi ini terjadi pada 1 dari 2.500 hingga 1 dari 4.000 kelahiran hidup. Meski tergolong langka, tetapi atresia esofagus harus diwaspadai agar mendapat prognosis yang baik.

Berikut ini akan dibahas lengkap tentang jenis, penyebab, gejala, diagnosis, dan pengobatan atresia esofagus yang sudah dirangkum dari berbagai sumber.

1. Jenis-jenis atresia esofagus 

ilustrasi atresia esofagus atau esophageal atresia (birth-defect.org)

Atresia esofagus dibagi menjadi empat jenis berdasarkan letak kerusakan yang terjadi pada kerongkongan, yaitu:

  • Tipe A: bagian atas dan bawah kerongkongan memiliki ujung tertutup sehingga tidak terhubung, TEF tidak ada.
  • Tipe B: merupakan jenis atresia esofagus yang jarang terjadi, di mana bagian bawah kerongkongan tertutup dan bagian atasnya terhubung ke trakea, TEF hadir.
  • Tipe C: jenis yang paling umum, di mana bagian bawah kerongkongan menempel pada trakea sedangkan bagian atas tertutup, TEF hadir.
  • Tipe D: kedua ujung kerongkongan terhubung ke trakea, TEF hadir. Ini adalah jenis yang paling jarang terjadi dan paling parah.

Baca Juga: 7 Fakta Biang Keringat, Jenis Ruam yang Sering Menyerang Bayi

2. Gejala atresia esofagus

ilustrasi bayi minum susu (pexels.com/Sarah Chai)

Gejala atresia esofagus biasanya terlihat segera setelah lahir, yang ditandai dengan beberapa gejala berikut:

  • Bayi batuk atau tersedak, terutama saat menyusui karena tidak dapat menelan secara normal.
  • Bayi mengeluarkan air liur, lendir, atau sekresi mulut lainnya secara berlebihan. Ini mungkin muncul sebagai gelembung putih berbusa.
  • Bayi mengalami kesulitan bernapas.
  • Hipoksia, yaitu tingkat oksigen yang rendah dalam darah.
  • Kulit bayi berwarna kebiruan (sianosis), terutama saat menyusui.
  • Pneumonia.
  • Distensi abdomen saat TEF hadir, ini terjadi karena udara dari tenggorokan dipaksa masuk ke dalam kerongkongan dan lambung.

3. Penyebab bayi mengalami atresia esofagus

ilustrasi pemeriksaan perkembangan bayi (pexels.com/MART PRODUCTION)

Atresia esofagus terjadi selama perkembangan bayi dalam rahim. Namun, penyebab pastinya masih belum diketahui dengan baik. Beberapa ahli percaya bahwa kondisi ini terjadi karena kombinasi beberapa faktor, seperti genetik, lingkungan, dan imunologis.

Dilansir Cleveland Clinic, usia ayah yang lebih tua (di atas 40 tahun) pada saat pembuahan bayi dan perempuan yang telah menjalani perawatan kesuburan, misalnya inseminasi intrauterine dan fertilisasi in vitro, diketahui memiliki peningkatan risiko kelainan ini.

Atresia esofagus juga dapat hadir sebagai bagian dari sindrom genetik yang lebih besar, misalnya sindrom CHARGE, sindrom Feingold, sindrom penghapusan kromosom 22q, atau kelainan kromosom seperti trisomi 18, trisomi 13, atau trisomi 21 (sindrom Down). Di mana pada sebagian besar kasus, ini hadir secara sporadis atau nonsindromik.

4. Menegakkan diagnosis atresia esofagus

ilustrasi bayi menyusui (pexels.com/Jonathan Borba)

Atresia esofagus biasanya dapat dicurigai sebelum bayi lahir melalui pemeriksaan ulstrasound (USG) rutin. Ini ditandai dengan kondisi penumpukan air ketuban yang disebut polihidramnion. Akan tetapi, ini bukanlah acuan baku, karena polihidramnion memiliki banyak penyebab yang bervariasi.

Pada bayi baru lahir, kondisi ini dicurigai ketika bayi mengalami batuk atau tersedak saat mencoba menyusui. Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan dengan memasukkan selang makanan atau selang nasogastrik (NGT) ke dalam hidung atau mulut untuk mengetahui apakah selang tersebut bisa berjalan sampai perut atau tidak. Ketika selang tersebut tidak dapat lewat dengan mudah, atresia esofagus dianggap sebagai kemungkinannya.

Untuk mengonfirmasi temuan, dokter akan melakukan pemeriksaan sinar-X untuk mengetahui dengan pasti adanya perkembangan abnormal kerongkongan.

Baca Juga: 7 Fakta Kraniosinostosis, Kelainan Bentuk Kepala pada Bayi

Verified Writer

Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya