TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Penyakit Hirschsprung: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Penyakit yang menyebabkan bayi tidak bisa buang air besar

ilustrasi bayi dengan penyakit Hirschsprung (pexels.com/Pixabay)

Bayi baru lahir biasanya akan mengeluarkan tinja pertama mereka, yang disebut mekonium, dalam beberapa hari setelah lahir. Namun, ada beberapa kondisi medis tertentu yang menyebabkan bayi mengalami kesulitan atau tidak bisa buang air besar (BAB). Salah satunya adalah penyakit Hirschsprung.

Penyakit Hirschsprung adalah gangguan tidak bisa BAB akibat hilangnya sel-sel saraf di otot-otot usus besar. Kondisi ini menyebabkan usus tidak bisa berkontraksi untuk mengeluarkan tinja, sehingga tinja terperangkap di dalam usus dan menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan.

Penyakit Hirschsprung diperkirakan memengaruhi sekitar 1 dari 5.000 bayi baru lahir. Jika tidak segera mendapat penanganan, kondisi bawaan lahir ini bisa menjadi kondisi yang serius di kemudian hari.

1. Tanda dan gejala

ilustrasi merawat bayi (pexels.com/Rene Asmussen)

Penyakit Hirschsprung memiliki tanda dan gejala yang bervariasi tergantung keparahannya. Pada umumnya, gejalanya terlihat segera setelah lahir, meskipun anak yang lebih besar atau orang dewasa juga bisa mengembangkannya.

Tanda dan gejala yang umum termasuk:

  • Bayi tidak bisa BABdalam waktu 24-48 jam setelah lahir. Ini adalah tanda yang harus diwaspadai.
  • Pembengkakan perut (distensi).
  • Sakit perut.
  • Muntah, termasuk memuntahkan zat hijau atau cokelat.
  • Sembelit atau gas, yang mungkin membuat bayi baru lahir menjadi rewel.
  • Diare.
  • Pengeluaran mekonium yang tertunda.
  • Menunjukkan kenaikan berat badan yang buruk.
  • Pertumbuhannya lambat.

Tanda dan gejala pada anak yang lebih besar dapat mencakup:

  • Perut buncit dan sakit perut.
  • Sembelit kronis yang tidak membaik dengan perawatan biasa.
  • Buang gas.
  • Tumbuh kembang anak terganggu.
  • Kelelahan.

Baca Juga: Enkopresis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Penanganan

2. Penyebab

ilustrasi usus manusia (pixabay.com/Elionas2)

Penyakit Hirschsprung terjadi ketika sel-sel saraf di usus besar tidak terbentuk secara sempurna selama masa perkembangan bayi dalam Rahim. Saraf ini memiliki peran penting dalam menghasilkan gerak peristaltik yang membuat usus berkontraksi untuk mengeluarkan tinja dari sistem pencernaan.

Namun, adanya kelainan pada sel saraf tersebut menyebabkan usus tidak bisa berkontraksi. Tanpa kontraksi, tinja tidak bisa dikeluarkan dan akan tetap berada dalam usus besar. Pada akhirnya, kondisi ini memicu penumpukan tinja dan menyebabkan munculnya gejala penyakit Hirschsprung.

Tidak diketahui dengan jelas mengapa sel-sel saraf tersebut tidak berkembang secara normal. Pada beberapa kasus, ini dikaitkan dengan mutasi genetik atau kondisi yang diturunkan dari keluarga. Menurut National Organization for Rare Disorders (NORD), orang dengan sindrom genetik, seperti sindrom Down, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkannya.

3. Komplikasi yang dapat terjadi

ilustrasi gangguan perut (pexels.com/cottonbro)

Enterokolitis atau peradangan pada usus kecil dan usus besar adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada individu dengan penyakit Hirschsprung. Kondisi ini memengaruhi sekitar 30-40 kasus, baik bersifat ringan maupun berat.

NORD menjelaskan bahwa enterokolitis terkait penyakit Hirschsprung sering kali muncul dengan demam, diare eksplosif, pembengkakan perut, lesu, dan muntah. Pada kondisi yang parah, ini bisa menyebabkan sepsis (infeksi bakteri yang meluas ke aliran darah) dan toksik megakolon yang berpotensi mengancam jiwa.

4. Diagnosis

ilustrasi pemeriksaan bayi oleh dokter (pexels.com/CDC)

Penyakit Hircshprung biasanya dicurigai berdasarkan pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan lengkap pasien dan keluarga, serta identifikasi gejala yang khas. Dokter mungkin juga akan melakukan satu atau beberapa tes berikut untuk mengonfirmasi diagnosis:

  • Barium enema atau rontgen perut menggunakan pewarna. Dokter akan memasukkan barium atau pewarna kontras ke dalam usus melalui tabung khusus yang dimasukkan dalam rektum, kemudian diambil foto sinar-X. Foto ini akan menunjukkan kontras yang jelas antara bagian usus yang sempit tanpa saraf dan yang normal.
  • Rontgen perut, yang membantu menunjukkan adanya penyumbatan usus.
  • Biopsi. Dokter mengambil sedikit sampel jaringan dari rektum untuk mencari tanda-tanda penyakit Hirschprung. Ini adalah tes diagnosis paling pasti untuk mengidentifikasi penyakit ini.
  • Manometri anorektal, yang digunakan untuk mengukur kontrol otot-otot di sekitar rektum. Ini hanya dilakukan pada anak yang lebih besar.

Baca Juga: Inkontinensia Tinja: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Verified Writer

Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya