TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Penyakit Norrie: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Penyakit ini bisa sebabkan kebutaan pada bayi baru lahir

ilustrasi mata bayi (pexels.com/Pixabay)

Penyakit Norrie adalah kelainan genetik langka bisa yang menyebabkan kebutaan pada bayi baru lahir, umumnya pada bayi laki-laki. Diperkirakan penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh seorang dokter spesialis mata Denmark, Gordon Norrie, pada tahun 1927, saat ia meneliti penyebab kebutaan di Denmark.

Tak hanya menyebabkan gangguan penglihatan, penyakit Norrie juga bisa menyebabkan gejala lain seperti gangguan pendengaran dan kelainan kognitif. Nah, untuk lebih lengkapnya, berikut fakta-fakta tentang penyakit Norrie yang perlu kamu ketahui.

1. Apa itu penyakit Norrie?

ilustrasi bayi baru lahir (pexels.com/Burst)

Penyakit Norrie adalah masalah penglihatan akibat lepasnya retina dari jaringan pendukung yang mendasarinya (retinal detachment). Kondisi ini terjadi sebelum bayi lahir, sehingga menyebabkan kebutaan saat lahir atau beberapa waktu setelahnya, biasanya pada usia 3 bulan.

Menurut keterangan dari National Organization for Rare Disorders (NORD), retinal detachment menyebabkan massa kuning keabu-abuan berkembang di belakang lensa mata. Massa ini terdiri dari sel retina yang belum matang dan mungkin terlihat beberapa hari setelah lahir atau berbulan-bulan kemudian.

Adanya massa di belakang lensa mata ini menyebabkan pupil tampak putih pada beberapa cahaya, yang disebut refleks leukokoria atau “mata kucing”. Ini merupakan salah satu tanda dari perkembangan penyakit Norrie.

Baca Juga: Waspada Moyamoya, Penyakit Langka yang Bisa Memicu Stroke

2. Kelainan ini disebabkan oleh mutasi genetik 

ilustrasi mutasi genetik (pixabay.com/qimono)

Penyakit Norrie terjadi karena mutasi gen NDP yang terletak pada kromosom X. Gen NDP menyandi protein norrin yang berperan dalam perkembangan sel dan jaringan. Hal ini diyakini penting untuk perkembangan pembuluh darah (angiogenesis), khususnya yang memasok darah ke retina dan koklea telinga bagian dalam.

Norrin adalah ligan esensial untuk reseptor frizzled-4 dari jalur Wnt cascade, yang berkontribusi pada perkembangan spesialisasi sel. Mutasi pada gen NDP dapat mencegah protein bekerja dengan benar.

Dilansir Verywell Health, protein norrin tampaknya juga berperan dalam spesialisasi sel retinal karena kemampuan sensoriknya yang unik. Norrin juga terlibat dalam pembentukan suplai darah ke jaringan retina dan telinga bagian dalam serta perkembangan sistem tubuh lainnya.

Penyakit Norrie adalah kelainan genetik yang terkait kromosom X, yang mana hanya diwariskan oleh seorang ibu yang seorang pembawa (carrier) kepada anak laki-lakinya. Sementara itu, anak perempuan hanya bisa mewarisi sifat carrier-nya saja tanpa mengembangkan gejala atau hanya menunjukkan gejala ringan.

3. Apa saja gejalanya?

ilustrasi katarak pada pasien dengan penyakit Norrie (gene.vision/Chris Lloyd, Great Ormond Street Hospital for Children)

Menurut keterangan dari NORD, mata anak yang terkena penyakit Norrie biasanya mengalami perubahan yang progresif. Lensa mata bayi yang mungkin awalnya jernih, perlahan menjadi kabur atau keruh, atau umum disebut katarak.

Penyusutan bola mata juga dapat terjadi, yang sering kali terlihat pada anak usia 10 tahun. Selanjutnya, lensa mata bisa sepenuhnya tertutup oleh katarak.

Pada 80 hingga 99 persen kasus, gejala penyakit Norrie juga ditemukan pada fitur wajah, seperti mata tertutup tidak normal, mata yang dalam, jembatan hidung sempit, dan telinga yang lebih besar.

Beberapa penderita juga dilaporkan mengalami masalah pendengaran progresif karena adanya kelainan pada telinga bagian dalam. Beberapa juga menunjukkan kelainan kognitif, seperti keterlambatan perkembangan, perilaku agresif dan regresi, serta cacat intelektual mulai ringan hingga sedang.

4. Diagnosis penyakit Norrie 

ilustrasi uji genetik di laboratorium (health.clevelandclinic.org)

Untuk menegakkan diagnosis penyakit Norrie, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan riwayat kesehatan, gejala, dan tes laboratorium yang menyeluruh. Sementara untuk mengonfirmasi hasil temuan, biasanya dilakukan uji genetik molekuler untuk mengetahui adanya mutasi genetik.

Baca Juga: Galaktosemia, Kelainan Genetik yang Bikin Bayi Tidak Bisa Minum ASI

Verified Writer

Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya