TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sindrom Hemolitik Uremik: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Sering kali disebabkan oleh infeksi bakteri E. coli

ilustrasi anak menggunakan masker (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Sindrom hemolitik uremik, atau juga dikenal sebagai penyakit hamburger atau haemorrhagic colitis, adalah kondisi medis serius yang memengaruhi pembuluh darah dan ginjal. Banyak faktor yang memengaruhinya, paling sering adalah infeksi bakteri Escherichia coli (E.Coli) dari makanan atau minuman yang terkontaminasi.

Sindrom hemolitik uremik merupakan kondisi langka yang bisa menyerang siapa saja, tetapi lebih sering ditemukan pada anak-anak antara usia 1 hingga 10 tahun. Dilansir Verywell Health, sekitar 2 dari 100.000 orang terdampak sindrom ini.

1. Penyebab

ilustrasi bakteri penyebab penyakit (pixabay.com/geralt)

Sindrom hemolitik uremik adalah kondisi yang terjadi ketika pembuluh darah kecil di ginjal rusak dan meradang, sehingga menyebabkan gumpalan yang menyumbat sistem penyaringan ginjal.

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan sindrom hemolitik uremik. Salah satu yang paling umum adalah infeksi strain bakteri E. coli tertentu akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi, seperti susu yang tidak dipasteurisasi, daging mentah, dan lain sebagainya.

Sebagian besar jenis bakteri E. coli memang merupakan flora normal yang hidup dalam usus manusia maupun hewan yang sehat. Akan tetapi, beberapa strain lainnya dapat menghasilkan racun berbahaya, yang disebut toksin Shiga, dan menyebabkan penyakit.

E. coli dengan strain 0157:H7 merupakan jenis E. coli yang sering dikaitkan dengan sindrom hemolitik uremik. Strain ini dapat menghasilkan racun Shiga, di mana ketika menginfeksi tubuh, racun tersebut dapat memasuki aliran darah dan merusak pembuluh darah, yang pada akhirnya menyebabkan sindrom hemolitik uremik.

Namun, tidak semua infeksi E. coli dapat menyebabkan sindrom hemolitik uremik. Penyebab lainnya dapat meliputi:

  • Infeksi lain, seperti bakteri pneumokokus, HIV, atau influenza.
  • Penggunaan obat-obatan tertentu, terutama yang digunakan dalam pengobatan kanker dan obat penekan sistem kekebalan pada penerima transplantasi organ.
  • Meski jarang, sindrom hemolitik uremik juga kadang terkait sebagai komplikasi kehamilan atau kondisi medis lain seperti autoimun atau kanker.
  • Kadang, sindrom hemolitik uremik juga dapat bisa terjadi akibat mutasi (perubahan) genetik yang diturunkan dari orangtua. Kondisi ini biasa dikenal sebagai sindrom hemolitik uremik atipikal.

Baca Juga: Mimisan: Jenis, Penyebab, Pengobatan, dan Pencegahan

2. Tanda dan gejala

ilustrasi buang air kecil (pixabay.com/bzndenis)

Tanda dan gejala sindrom hemolitik uremik dapat bervariasi berdasarkan penyebabnya. Akan tetapi, apa pun penyebabnya, semua akan merusak pembuluh darah, yang bisa menyebabkan kerusakan sel darah merah (anemia berat), menghancurkan sel pembekuan darah, penyakit gastrointestinal, penyakit sistem saraf pusat, serta menyebabkan gagal ginjal.

Gejala awalnya biasanya ditandai dengan gangguan pencernaan, seperti diare yang sering berdarah, sakit perut, kram, kembung, muntah, dan demam. Setelah beberapa hari, gejala dapat berkembang yang dapat mencakup:

  • Pucat mendadak, lekas marah, gelisah, dan kebingungan.
  • Buang air kecil berkurang. Sebaiknya segera cari bantuan medis ketika mendapati gejala tidak buang air kecil selama 12 jam atau lebih.
  • Ada darah dalam urine.
  • Mudah memar atau memar tanpa penyebab yang jelas.
  • Tekanan darah meningkat.
  • Sesak napas.
  • Kelelahan ekstrem.
  • Pembengkakan pada wajah, tangan, kaki, atau tubuh.
  • Pendarahan yang tidak biasa, seperti pendarahan dari hidung dan mulut.

3. Diagnosis

ilustrasi tes darah (pexels.com/Gustavo Fring)

Gejala sindrom hemolitik uremik mungkin terlihat seperti kondisi medis lainnya. Oleh karena itu, temui dokter untuk mendapat diagnosis yang tepat. Dokter mungkin akan melakukan beberapa tes, seperti tes darah, urine, dan tinja untuk menegakkan diagnosis.

  • Tes darah: untuk mengetahui jumlah sel darah merah dan trombosit, serta tingkat kreatinin (zat limbah dalam darah yang dikeluarkan ginjal) yang tinggi.
  • Tes urine: untuk membantu mengetahui kadar protein yang tinggi dan adanya darah dalam urine.
  • Tes tinja: membantu untuk mencari tahu bakteri penyebab sindrom hemolitik uremik, seperti E. coli.
  • Biopsi ginjal: ini mungkin diperlukan bila hasil tes lainnya tidak meyakinkan.

4. Pengobatan

ilustrasi perawatan pasien di rumah sakit (247nursing.com.au)

Seseorang yang mengalami sindrom hemolitik uremik atau penyakit hamburger harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.

Perawatan yang diberikan mungkin termasuk penggantian cairan, transfusi darah, obat tekanan darah tinggi, imunoglobin G (IgG) intravena, dan diet rendah protein untuk mengurangi risiko kerusakan ginjal lebih lanjut.

Terkadang perawatan lain seperti dialisis ginjal atau cuci darah, pertukaran plasma, atau transplantasi ginjal juga direkomendasikan, tergantung pada gejala yang berkembang.

Sementara itu, pemberian antibiotik tidak diketahui jelas apakah dapat membantu mengobati kondisi ini atau tidak.

Baca Juga: 8 Cara Menurunkan Kreatinin secara Alami, Cegah Gangguan Ginjal

Verified Writer

Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya