TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fakta Virus Langya, Virus Baru yang Ditemukan di China

Sudah menginfeksi 35 orang

ilustrasi virus (pixabay.com/Gerd Altmann)

Setelah SARS-CoV-2, virus baru kembali ditemukan di China. Virus ini disebut virus Langya, Langya henipavirus, atau LayV, dan terkait dengan virus Hendra dan Nipah.

Virus Langya sebenarnya pertama kali dideteksi pada tahun 2018, tetapi baru diidentifikasi secara resmi oleh para peneliti tahun 2022. Hingga kini, virus Langya diduga telah menyebabkan infeksi pada 35 orang di provinsi Shandong dan Henan, China.

Sampai sekarang, peneliti masih mencoba memahami lebih dalam seputar virus baru ini. Berikut ini, akan kita bahas beberapa hal yang telah diketahui tentang virus Langya sejauh ini.

1. Pertama kali ditemukan pada tahun 2018

ilustrasi virus (unsplash.com/Fusion Medical Animation)

Dilansir lembaga penyiaran NBC News, virus Langya pertama kali diidentifikasi pada Desember 2018 saat seorang perempuan berusia 53 tahun mendatangi sebuah rumah sakit di China dengan gejala mirip flu. Petugas menduga perempuan ini terinfeksi henipavirus, kelas yang mencakup beberapa patogen berbahaya seperti virus Nipah, yang memiliki tingkat kematian 40 hingga 75 persen.

Akan tetapi, virus yang menginfeksi pasien secara genetik berbeda dari virus henipa yang pernah diketahui para ilmuwan sebelumnya. Kemudian, diketahui bahwa infeksi itu berasal dari patogen baru yang saat ini dikenal sebagai virus Langya.

Hingga tahun 2021, para ilmuwan mendeteksi 34 kasus Langya lagi di dua provinsi China timur. Kabar baiknya, tak satu pun dari pasien meninggal dunia.

2. Gejala

ilustrasi demam, salah satu gejala infeksi virus Langya (freepik.com/peoplecreations)

Mengutip The Conversation, para peneliti di China pertama kali mendeteksi virus Langya sebagai bagian dari pengawasan rutin pada pasien yang melaporkan gejala demam setelah kontak dengan hewan.

Gejala yang dilaporkan sebagian besar bersifat ringan, seperti:

  • Demam.
  • Kelelahan.
  • Batuk.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Nyeri otot.
  • Mual.
  • Sakit kepala.

Meskipun begitu, peneliti masih belum memahami berapa lama pasien kembali sehat setelah terinfeksi virus.

Sebagian kecil pasien juga mengembangkan komplikasi yang berpotensi lebih serius, seperti pneumonia, dan kelainan pada fungsi hati dan ginjal. Namun, belum ada laporan seputar tingkat keparahan kelainan, kebutuhan untuk rawat inap, dan apakah ada kasus yang fatal.

Baca Juga: Virus Cacar Monyet Diduga Bisa Menular Melalui ASI

3. Ditularkan ke manusia oleh hewan

ilustrasi tikus, hewan utama pembawa virus Langya (unsplash.com/Zdeněk Macháček)

Para peneliti melakukan survei hewan domestik dan liar untuk melacak hewan inang virus, dan menemukan RNA Langya paling dominan pada tikus, mengutip Al Jazeera. Sekitar 27 persen tikus dites positif virus, menunjukkan bahwa hewan itu mungkin reservoir alami virus.

Selain tikus, sekitar 5 persen anjing dan 2 persen kambing juga dinyatakan positif. Meskipun begitu, manusia lebih mungkin tertular virus ini dari tikus liar.

4. Tidak menular dari manusia ke manusia

ilustrasi menemani orang sakit (pexels.com/Alex Green)

Kabar baiknya, tidak ada tanda-tanda penularan virus dari manusia ke manusia. Dikutip NBC News, pasien yang diteliti tampaknya tidak menyebarkan virus ke orang yang kontak dekat dan tidak memiliki riwayat paparan. 

Sebagian besar pasien memiliki kontak dekat dengan hewan sebelum mereka jatuh sakit. Jadi, kemungkinan besar virus Langya ditularkan dari hewan ke manusia dan tidak menular antar manusia.

5. Terkait dengan virus Hendra dan Nipah

ilustrasi virus Nipah (commons.wikimedia.org)

Virus baru ini tampaknya berkaitan erat dengan dua virus lain: virus Nipah dan virus Hendra. Virus Hendra pertama kali dilaporkan di Queensland, Australia, pada tahun 1994, yang menyebabkan kematian 14 ekor kuda dan seorang manusia.

Sementara itu, mengutip Centers for Disease Control and Prevention (CDC), virus Nipah pertama kali ditemukan pada tahun 1999 di Malaysia dan Singapura pada manusia yang kontak dengan babi. Wabah ini menginfeksi hampir 300 manusia dan menyebabkan lebih dari 100 kasus kematian. Wabah juga menyebabkan dampak besar di bidang ekonomi karena lebih dari 1 juta babi dibunuh untuk membantu mengendalikan wabah. Virus Nipah dapat menular antarmanusia, sebagian besar di antara kontak rumah tangga.

Baca Juga: Virus Hendra: Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya