TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hipoventilasi: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Perawatan

Kondisi napas pendek yang mengancam nyawa

ilustrasi hipoventilasi (freepik.com/8photo)

Hipoventilasi, atau yang juga dikenal sebagai sindrom hipoventilasi atau depresi pernapasan, adalah retensi abnormal karbon dioksida dalam darah sebagai akibat dari buruknya pertukaran karbon dioksida dan oksigen dalam paru-paru. Pernapasan lambat dan dangkal menjadi ciri dari gangguan pernapasan ini.

Pada pernapasan yang normal, darah membawa oksigen yang dihirup ke seluruh jaringan tubuh sambil mengeluarkan karbon dioksida melalui paru-paru sebagai produk limbah. Namun, pada hipoventilasi, tubuh tidak dapat mengeluarkan karbon dioksida secara efisien. Akibatnya, terjadi penumpukan karbon dioksida dengan sedikit oksigen yang tersedia untuk fungsi tubuh.

Dirangkum dari Medical News Today dan Verywell Health, inilah informasi penting seputar hipoventilasi yang perlu diketahui agar kamu bisa mewaspadainya.

1. Gejala

ilustrasi merasa lelah (freepik.com/freepic.diller)

Gejala hipoventilasi bermacam-macam, tergantung pada tingkat keparahan pasien. Pada mulanya, gejala hipoventilasi ringan dan tidak spesifik, seperti:

  • Merasa lelah dan lesu
  • Mengantuk di siang hari
  • Pernapasan lambat dan pendek
  • Depresi
  • Sesak napas

Apabila gejala awal tidak ditangani, maka kondisi dapat menjadi makin parah dan gejala berkembang menjadi sebagai berikut:

  • Kebingungan
  • Disorientasi
  • Penglihatan terganggu dan sakit kepala
  • Merasa sesak napas, baik saat beraktivitas maupun tidak aktif
  • Bibir, jari tangan, dan kaki berwarna kebiruan
  • Peningkatan kantuk dan kelelahan di siang hari
  • Tidur lama di malam hari
  • Sleep apnea
  • Mual
  • Suara napas tidak normal
  • Menurunnya kesadaran dan kognisi

Baca Juga: Mudah & Ampuh, Ini 5 Teknik Latihan Pernapasan untuk Hilangkan Stres

2. Penyebab

ilustrasi asma (freepik.com/freepik)

Sejumlah kondisi kesehatan dapat menyebabkan hipoventilasi, yang berdampak pada perubahan laju pernapasan. Ketika ini terjadi, paru-paru tidak dapat mengedarkan udara sepenuhnya. Penyebab paling umum dari sindrom hipoventilasi meliputi:

  • Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK): ini berkembang sebagai akibat dari pola pernapasan yang tidak normal dan kelemahan otot dada.
  • Obesity hypoventilatory syndrome (OHS): bertambahnya berat secara signifikan yang bertumpu pada rongga dada menyebabkan kinerja pernapasan menjadi lebih sulit dan kurang efisien. Dalam jangka panjang, gangguan ini dapat menyebabkan apnea yang sangat umum terjadi saat tidur.
  • Hipoventilasi alveolus sentral: ini terjadi saat dorongan sistem saraf pusat dasar untuk bernapas terganggu. Hal ini dapat terjadi akibat penyakit saraf atau cedera kepala.
  • Deformitas dinding dada: ini menyebabkan keterbatasan fisik sehingga menghambat pernapasan normal dan fungsi paru-paru.

3. Diagnosis

ilustrasi hasil rontgen (pexels.com/Anna Shvets)

Diagnosis hipoventilasi harus dilakukan oleh dokter. Dengan begitu, pasien bisa mendapatkan perawatan yang tepat.

Saat melakukan diagnosis, pada awalnya dokter akan mengajukan pertanyaan tentang gejala dan obat apa pun yang sedang kamu konsumsi. Dokter kemudian akan melakukan pemeriksaan fisik dan serangkaian tes untuk menentukan penyebabnya. Tes ini dapat mencakup:

  • Rontgen dada
  • Tes fungsi paru-paru
  • Skrining obat
  • Skrining alkohol dan racun lainnya
  • Tes gas darah, untuk mengetahui kadar karbon dioksida dan oksigen dalam darah, serta rasio asam dan basa
  • Tes darah hematokrit dan hemoglobin untuk mengukur jumlah sel darah merah pembawa oksigen
  • Tes oksimetri nadi mengukur tingkat oksigen dalam aliran darah
  • Pemindaian CT dan MRI untuk memeriksa stroke atau tumor
  • Studi tidur untuk mendiagnosis gangguan terkait tidur
  • Tes fungsi tiroid
  • Tes elektrokardiografi untuk menentukan tanda-tanda gangguan jantung
  • Tes kadar amonia untuk mengetahui kadar amonia dalam darah.

4. Pengobatan

ilustrasi penggunaan terapi oksigen CPAP (rudrakshahealthcare.com)

Pengobatan hipoventilasi bervariasi tergantung pada penyebabnya. Pilihan pengobatan seharusnya bertujuan untuk memperbaiki gangguan yang mendasari dan meningkatkan kemampuan pernapasan. Perawatan yang sering dipilih untuk mengatasi hipoventilasi meliputi:

  • Terapi oksigen, dengan pemberian gas oksigen untuk meningkatkan pernapasan
  • Mesin continuous positive airway pressure (CPAP) atau bi-level positive airway pressure (BiPAP) agar saluran udara tetap terbuka saat tidur
  • Pembedahan untuk memperbaiki deformitas dada
  • Penurunan berat badan
  • Obat yang dihirup untuk membuka saluran udara
  • Terapi cairan intravena atau oral

Baca Juga: Mudah Dilakukan, Ini 5 Manfaat Dahsyat Melakukan Pernapasan Dalam

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya