TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Adenomiosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Salah satu kondisi yang membuat perempuan sulit hamil

ilustasi orang dengan adenomiosis (pexels.com/cottonbro)

Adenomiosis atau adenomyosis adalah suatu kondisi yang terjadi ketika jaringan yang biasanya melapisi rahim (jaringan endometrium) tumbuh ke dalam dinding otot rahim (miometrium).

Jaringan ekstra tersebut menyebabkan rahim membesar menjadi dua hingga tiga kali lipat. Hal tersebut bisa menyebabkan perdarahan rahim abnormal dan periode menstruasi yang menyakitkan.

Dilansir Cleveland Clinic, adenomiosis dan endometriosis merupakan kelainan yang melibatkan jaringan endometrium. Kedua kondisi tersebut menyakitkan. Namun, adenomiosis lebih mungkin untuk menyebabkan perdarahan menstruasi yang berat. Perbedaan antara adenomiosis dan endometriosis adalah lokasi di mana jaringan endometrium tumbuh.

Adenomiosis cenderung memengaruhi perempuan yang setidaknya telah memiliki satu anak. Akan tetapi, kondisi ini bisa membuat perempuan sulit hamil untuk yang pertama kalinya atau untuk hamil lagi.

Meski perawatan infertilitas bisa membantu, tetapi setelah hamil akan ada dua peningkatan risiko, yaitu keguguran (kehilangan kehamilan sebelum janin berkembang sepenuhnya) dan persalinan prematur (melahirkan sebelum minggu ke-37 kehamilan).

1. Penyebab dan faktor risiko

ilustrasi adenomiosis (mayoclinic.org)

Penyebab pasti dari adenomiosis tidak diketahui. Namun, kondisi ini terkait dengan peningkatan kadar estrogen. Adenomiosis biasanya menghilang sesudah menopause (12 bulan setelah periode menstruasi terakhir). Ini merupakan saat kadar estrogen menurun.

Dilansir Healthline, ada beberapa teori tentang apa saja hal-hal yang dapat menjadi penyebab adenomiosis. Ini termasuk:

  • Jaringan ekstra di dinding rahim, hadir sebelum lahir, yang tumbuh di masa dewasa.
  • Pertumbuhan invasif jaringan abnormal (disebut adenomioma) dari sel-sel endometrium yang mendorong diri mereka sendiri ke dalam otot rahim. Ini kemungkinan disebabkan oleh sayatan yang dibuat di dalam rahim selama operasi (seperti persalinan sesar) atau selama rahim normal berfungsi.
  • Sel punca di dinding otot rahim.
  • Peradangan rahim yang terjadi setelah melahirkan. Ini bisa merusak batas-batas sel yang biasa melapisi rahim.

Selain beberapa teori di atas, terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko perempuan mengembangkan adenomiosis, ini termasuk:

  • Berusia 40-an atau 50-an (sebelum menopause).
  • Mempunyai anak.
  • Pernah menjalani operasi rahim, seperti operasi sesar atau operasi untuk menghilangkan fibroid.

Baca Juga: Sering Nyeri Perut saat Menstruasi? Waspadai Kista Endometriosis

2. Gejala

ilustrasi perempuan yang mengalami nyeri haid atau dismenorea (commons.wikimedia.org/Vulvani)

Gejala adenomiosis berkisar dari ringan hingga berat. Namun, beberapa perempuan mungkin tidak mengalami gejala apa pun. Gejala adenomiosis yang paling umum antara lain:

  • Kram menstruasi berkepanjangan.
  • Perdarahan menstruasi yang berat.
  • Siklus menstruasi lebih lama dari biasanya.
  • Bercak di antara periode haid.
  • Penggumpalan darah ketika menstruasi.
  • Rasa sakit ketika berhubungan seks.
  • Nyeri tekan di daerah perut.

3. Komplikasi yang bisa terjadi

ilustrasi perempuan mengalami nyeri akibat adenomiosis (freepik.com/diana.grytsku)

Adenomiosis tidak selalu berbahaya. Namun, gejala yang ditimbulkannya bisa berdampak buruk bagi kualitas hidup penderitanya. Beberapa perempuan mengalami perdarahan haid yang berlebihan dan nyeri panggul. Ini dapat mengganggu aktivitas normal, misalnya dalam berhubungan seks.

Selain itu, perempuan dengan adenomiosis memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami anemia. Anemia merupakan suatu kondisi yang sering disebabkan oleh kekurangan zat besi. Tanpa zat besi yang cukup, tubuh tidak bisa membuat sel darah merah yang cukup untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh. Hal tersebut bisa menyebabkan kelelahan, pusing, dan kemurungan.

Kehilangan darah yang terkait dengan adenomiosis bisa mengurangi kadar zat besi dalam tubuh dan menyebabkan anemia. Selain itu, adenomiosis juga dikaitkan dengan kecemasan, depresi, dan mudah marah.

4. Diagnosis

ilustasi pemeriksaan MRI (pexels.com/Max Mishin)

Beberapa kondisi rahim lainnya bisa menyebabkan tanda dan juga gejala yang mirip dengan adenomiosis, sehingga membuat kondisi ini sulit didiagnosis. Kondisi rahim lainnya yang gejalanya mirip adenomiosis termasuk tumor fibroid (leiomioma), sel-sel rahim yang tumbuh di luar rahim (endometriosis), dan pertumbuhan di lapisan rahim (polip endometrium).

Dokter kemungkinan menyimpulkan bahwa pasien menderita adenomiosis setelah mengesampingkan kemungkinan penyebab lain untuk tanda dan gejala yang dialami pasien tersebut.

Dilansir Mayo Clinic, dokter kemungkinan mencurigai pasiennya memiliki adenomiosis berdasarkan:

  • Tanda dan gejala.
  • Pemeriksaan panggul yang menunjukkan rahim yang membesar dan melunak.
  • Pencitraan USG rahim.
  • Pencitraan resonansi magnetik (MRI) rahim.

Dalam beberapa kasus, dokter kemungkinan mengumpulkan sampel jaringan rahim untuk pengujian (biopsi endometrium) untuk memastikan pasien tidak mempunyai kondisi yang lebih serius. Namun, biopsi endometrium tidak akan membantu dokter untuk mengonfirmasi diagnosis adenomiosis. Pencitraan panggul seperti USG dan MRI bisa mendeteksi tanda-tanda adenomiosis. Meski begitu, satu-satunya cara untuk memastikannya adalah dengan memeriksa rahim setelah histerektomi.

Baca Juga: Kista Ovarium: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Perawatan 

Verified Writer

Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya