TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ensefalopati Hepatik: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Merupakan kelainan otak akibat penyakit hati kronis

ilustrasi ensefalopati hepatik (badgut.org)

Ensefalopati hepatik atau hepatic encephalopathy adalah kelainan otak yang terjadi karena penyakit hati kronis. Penyakit ini bisa bersifat akut (jangka pendek) maupun kronis (jangka panjang). 

Ensefalopati hepatik bisa memengaruhi laki-laki maupun perempuan dengan tingkat risiko yang sama dan bisa dialami di segala usia. Penyakit ini bisa berkembang secara perlahan dari waktu ke waktu pada penderita penyakit hati kronis, atau bisa terjadi secara episodik, memburuk, kemudian membaik, lalu kambuh lagi.

Menurut keterangan dari National Organization for Rare Disorders (NORD), episode HE biasanya dipicu oleh kondisi tertentu, seperti dehidrasi, kelainan ginjal, perdarahan gastrointestinal, sembelit, infeksi, pembedahan, minum minuman beralkohol secara berlebihan, dan penggunaan obat-obatan tertentu terutama yang bekerja pada sistem saraf pusat seperti obat tidur, antidepresan, obat penenang, dan antipsikotik.

Episode ensefalopati hepatik bisa berkembang dengan cepat dan tanpa peringatan, dan sering kali membutuhkan rawat inap. Pasien mengalami setidaknya beberapa penurunan fungsi otak, dan dalam kasus yang parah bisa kehilangan kesadaran dan mengalami koma.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut fakta-fakta seputar ensefalopati hepatik yang perlu kamu ketahui.

1. Apa penyebab ensefalopati hepatik?

ilustrasi organ hati atau lever (newton-gcrf.org)

Hati bertanggung jawab untuk membuang racun seperti amonia, keluar dari aliran darah. Pada ensefalopati hepatik, kondisi hati rusak atau sakit, sehingga kemampuannya untuk mengeluarkan amonia menjadi berkurang, dan akhirnya membuat amonia menumpuk di dalam darah, yang bisa dengan mudah masuk ke otak. 

Pada konsentrasi yang tinggi, amonia adalah racun bagi otak, yang memiliki efek langsung pada faktor pH (keseimbangan asam atau basa), metabolisme, dan potensi membran (keseimbangan sel saraf), sehingga bisa menyebabkan banyak perubahan pada otak yang mengakibatkan sel-sel otak (neuron) tidak berfungsi dengan baik. 

Baca Juga: Studi: Walau Cuma Sedikit, Minum Alkohol Tetap Bisa Merusak Otak!

2. Jenis-jenis ensefalopati hepatik

ilustrasi konsumsi alkohol (pexels.com/Isabella Mendes)

Dilansir Medical News Today, ensefalopati hepatik terdiri dari tiga jenis, yang masing-masing berkembang dalam lima tahap yang sama, yakni:

  • Tipe A: terjadi karena gagal hati akut, yang terjadi ketika seseorang yang sudah tidak mempunyai penyakit hati mengalami penurunan fungsi hati yang cepat. Penurunan fungsi hati ini umumnya terjadi selama beberapa hari atau minggu. Penyebab paling umum gagal hati akut yaitu overdosis asetaminofen. Selain itu, gagal hati akut juga bisa terjadi akibat konsumsi alkohol berlebihan, infeksi hepatitis, dan penyakit Wilson.
  • Tipe B: tipe ini merupakan hasil dari bypass portal-sistemik. Jenis ini melibatkan darah yang mengalir di sekitar hati, saat darah biasanya mengalir ke hati. Pengalihan ini mencegah hati untuk menyaring racun dari darah. Kelainan bawaan dan trauma merupakan penyebab utama jenis ini.
  • Tipe C: jenis ini terjadi karena jaringan parut yang parah, yaitu sirosis hati. Sirosis umumnya berkembang selama penyakit hati stadium akhir. Seiring waktu, jaringan parut makin menggantikan jaringan sehat, menyebabkan berkurangnya kemampuan hati untuk mengeluarkan racun dari darah dan menjalankan fungsi lainnya. Diperkirakan, sekitar 70 persen pasien sirosis juga mengalami gejala ensefalopati hepatik. Meski begitu, banyak pasien yang hanya mengalami gejala ensefalopati hepatik ringan, tetapi kemungkinan akan kambuh sepanjang hidup. Menurut keterangan dari American Liver Foundation, penyebab paling umum sirosis yaitu hepatitis B, hepatitis C, penyakit hati terkait alkohol, dan fatty liver non alkohol.

Ensefalopati hepatik terdiri dari lima tahapan. Tingkat keparahan dan gejala menentukan stadiumnya. Tahapannya antara lain:

  • Tahap 0: gejala minimal kemungkinan melibatkan koordinasi dan konsentrasi.
  • Tahap 1: gejala yang ringan seperti kurang tidur dan rentang perhatian yang pendek.
  • Tahap 2: gejala yang sedang seperti bicara cadel dan kehilangan ingatan.
  • Tahap 3: gejala yang parah termasuk perubahan kepribadian, kebingungan, dan kelesuan yang ekstrem.
  • Tahap 4: kehilangan kesadaran dan koma.

3. Gejala ensefalopati hepatik yang perlu diwaspadai

ilustrasi ensefalopati hepatik (commons.wikimedia.org/LaurMG.)

Gejala ensefalopati hepatik pada setiap pasien bisa berbeda-beda, tergantung penyebab kerusakan hati dan tingkat keparahan kelainan di otak. Gejala-gejala umum ensefalopati hepatik antara lain:

  • Gejala ringan hingga sedang: kebingungan, sering lupa, napas berbau harum atau manis, kesulitan dengan gerakan tangan kecil (misalnya memengaruhi tulisan tangan), sulit berpikir dan konsentrasi, penilaian yang buruk, dan perubahan kepribadian.
  • Gejala tambahan pada kasus yang parah: kantuk ekstrem, gerakan melambat, bingung atau bicara cadel, kejang, kecemasan yang parah, perubahan kepribadian yang lebih signifikan, ketidakmampuan untuk melakukan tugas mental, dan gemetar pada tangan atau lengan.

4. Ensefalopati hepatik akut umumnya terjadi pada seseorang dengan hepatitis toksik dan sindrom Reye

ilustrasi organ hati atau liver (delveinsight.com)

Ensefalopati hepatik akut berkembang karena penyakit hati yang parah, terutama pada seseorang dengan kondisi ini:

  • Hepatitis virus fulminan akut: jenis virus hepatitis parah yang muncul secara tiba-tiba.
  • Hepatitis toksik: bisa disebabkan oleh paparan alkohol, bahan kimia, dan obat-obatan atau suplemen.
  • Sindrom Reye: merupakan kondisi langka dan serius. Sindrom Reye umumnya terjadi pada anak-anak atau remaja. Sindrom ini menyebabkan pembengkakan serta radang hati dan otak secara tiba-tiba.

Ensefalopati hepatik akut juga bisa menandakan gagal hati terminal. Ensefalopati hepatik kronis bisa menjadi kondisi permanen atau terjadi secara berulang. Penderita ensefalopati hepatik akut dan kronis dengan versi berulang akan mengalami beberapa episode ensefalopati sepanjang hidupnya.

Kasus yang berulang umumnya terjadi pada penderita sirosis parah, sedangkan kasus permanen biasanya jarang terjadi dan terlihat pada pasien yang tidak merespons pengobatan, dan yang mempunyai kondisi neurologis permanen seperti kejang dan cedera saraf tulang belakang.

5. Diagnosis ensefalopati hepatik

ilustrasi electroencephalogram (commons.wikimedia.org/Baburov)

Proses diagnosis ensefalopati hepatik biasanya mencakup pemeriksaan fisik dan wawancara gejala dan riwayat kesehatan. Dalam beberapa kasus, dokter bisa mendiagnosis ensefalopati hepatik hanya dengan metode ini. Namun, dalam kasus lainnya, dokter perlu satu atau lebih tes untuk menentukan apakah gejala pasien disebabkan oleh ensefalopati hepatik.

Beberapa tes yang kemungkinan akan dipesan dokter meliputi:

  • Tes darah: membantu mengidentifikasi kondisi yang berhubungan dengan ensefalopati hepatik, termasuk infeksi, perdarahan, dan disfungsi ginjal atau hati. Tes ini juga bisa mengidentifikasi peningkatan racun dalam darah.
  • Tes pencitraan: MRI atau CT scan bisa membantu dokter untuk mengidentifikasi kelainan.
  • Elektroensefalogram (EEG): untuk mengukur aktivitas listrik di otak, untuk mengidentifikasi perubahan yang berhubungan dengan ensefalopati hepatik.
  • Tes fungsi hati: untuk memeriksa kadar enzim yang mengalami peningkatan. Peningkatan enzim akan menunjukkan stres atau kerusakan pada hati.

Baca Juga: Kenali 7 Gejala Sirosis Hati Ini Sebelum Terlambat Penanganannya

Verified Writer

Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya