Esofagitis Eosinofilik: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan
Alergi makanan dianggap sebagai salah satu penyebabnya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Esofagitis eosinofilik atau eosinophilic esophagitis adalah penyakit kronis pada kerongkongan. Kerongkongan merupakan tabung berotot yang membawa makanan dan cairan dari mulut ke perut. Pada esofagitis eosinofilik, sel darah putih yang disebut eosinofil menumpuk di lapisan dalam kerongkongan.
Eosinofil ini melepaskan zat yang mengakibatkan peradangan. Peradangan kronis kerongkongan bisa menyebabkan gejala seperti kesulitan makan atau menelan. Dilansir Medical News Today, esofagitis eosinofilik merupakan kondisi langka yang memengaruhi sekitar 1 dari 2.000 orang.
Namun, American Academy of Allergy, Asthma, and Immunology (AAAAI) menyatakan bahwa esofagitis eosinofilik menjadi lebih umum, meski ini diduga karena peningkatan kesadaran sehingga lebih banyak yang terdiagnosis.
Esofagitis eosinofilik bisa berkembang pada anak-anak dan orang dewasa semua etnis. Pada anak-anak, kondisi ini bisa mengakibatkan masalah perkembangan, seperti pertumbuhan yang terhambat.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut informasi seputar esofagitis eosinofilik yang perlu kamu ketahui.
1. Penyebab
Eosinofil merupakan jenis sel darah putih yang biasanya tidak ada di kerongkongan. Namun, pada esofagitis eosinofilik, eosinofil menumpuk di kerongkongan dan menyebabkan peradangan pada jaringan kerongkongan.
Para ahli telah memperhatikan bahwa banyak orang dengan esofagitis eosinofilik mempunyai beberapa jenis alergi. Dengan begitu, konsensusnya adalah bahwa respons imun seseorang terhadap alergen bisa mengakibatkan akumulasi eosinofil di kerongkongan.
Menurut AAAAI, respons imun abnormal terhadap makanan merupakan penyebab utama esofagitis eosinofilik. Namun, para ahli belum sepenuhnya memahami bagaimana mekanisme makanan memicu kondisi ini.
Alergen potensial lainnya yang bisa berkontribusi terhadap esofagitis eosinofilik meliputi serbuk sari, tungau debu, dan spora jamur.
Menurut keterangan dari American Partnership for Eosinophilic Disorders, gen tertentu juga bisa berperan dalam berkembangnya esofagitis eosinofilik.
Dilansir Mayo Clinic, inilah beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengembangkan esofagitis eosinofilik:
- Iklim: Seseorang yang tinggal di iklim dingin atau kering lebih mungkin didiagnosis esofagitis eosinofilik dibanding mereka yang tinggal di iklim lain.
- Musim: Seseorang lebih mungkin didiagnosis esofagitis eosinofilik antara musim semi dan musim gugur. Ini kemungkinan karena tingkat serbuk sari dan alergen lainnya lebih tinggi dan orang-orang cenderung berada di luar ruangan.
- Jenis kelamin: Esofagitis eosinofilik lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan.
- Sejarah keluarga: Para ahli menduga bahwa esofagitis eosinofilik bisa diturunkan dalam keluarga (mempunyai komponen genetik). Jika anggota keluarga ada yang menderita esofagitis eosinofilik, maka peluang untuk mengembangkan kondisi ini juga lebih besar.
- Alergi dan asma: Jika seseorang mempunyai alergi makanan atau lingkungan, asma, dermatitis atopik, atau penyakit pernapasan kronis, maka ia lebih mungkin didiagnosis esofagitis eosinofilik.
- Usia: Pada awalnya, esofagitis eosinofilik dianggap sebagai penyakit masa kanak-kanak. Namun, esofagitis eosinofilik sekarang juga umum terjadi pada orang dewasa, meskipun gejalanya agak berbeda antara anak-anak dan orang dewasa.
Baca Juga: Esofagitis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan
Editor’s picks
Baca Juga: Varises Esofagus: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.