Hiperkapnia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan
Kadar karbon dioksida yang terlalu tinggi dalam darah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hiperkapnia atau gagal napas adalah kondisi yang terjadi akibat kadar karbon dioksida terlalu tinggi dalam darah. Hal ini sering disebabkan oleh hipoventilasi atau gangguan pernapasan, yang mana kurangnya oksigen yang masuk ke paru-paru dan kurangnya karbon dioksida yang dikeluarkan.
Dilansir Verywell Health, hiperkapnia bisa menyebabkan efek seperti sakit kepala, pusing, kelelahan, serta komplikasi serius seperti kejang hingga kehilangan kesadaran.
Hiperkapnia juga bisa berkembang sebagai komplikasi penyakit paru-paru kronis seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), bronkitis, emfisema, penyakit paru-paru interstisial, fibrosis kistik, serta beberapa penyakit neurologis dan juga otot.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut deretan fakta medis seputar hiperkapnia meliputi penyebab, gejala, faktor risiko, diagnosis, dan pengobatannya.
1. Penyebab
Dilansir Medical News Today, hiperkapnia memiliki banyak penyebab, termasuk di antaranya:
- PPOK: Merupakan istilah umum untuk beberapa kondisi yang memengaruhi pernapasan. Bentuk umum PPOK yaitu bronkitis kronis dan emfisema. Bronkitis kronis mengakibatkan peradangan dan juga lendir di saluran udara, sementara emfisema menyebabkan kerusakan pada kantung udara atau alveoli di paru-paru. Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, asap rokok merupakan penyebab iritasi paru-paru paling umum yang menyebabkan PPOK. Selain itu, polusi udara dan paparan bahan kimia atau debu juga bisa menjadi penyebab. Emfisema dan bronkitis kronis bisa menyebabkan peningkatan kadar karbon dioksida dalam aliran darah. Namun, meski tidak semua orang dengan PPOK akan mengembangkan hiperkapnia, risiko akan meningkat seiring dengan perkembangan PPOK yang dideritanya.
- Sleep apnea: Menurut National Sleep Foundation, antara 5 dan 20 persen orang dewasa menderita sleep apnea. Kondisi ini ditandai dengan pernapasan yang dangkal atau jeda napas ketika tidur. Kondisi ini bisa mengganggu tingkat oksigen dalam aliran darah dan membuang keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam tubuh.
- Genetika: Dalam kasus jarang, kondisi genetik di mana hati gagal menghasilkan alfa-1-antitripsin (AAT) yang cukup bisa menyebabkan hiperkapnia. ATT adalah protein yang dibutuhkan untuk kesehatan paru-paru, sehingga defisiensi ATT merupakan faktor risiko PPOK.
- Gangguan saraf dan masalah otot: Pada beberapa orang, saraf dan otot yang dibutuhkan untuk fungsi paru-paru yang benar, kemungkinan tidak bekerja dengan benar. Misalnya, distrofi otot bisa menyebabkan otot melemah, yang pada akhirnya menyebabkan masalah pernapasan. Gangguan lain pada sistem saraf atau otot yang bisa menyebabkan hiperkapnia meliputi amyotrophic lateral sclerosis (ALS), ensefalitis, sindrom Guillain-Barré, dan myasthenia gravis.
Penyebab lain dari tingginya kadar karbon dioksida dalam darah meliputi:
- Aktivitas yang memengaruhi pernapasan, termasuk menyelam atau penggunaan ventilator.
- Stroke batang otak, yang bisa memengaruhi pernapasan.
- Hipotermia, keadaan darurat medis yang disebabkan oleh hilangnya panas secara cepat dari tubuh.
- Sindrom hipoventilasi obesitas, kondisi ketika orang yang kelebihan berat badan tidak bisa bernapas dalam atau cukup cepat.
- Overdosis obat tertentu, seperti opioid atau benzodiazepin.
Baca Juga: Hipoksemia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatan
Baca Juga: 7 Penyebab Sesak Napas pada Malam Hari, Alergi hingga Masalah Jantung
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.