Hipoksemia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Darah punya banyak peranan bagi tubuh, salah satunya yaitu untuk menyalurkan oksigen ke seluruh sel dan jaringan tubuh. Oksigen diperlukan oleh makhluk hidup untuk bernapas dan menjalankan fungsi tubuh, sehingga ketersediaannya harus tercukupi.
Namun, ada suatu kondisi kadar oksigen di dalam darah terlalu rendah, yaitu hipoksemia atau hypoxemia. Ini merupakan kondisi serius yang harus segera mendapat penanganan medis. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang hipoksemia, simak ulasannya berikut ini, ya!
1. Apa itu hipoksemia?
Dilansir Mayo Clinic, hipoksemia adalah kondisi kadar oksigen di dalam darah kurang dari batas normal, terutama pada pembuluh darah arteri. Kadar oksigen darah yang terlalu rendah dapat mengganggu organ tubuh untuk berfungsi dengan baik.
Dalam pemeriksaannya, hipoksemia ditentukan melalui serangkaian tes, seperti pengukuran kadar oksigen dalam sampel darah dari arteri. Oksigen arteri normal yaitu berkisar antara 75 hingga 100 mmHg, sedangkan nilai di bawah 60 mmHg biasanya mengindikasikan bahwa tubuh membutuhkan oksigen tambahan.
Kadar oksigen darah juga bisa diperkirakan dengan mengukur saturasi oksigen menggunakan pulse oximeter. Hasil pengukuran yang normal berada pada rentang 95 hingga 100 persen. Nilai di bawah 90 persen menunjukkan bahwa darah memiliki kadar oksigen yang rendah.
2. Gejala
Gejala hipoksemia yang muncul pada setiap penderita bisa berbeda-beda tergantung tingkat keparahan kondisinya. Mengutip Cleveland Clinic, berbagai gejala yang umum terjadi pada penderita hipoksemia meliputi:
- Sakit kepala
- Sesak napas
- Jantung berdetak cepat
- Batuk
- Napas berbunyi (mengi atau wheezing)
- Merasa kebingungan atau linglung
- Warna kulit, kuku, dan bibir menjadi biru
Jika merasakan gejala tersebut, segera periksakan ke dokter untuk menghindari perburukan kondisi.
Baca Juga: Mengenal Happy Hypoxia, Gejala Tak Biasa COVID-19 yang Ancam Nyawa
3. Hipoksemia berbeda dengan hipoksia
Sama-sama menunjukkan kondisi kekurangan oksigen dalam tubuh, hipoksemia dan hipoksia sering kali dianggap sama. Padahal, keduanya merupakan kondisi yang berbeda.
Seperti dijelaskan di laman Healthline, hipoksemia mengacu pada rendahnya kadar oksigen dalam darah. Sementara itu, hipoksia merupakan kondisi rendahnya kadar oksigen di dalam jaringan tubuh.
Hipoksia bisa terjadi akibat hipoksemia. Sebab, jika darah kekurangan oksigen, jaringan tubuh juga mungkin tidak mendapatkan oksigen yang cukup.
Hipoksia muncul disertai dengan beberapa gejala, salah satunya sesak napas. Namun, pada beberapa kasus, hipoksia bisa terjadi tanpa menimbulkan gejala apa pun yang disebut dengan happy hypoxia. Kondisi ini juga disebut-sebut menjadi salah satu gejala dari COVID-19 yang bisa mengancam jiwa.
Editor’s picks
4. Penyebab
Berbagai kondisi dan masalah kesehatan dapat memengaruhi tubuh dalam menjaga kadar oksigen dalam darah tetap normal. Dirangkum dari beberapa sumber, beberapa kondisi penyebab hipoksemia di antaranya:
- Gangguan pernapasan atau paru-paru, di antaranya acute respiratory distress syndrome (ARDS), asma, pneumonia, sleep apnea, edema paru, emboli paru, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Mengutip studi dalam International Journal of Chronic Obstructive Pulmonary Disease tahun 2011, hipoksemia relatif umum terjadi pada pasien PPOK yang dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup, berkurangnya toleransi terhadap latihan, mengurangi fungsi otot rangka, dan akhirnya meningkatkan risiko kematian.
- Anemia, yaitu kekurangan sel darah merah yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh.
- Penyakit atau kelainan pada jantung.
- Obat-obatan tertentu yang bisa memperlambat pernapasan, seperti beberapa obat bius dan narkotika.
- Berada di lingkungan dengan kadar oksigen dalam udara rendah, contohnya saat mendaki gunung.
- Lingkungan yang terpapar polusi udara.
5. Diagnosis
Dalam diagnosis hipoksemia, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa jantung dan paru-paru. Kelainan yang terjadi pada organ-organ tersebut dapat menjadi tanda dari kadar oksigen yang rendah dalam darah.
Di samping itu, dokter juga akan memeriksa apakah kulit, bibir, atau kuku pasien terlihat biru atau tidak.
Selain fisik, dilakukan pula tes lainnya untuk menentukan kadar oksigen dalam darah seperti:
- Pulse oximetry: tes ini menggunakan sensor dengan menjepitnya ke jari pasien untuk mengukur kadar oksigen dalam darah.
- Tes gas darah arteri: pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah dari pembuluh darah arteri pasien menggunakan jarum.
- Tes pernapasan: pasien mengembuskan napas ke dalam tabung yang terhubung dengan komputer atau mesin lain.
6. Pengobatan
Pengobatan hipoksemia bertujuan untuk meningkatkan kadar oksigen di dalam darah. Beberapa upaya yang dapat dilakukan meliputi:
- Obat-obatan: pemberian obat untuk mengobati hipoksemia biasanya diberikan melalui inhaler dengan cara dihirup untuk bisa sampai paru-paru.
- Terapi oksigen: diberikan pada kasus hipoksemia yang lebih parah agar pasien bisa mendapat tambahan oksigen. Pasien akan menggunakan masker atau selang yang dialiri oksigen.
7. Komplikasi yang bisa terjadi
Bila dibiarkan tanpa penanganan medis, hipoksemia dapat menyebabkan gagal napas tipe 1, yaitu kegagalan pernapasan yang melibatkan oksigen rendah, dan kadar karbon dioksida normal atau rendah, mengutip Physiopedia. Ini bisa mengakibatkan gejala lebih lanjut yang dapat mengancam jiwa, seperti:
- Asidosis respiratorik
- Aritmia jantung
- Hipoksemia serebral
- Perubahan kondisi mental termasuk koma
- Henti jantung
Hipoksemia tidak boleh disepelekan. Jika darah tidak memiliki cukup oksigen, maka organ dan jaringan tubuh akan kekurangan oksigen. Kondisi ini bisa makin memburuk apabila dibiarkan begitu tanpa penanganan. Oleh sebab itu, penderita hipoksemia perlu segera mendapatkan pertolongan medis yang tepat dan cepat.
Baca Juga: Hipoventilasi: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Perawatan
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.