TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Keratokonus: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Membuat kornea menonjol keluar dan berbentuk seperti kerucut

ilustrasi mata (unsplash.com/Larm Rmah)

Keratokonus atau keratoconus adalah kelainan mata (okular) yang ditandai dengan penipisan progresif dan juga perubahan bentuk kornea.

Kornea adalah lapisan luar mata yang tipis dan bening, yang biasanya berbentuk kubah. Penipisan kornea yang progresif secara perlahan menyebabkan tonjolan berbentuk kerucut berkembang ke arah pusat kornea, di area penipisan terbesar.

Kondisi tersebut berakibat penderitanya mengembangkan penglihatan kabur atau terdistorsi, peka terhadap cahaya (fotofobia), dan masalah penglihatan lainnya. Dilansir Johns Hopkins Medicine, keratokonus biasanya memengaruhi kedua mata, dengan satu lebih parah dibandingkan yang lain.

Keratokonus memengaruhi semua gender dan semua kelompok etnis di seluruh dunia. Menurut keterangan dari National Organization for Rare Disorders (NORD), keratokonus cenderung paling sering berkembang pada kalangan remaja atau masa pubertas, atau selama tahun-tahun usia remaja akhir.

Studi tahun 2015 menemukan bahwa laki-laki serta etnis Afrika-Amerika dan Latin berisiko lebih tinggi mengembangkan keratokonus, sementara wanita, ras Asia-Amerika, dan penderita diabetes tampaknya memiliki risiko yang lebih rendah.

1. Penyebab

ilustrasi keratokonus (crstoday.com)

Penyebab pasti keratokonus tidak diketahui. Namun, diyakini bahwa kecenderungan untuk mengembangkan penyakit ini sudah ada sejak lahir. Temuan umum pada keratokonus adalah hilangnya kolagen di kornea. Ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa ketidakseimbangan antara produksi dan penghancuran jaringan kornea oleh sel-sel kornea.

Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan keratokonus meliputi:

  • Genetika. Pasien dengan riwayat keluarga keratokonus atau dengan gangguan sistemik tertentu, seperti sindrom Down, mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena keratokonus.
  • Peradangan mata kronis. Peradangan konstan dari alergi atau iritasi bisa berkontribusi pada penghancuran jaringan kornea yang bisa menyebabkan keratokonus berkembang.
  • Menggosok mata. Menggosok mata kronis dikaitkan dengan berkembangnya keratokonus. Ini juga dapat menjadi faktor risiko untuk perkembangan penyakit.
  • Usia. Keratokonus sering ditemukan pada usia remaja. Umumnya, pasien muda dengan keratokonus lanjut lebih mungkin untuk membutuhkan beberapa bentuk intervensi bedah seiring perkembangan penyakit.

Baca Juga: 7 Cara Mudah Mengatasi Mata Lelah akibat Kelamaan Memandang Gadget

2. Gejala

ilustrasi mengucek mata (southbayretina.com)

Banyak penderita keratokonus yang tidak menyadari bahwa mereka memiliki kondisi mata tersebut. Gejala paling awal biasanya berupa penglihatan yang sedikit kabur atau penglihatan makin memburuk yang tidak mudah dikoreksi.

Gejala keratokonus lainnya yaitu meliputi:

  • Silau dan melihat lingkaran cahaya di sekitar lampu.
  • Peningkatan kepekaan terhadap cahaya terang.
  • Kesulitan melihat pada malam hari.
  • Iritasi mata atau sakit kepala yang berhubungan dengan sakit mata.
  • Penglihatan yang memburuk atau kabur secara tiba-tiba.

3. Komplikasi yang dapat ditimbulkan

ilustrasi keratokonus (aoa.org)

Dalam beberapa situasi, kornea kemungkinan membengkak dengan cepat dan menyebabkan penurunan penglihatan secara tiba-tiba dan jaringan parut pada kornea. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi ketika lapisan dalam kornea rusak dan memungkinkan cairan masuk ke kornea (hidrops).

Pembengkakan biasanya mereda dengan sendirinya, tetapi bekas luka bisa terbentuk yang akan memengaruhi penglihatan.

Keratokonus lanjut juga bisa menyebabkan ada bekas luka di kornea, terutama di tempat kerucut paling menonjol. Bekas luka tersebut bisa menimbulkan masalah penglihatan yang memburuk dan kemungkinan membutuhkan operasi transplantasi kornea.

4. Diagnosis

ilustrasi pemeriksaan mata (lasikmd.com)

Selain riwayat medis lengkap dan pemeriksaan mata, dokter spesialis mata dapat melakukan tes berikut untuk mendiagnosis keratokonus:

  • Topografi kornea. Ini adalah cara paling akurat untuk mendiagnosis keratokonus dini dan melihat perkembangannya. Gambar terkomputerisasi yang membuat peta kurva kornea diambil.
  • Pemeriksaan slit lamp. Pemeriksaan kornea ini dapat membantu mendeteksi kelainan pada lapisan luar dan tengah kornea.
  • Pachymetry. Tes ini digunakan untuk mengukur area tertipis dari kornea.

Baca Juga: 5 Efek Buruk Gak Pakai Kacamata saat Sebenarnya Kamu Butuh

Verified Writer

Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya