Keratokonus: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan
Membuat kornea menonjol keluar dan berbentuk seperti kerucut
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Keratokonus atau keratoconus adalah kelainan mata (okular) yang ditandai dengan penipisan progresif dan juga perubahan bentuk kornea.
Kornea adalah lapisan luar mata yang tipis dan bening, yang biasanya berbentuk kubah. Penipisan kornea yang progresif secara perlahan menyebabkan tonjolan berbentuk kerucut berkembang ke arah pusat kornea, di area penipisan terbesar.
Kondisi tersebut berakibat penderitanya mengembangkan penglihatan kabur atau terdistorsi, peka terhadap cahaya (fotofobia), dan masalah penglihatan lainnya. Dilansir Johns Hopkins Medicine, keratokonus biasanya memengaruhi kedua mata, dengan satu lebih parah dibandingkan yang lain.
Keratokonus memengaruhi semua gender dan semua kelompok etnis di seluruh dunia. Menurut keterangan dari National Organization for Rare Disorders (NORD), keratokonus cenderung paling sering berkembang pada kalangan remaja atau masa pubertas, atau selama tahun-tahun usia remaja akhir.
Studi tahun 2015 menemukan bahwa laki-laki serta etnis Afrika-Amerika dan Latin berisiko lebih tinggi mengembangkan keratokonus, sementara wanita, ras Asia-Amerika, dan penderita diabetes tampaknya memiliki risiko yang lebih rendah.
1. Penyebab
Penyebab pasti keratokonus tidak diketahui. Namun, diyakini bahwa kecenderungan untuk mengembangkan penyakit ini sudah ada sejak lahir. Temuan umum pada keratokonus adalah hilangnya kolagen di kornea. Ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa ketidakseimbangan antara produksi dan penghancuran jaringan kornea oleh sel-sel kornea.
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan keratokonus meliputi:
- Genetika. Pasien dengan riwayat keluarga keratokonus atau dengan gangguan sistemik tertentu, seperti sindrom Down, mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena keratokonus.
- Peradangan mata kronis. Peradangan konstan dari alergi atau iritasi bisa berkontribusi pada penghancuran jaringan kornea yang bisa menyebabkan keratokonus berkembang.
- Menggosok mata. Menggosok mata kronis dikaitkan dengan berkembangnya keratokonus. Ini juga dapat menjadi faktor risiko untuk perkembangan penyakit.
- Usia. Keratokonus sering ditemukan pada usia remaja. Umumnya, pasien muda dengan keratokonus lanjut lebih mungkin untuk membutuhkan beberapa bentuk intervensi bedah seiring perkembangan penyakit.
Baca Juga: 7 Cara Mudah Mengatasi Mata Lelah akibat Kelamaan Memandang Gadget
Editor’s picks
Baca Juga: 5 Efek Buruk Gak Pakai Kacamata saat Sebenarnya Kamu Butuh
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.