Penyakit Batten: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan
Kelainan bawaan yang bikin anak terkena demensia dini
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Penyakit Batten adalah kelainan bawaan yang fatal pada sistem saraf, yang umumnya dimulai sejak masa kanak-kanak. Penyakit ini dinamai sesuai dengan nama dokter anak asal Inggris yang pertama kali mendeskripsikannya pada tahun 1903, yaitu Frederick E. Batten.
Juga dikenal sebagai penyakit Spielmeyer-Vogt-Sjögren-Batten, ini merupakan bentuk paling umum dari sekelompok kelainan yang disebut dengan neuronal ceroid lipofuscinosis (NCL) tipe 2.
Meski awalnya penyakit Batten merujuk secara khusus ke bentuk NCL remaja (JNCL), tetapi kini istilah penyakit Batten semakin banyak digunakan dokter spesialis anak untuk menggambarkan seluruh bentuk NCL.
Kebanyakan anak mulai menunjukkan gejala antara usia 5 dan 10 tahun. Saat gejala muncul, anak yang sebelumnya sehat kemungkinan akan mulai menunjukkan tanda-tanda kejang atau masalah penglihatan.
Penyakit Batten sering kali berakibat fatal pada akhir usia belasan atau 20-an. Kebanyakan orang dengan penyakit ini akan meninggal dunia pada usia remaja atau awal 20-an.
1. Penyebab
Penyakit Batten diturunkan secara autosomal resesif, yang berarti bahwa seorang anak perlu mewarisi dua gen yang rusak (satu dari masing-masing orang tua) untuk mengembangkan penyakit langka ini.
Jika kedua orang tua membawa satu gen yang rusak, maka masing-masing anak dari pasangan tersebut mempunyai peluang satu dari empat untuk mengembangkan NCL.
Selain itu, setiap anak juga mempunyai peluang satu dari dua, untuk mewarisi hanya satu salinan gen yang rusak, dan menjadikannya pembawa gen (carrier). Ini berarti mereka bisa menurunkan gen tersebut ke anak-anak mereka, meski mereka tidak mengembangkan penyakit tersebut.
Dilansir News Medical Life Sciences, gejala yang muncul disebabkan oleh penumpukan zat yang disebut dengan lipopigmen, yaitu gabungan lemak dan protein di jaringan tubuh. Endapan lipopigmen ini menumpuk di mata, otak, kulit, otot, dan jaringan lain, sehingga merusak neuron (sel-sel saraf dan cabang-cabang halusnya) di retina dan sistem saraf pusat.
Baca Juga: Hipomagnesemia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan
Baca Juga: Kriptosporidiosis: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.