Sindrom Reye: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan
Penyakit langka yang menyebabkan kerusakan otak dan hati
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sindrom Reye atau Reye's syndrome merupakan kondisi yang bisa menyebabkan kerusakan otak dan hati. Kelainan langka ini merupakan kondisi akut yang sangat serius, yang bisa menyerang semua organ utama tubuh, terutama otak dan hati.
Sindrom Reye menyebabkan kadar gula darah menurun, sementara kadar amonia dan keasaman dalam darah meningkat. Kondisi tersebut mengakibatkan hati membengkak dan mengembangkan timbunan lemak serta menyebabkan pembengkakan pada otak yang bisa memicu kejang atau kehilangan kesadaran.
Meski dapat dialami semua usia, tetapi sindrom Reye paling sering terjadi pada usia di bawah 18 tahun, terutama anak-anak usia 4-12 tahun. Sindrom ini juga bisa terjadi pada bayi dan dewasa muda meski kasusnya sangat jarang.
Nama penyakit tersebut berasal dari ahli patologi asal Australia, Ralph Douglas Kenneth Reye, yang pertama kali melaporkan kelainan ini pada tahun 1963.
Berdasarkan keterangan dari National Organization for Rare Disorders, anak-anak dan remaja yang tinggal di daerah pedesaan atau pinggiran kota lebih sering terkena sindrom Reye dibanding dengan yang tinggal di daerah perkotaan. Kasusnya lebih banyak ditemukan sepanjang musim dingin dibandingkan musim-musim lainnya.
1. Penyebab
Penyebab pasti sindrom Reye masih belum diketahui. Namun, kondisi ini paling sering terjadi pada anak-anak dan remaja yang baru sembuh dari infeksi virus seperti pilek, flu, atau cacar air.
Namun, sindrom Reye juga bisa berkembang 3-5 hari setelah penyakit akibat virus dimulai. Sindrom ini paling sering dipicu oleh patogen virus seperti influenza A dan B dan varicella (cacar air).
Menurut data surveilans dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), pada tahun 1980 dan 1997, ditemukan kasus sindrom Reye yang diawali oleh infeksi influenza sekitar 73 persen, infeksi varicella sekitar 21 persen, dan infeksi gastroenteritis sekitar 14 persen.
Selain itu, studi epidemiologi juga menemukan hubungan antara penggunaan salisilat (aspirin) dan perkembangan sindrom Reye. Dilansir Healthline, pemberian aspirin untuk mengobati infeksi virus dapat meningkatkan risiko berkembangnya sindrom Reye, terutama pada anak dan remaja yang memiliki kelainan oksidasi asam lemak.
Oksidasi asam lemak merupakan jenis gangguan metabolisme yang menyebabkan tubuh tidak mampu memecah asam lemak, karena enzim hilang atau tidak dapat berfungsi dengan baik.
Selain aspirin, juga terdapat obat bebas lainnya yang kemungkinan mengandung salisilat yang mirip dengan yang ditemukan pada aspirin, seperti:
- Bismuth subsalicylate
- Produk yang mengandung minyak wintergreen (umumnya obat oles)
Produk-produk tersebut tidak boleh diberikan pada anak yang pernah mengalami infeksi virus. Selain itu, produk-produk tersebut juga harus dihindari selama beberapa minggu, setelah anak mendapat vaksin cacar air.
Baca Juga: Obat Aspirin: Manfaat, Dosis, Peringatan, dan Efek Samping
Baca Juga: Mikrosefalus: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Perawatan, Pencegahan
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.