Mikrosefalus: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Perawatan, Pencegahan

Ukuran kepala bayi lebih kecil dari rata-rata

Mikrosefalus atau mikrosefali (microcephaly) adalah kondisi neurologis yang membuat kepala bayi lebih kecil dibanding kepala bayi lainnya pada usia dan jenis kelamin yang sama.

Biasanya, mikrosefalus terjadi karena perkembangan otak yang tidak normal di dalam kandungan atau pertumbuhan otak yang tidak sebagaimana mestinya setelah lahir.

Mengutip News Medical Life Sciences, mikrosefalus masih merupakan kondisi langka di seluruh dunia, meskipun telah terjadi lonjakan kasus di negara-negara tertentu. Secara global, diperkirakan 1 dari setiap 30.000 hingga 250.000 bayi mengalami mikrosefalus saat lahir.

1. Gejala

Mikrosefalus: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Perawatan, Pencegahanilustrasi perbandingan ukuran kepala bayi rata-rata dan bayi dengan mikrosefalus (cdc.gov)

Gejala mikrosefalus yang paling terlihat adalah ukuran kepala bayi yang secara signifikan lebih kecil dibanding bayi lainnya. Selain itu, ada pula berbagai gejala umum lainnya yang bisa muncul, termasuk:

  • Tangisan bernada tinggi
  • Gangguan makan
  • Masalah pendengaran dan penglihatan
  • Kejang
  • Peningkatan gerakan lengan dan kaki (spastisitas)
  • Hiperaktif (terlalu aktif)
  • Keterlambatan perkembangan
  • Masalah dalam belajar berbicara, berdiri, dan berjalan
  • Cacat intelektual (masalah dengan belajar)

Pertumbuhan anak dengan kondisi ini juga akan terganggu. Wajah anak akan terus berkembang seiring pertambahan usianya, tetapi tengkoraknya tidak. Ini akan menyebabkan anak punya wajah yang besar, dahi mengecil, serta kulit kepala yang kendur dan berkerut.

Selain itu, bagian tubuh lain selain wajah dan kepala juga kerap lebih kurus atau lebih kecil dari ukuran normalnya. Sementara itu, beberapa bayi mungkin tidak memiliki gejala yang terlihat, sehingga sejumlah anak dengan mikrosefalus bisa tumbuh dan berkembang secara normal, dilansir Cleveland Clinic.

2. Penyebab

Mikrosefalus: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Perawatan, Pencegahanilustrasi masa kehamilan (pexels.com/freestocks.org)

Kemungkinan penyebab mikrosefalus bisa sangat beragam, tetapi penyebabnya pada sebagian besar kasus umumnya tidak diketahui. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), penyebab paling umum mikrosefalus bisa termasuk:

  • Infeksi selama kehamilan. Ini bisa terjadi akibat infeksi toksoplasmosis (disebabkan oleh parasit yang ditemukan pada daging setengah matang), Campylobacter pylori, rubela, herpes, sifilis, sitomegalovirus, HIV, dan Zika.
  • Paparan bahan kimia beracun. Ibu hamil mungkin terpapar logam berat seperti arsenik dan merkuri, alkohol, radiasi, atau merokok.
  • Cedera prenatal maupun perinatal pada otak yang sedang berkembang (hipoksia-iskemia, trauma).
  • Kelainan genetik seperti sindrom Down.
  • Malnutrisi berat selama kehidupan janin atau selama masa kehamilan.

Baca Juga: Campak: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Komplikasi, dan Pencegahan

3. Diagnosis

Mikrosefalus: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Perawatan, Pencegahanilustrasi pengukuran kepala bayi (paho.org)

Diagnosis mikrosefalus dapat dilakukan sebelum maupun setelah bayi lahir. Dilansir WebMD, selama kehamilan, pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat menunjukkan ukuran kepala bayi dengan jelas, sehingga USG mampu menunjukkan jika bayi memiliki ukuran kepala yang lebih kecil dari perkiraan.

Sebaiknya lakukan USG pada akhir trimester kedua atau saat memasuki tiga bulan terakhir kehamilan untuk melihat gambaran yang lebih akurat.

Setelah bayi lahir, dokter akan mengukur di sekitar bagian terluas kepala anak, kemudian angka tersebut akan ditandai pada grafik pertumbuhan. Ini akan membantu dokter mengetahui bagaimana pertumbuhan kepala anak dibanding anak-anak lain pada usia dan jenis kelamin yang sama.

Apabila ukuran kepala anak jatuh pada titik tertentu di bawah rata-rata, maka anak tersebut didiagnosis mikrosefalus.

Pengukuran kepala biasanya dilakukan pada setiap pemeriksaan hingga usia anak mencapai 2 atau 3 tahun. Jika anak sudah didiagnosis mikrosefalus, maka ukuran kepala akan diperiksa pada setiap kunjungan dokter seumur hidupnya.

4. Perawatan

Mikrosefalus: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Perawatan, Pencegahanilustrasi terapi pada anak dengan mikrosefalus (manchesterneurophysio.co.uk)

Mengutip laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), mikrosefalus adalah kondisi seumur hidup dan hingga kini belum ada obat atau pengobatan standarnya.

Kondisi mikrosefalus sendiri memiliki tingkatan dari yang ringan hingga yang berat, sehingga perawatannya bisa bervariasi pada tiap pasien.

Pada mikrosefalus ringan, kebanyakan bayi tidak mengalami masalah lain selain ukuran kepala yang kecil. Namun, bayi dengan mikrosefalus tetap butuh pemeriksaan rutin untuk memantau pertumbuhan dan perkembangannya.

Sementara pada mikrosefalus yang berat atau lebih parah, bayi umumnya perlu perawatan dan pengobatan yang berfokus pada penanganan masalah kesehatan mereka yang lain. Berbagai perawatan perkembangan sejak dini sering kali bisa membantu bayi dengan mikrosefalus untuk meningkatkan serta memaksimalkan kemampuan fisik dan intelektual mereka.

Perawatan tersebut mungkin termasuk terapi bicara, okupasi, dan fisik. Obat-obatan tertentu juga kadang diperlukan guna mengobati kejang atau gejala lain yang terkait mikrosefalus.

5. Komplikasi yang bisa terjadi

Mikrosefalus: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Perawatan, Pencegahanilustrasi anak dengan mikrosefali atau mikrosefalus (health.choc.org)

Beberapa anak dengan mikrosefalus punya kecerdasan dan perkembangan normal, meskipun kepala mereka akan selalu kecil untuk usia dan jenis kelamin mereka.

Tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan mikrosefali, komplikasi yang bisa dialami mungkin termasuk:

  • Keterlambatan perkembangan, seperti dalam berbicara dan bergerak
  • Kesulitan dengan koordinasi dan keseimbangan
  • Dwarfisme atau perawakan pendek
  • Distorsi wajah
  • Hiperaktif
  • Disabilitas intelektual
  • Kejang

6. Pencegahan

Mikrosefalus: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Perawatan, Pencegahanilustrasi mengonsumsi makanan sehat selama kehamilan (freepik.com/gpointstudio)

Selama masa kehamilan, ibu hamil bisa mengambil upaya pencegahan mikrosefalus, misalnya dengan:

  • Mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat serta minum vitamin prenatal.
  • Tidak minum alkohol atau menggunakan narkoba.
  • Menjauhi berbagai bahan kimia.
  • Sering mencuci tangan, dan mendapatkan perawatan untuk penyakit apa pun segera jika merasa sakit.
  • Seandainya memiliki kucing peliharaan, kotak pasir harus selalu dibersihkan karena ada potensi penyebaran parasit penyebab toksoplasmosis.
  • Menggunakan obat nyamuk saat berada di daerah area hutan atau daerah yang memiliki banyak nyamuk.

Bila anak sebelumnya mengalami mikrosefalus dan ingin hamil lagi, konsultasikan dengan dokter terlebih dulu. Konseling genetik dapat membantu pasien memahami risiko keluarga terhadap mikrosefalus.

7. Hal yang bisa dilakukan orang tua

Mikrosefalus: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Perawatan, Pencegahanilustrasi orangtua dan anak dengan mikrosefalus (self.com)

Selain masalah pada ukuran kepala anak, mikrosefalus berpotensi memicu berbagai masalah lain yang umumnya baru diketahui selama masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Karenanya, penting bagi pengidap mikrosefalus untuk rutin melakukan tes guna memeriksa pertumbuhan kepala serta fungsi motorik, sosial, intelektual, dan bahasa dari waktu ke waktu.

Seperti dijelaskan di laman Stanford Children’s Health, orang tua yang memiliki anak dengan mikrosefalus bisa membantu anak dengan memperkuat kepercayaan diri dan membuat anak mampu semandiri mungkin.

Anak juga mungkin butuh menjalani rehabilitasi fisik dan pekerjaan. Selain itu, anak juga biasanya butuh dukungan ekstra dari orang tua dan orang-orang di sekitarnya untuk menghadapi masa sekolah. Berbicara dengan ahli kesehatan tentang cara terbaik membantu anak meningkatkan kualitas hidupnya akan sangat membantu.

Mikrosefalus bisa disebabkan oleh berbagai faktor genetik maupun lingkungan. Kasus yang terjadi karena genetik biasanya tidak dapat dicegah, tetapi ibu hamil tetap bisa meminimalkan risiko mikrosefalus yang diperoleh (acquired microcephaly) dengan menjalankan pola hidup sehat selama kehamilan.

Baca Juga: Penyebab Infeksi Liver, Kondisi yang Diidap Ameer Azzikra

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya