TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

White-Coat Hypertension, Alasan Tekanan Darah Meninggi di Ruang Dokter

Cemas bertemu dokter bisa membuat tekanan darahmu tinggi

ilustrasi pengukuran tekanan darah (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah meninggi. Biasanya ada sejumlah hal yang memicu kondisi tersebut. Di antaranya pola makan, usia, riwayat keluarga, dan lain sebagainya. 

Namun, tahukah kamu bahwa ada orang tertentu yang mengalami tekanan darah tinggi hanya saat memeriksakan diri ke dokter? Kira-kira apa alasannya? Simak ulasan berikut tentang white-coat hypertension (hipertensi jas putih).

1. White-coat hypertension terjadi hanya saat memeriksakan diri ke dokter

ilustrasi dokter (pexels.com/Gustavo Fring)

Dilansir Mayo Clinic, white-coat hypertension adalah kondisi di mana hasil pengukuran tekanan darah lebih tinggi saat berada di ruangan dokter dibandingkan dalam kondisi lain, seperti di rumah. Disebut white-coat hypertension oleh karena melambangkan jas dokter yang berwarna putih.

Data dari Healthline mengatakan sekitar 15-30 persen orang mengalami white-coat hypertension. Inilah yang membuatnya berbeda dengan hipertensi yang sesungguhnya. Orang yang benar-benar mengalami hipertensi akan selalu menunjukkan hasil tekanan darah yang tinggi di mana pun pengukuran dilakukan.

2. Biasanya dipicu oleh kecemasan ketika masuk ke ruangan dokter

ilustrasi orang cemas (pexels.com/Andreas Piacquadio)

Kondisi ini sebenarnya disebabkan oleh stres psikis atau kecemasan yang dialami seseorang saat harus memeriksakan diri ke dokter. Ketika pulang ke rumah, tekanan darah umumnya akan kembali normal jika mereka tidak punya riwayat hipertensi sebelumnya. 

Peningkatan tekanan darah hanya di waktu tertentu umumnya memang terjadi pada orang dengan stressor psikis. Misalnya, saat mengalami permasalahan di tempat kerja atau pada kondisi darurat. Dalam kasus white-coat hypertension, pemicunya adalah kecemasan ketika berada di ruang periksa. 

Baca Juga: Mengenal Hipertensi Okular, Tekanan Bola Mata Lebih Tinggi dari Normal

3. White-coat hypertension bisa diketahui dari pemeriksaan tekanan darah ambulatori (ABPM)

ilustrasi pengukuran tekanan darah ambulatori (ABPM) (heartwest.com.au)

Pada orang yang dicurigai mengalami white-coat hypertension, perlu dilakukan pemeriksaan bernama pengukuran tekanan darah ambulatori (Ambulatory Blood Pressure Measurement/ABPM). Ini merupakan pengukuran tekanan darah yang dilakukan selama 24 jam pada saat beraktivitas sehari-hari. Alat akan dipasang di lengan dan tekanan darah akan terukur tiap 20-30 menit selama 24 jam.

Dalam jurnal berjudul "White-Coat Hypertension" milik American Heart Association tahun 2013, pemeriksaan ABPM dilakukan pada orang yang diduga mengalami white-coat hypertension. Terdapat tiga kriteria yang harus terpenuhi, yakni sebagai berikut:

  • Tekanan darah sebesar 140/90 mmHg ke atas pada minimal tiga kali pemeriksaan di waktu yang berbeda pada setting klinik atau ruang dokter;
  • Tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg pada minimal dua kali pemeriksaan di luar setting klinik. Misalnya, pada orang yang rutin mengukur tekanan darah di rumah menggunakan alat miliknya;
  • Tidak ada bukti kerusakan organ.

Seseorang dikatakan mengalami kondisi white-coat hypertension jika tekanan darah di setting klinik sebesar 140/90 mmHg ke atas. Sementara itu, tekanan darah 24 jam (ABPM) rata-rata kurang dari 130/80 mmHg.

Ketika diagnosis white-coat hypertension sudah benar terjadi, perlu dilakukan pengukuran ABPM secara berkala tiap 3-6 bulan sekali. Ini bertujuan untuk memonitor kondisi yang mungkin berkembang menjadi hipertensi sesungguhnya.

4. Pemeriksaan ABPM berperan dalam mencegah kesalahan diagnosis hipertensi

ilustrasi ABPM (gponline.com)

Kesalahan mendiagnosis white-coat hypertension bisa menimbulkan kerugian. Jika seseorang sebenarnya hanya mengalami kondisi ini, maka pengobatan antihipertensi tidak perlu diberikan.

Kesalahan diagnosis bisa menyebabkan orang mengonsumsi obat yang tidak diperlukan. Hal ini bisa menyebabkan mereka mengalami efek samping tertentu. Dilansir Healthline, efek samping yang berisiko didapatkan adalah hipotensi (tekanan darah terlalu rendah). Ini bisa membuat seseorang lemas, pusing, dan bahkan pingsan.

Baca Juga: Jarang Diketahui, Ini Tanda Hipertensi Paru dan Langkah Penanganannya

Verified Writer

Gilberta Rebecca

Health enthusiast ❤️

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya