TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sungguh Aneh Tapi Nyata, Ketahui 5 Fakta Gangguan Disosiatif

Mulai dari amnesia hingga kepribadian ganda

ilustrasi gangguan disosiatif (verywellhealth.com)

Orang sering kali menyepelekan kondisi cemas dan depresi akibat peristiwa traumatis. Faktanya, kondisi ini bisa memicu gangguan jiwa lain yang mengganggu kualitas hidup. Salah satu gangguan yang bisa terjadi adalah gangguan disosiatif atau dissociative disorders.

Gangguan disosiatif adalah gangguan mental yang melibatkan diskoneksi dan kurangnya kontinuitas antara pikiran, ingatan, lingkungan, tindakan, dan identitas. Penderitanya melarikan diri dari kenyataan secara tidak sengaja dan tidak sehat, serta menyebabkan masalah dengan fungsi dalam kehidupan sehari-hari.

Pernah mengalami atau mengetahui orang yang lupa akan dirinya dan masa lalunya? Orang dengan beberapa kepribadian? Terdengar tak biasa, tetapi kondisi ini tidak berhubungan dengan mistis tanpa dasar ilmiah, melainkan suatu gangguan jiwa yang butuh penanganan dokter.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang gangguan disosiatif dan apa dampaknya bagi penderitanya, simak ulasannya di bawah ini.

1. Gangguan disosiatif menyebabkan orang lari dari kenyataan secara tidak sadar

ilustrasi seseorang dengan depresi (cuidateplus.marca.com)

Menurut keterangan di laman National Alliance on Mental Illness, gangguan disosiatif merupakan ketidaksinambungan antara pikiran, identitas, kesadaran, dan ingatan. Terdengar rumit, ya?

Intinya, gangguan ini menyebabkan seseorang lari dari kenyataan secara tidak sadar. Kondisi ini bisa dialami oleh siapa saja tanpa memandang ras dan usia.

Dilansir Mayo Clinic, gangguan disosiatif dipicu oleh trauma psikologis. Gejalanya bermacam-macam, meliputi:

  • Hilang ingatan (amnesia) terhadap periode waktu, kejadian, orang, dan informasi personal tertentu
  • Perasaan terputus dari diri sendiri dan emosi
  • Persepsi terhadap orang dan hal-hal di sekitar seperti terdistorsi dan tidak nyata
  • Rasa identitas yang memudar
  • Stres atau masalah yang signifikan dalam hubungan, pekerjaan, aspek penting lainnya dalam hidup
  • Ketidakmampuan untuk mengatasi stres emosional atau stres kerja dengan baik
  • Masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, serta pikiran dan perilaku untuk bunuh diri

Baca Juga: Jangan Takut, Ini 7 Fakta dan Solusi Trauma Psikologis

2. Menurut DSM-V, terdapat tiga jenis gangguan disosiatif

ilustrasi amnesia disosiatif (therecoveryvillage.com)

Berdasarkan buku panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition (DSM-5) yang diterbitkan American Psychiatric Association, terdapat tiga jenis gangguan disosiatif, yakni:

  • Amnesia disosiatif. Gejalanya adalah hilang ingatan yang bukan sekadar lupa ingatan normal dan tidak disebabkan oleh kondisi medis tertentu. Orang tidak bisa mengingat dirinya sendiri dan orang lain, serta kejadian tertentu, khususnya yang bersifat traumatis. Episode amnesia terjadi secara mendadak dan bertahan selama beberapa menit, jam, bulan, hingga tahun. Seseorang dapat sepenuhnya meninggalkan kehidupan dan identitas lamanya. Ini dinamakan fugue disosiatif.
     
  • Gangguan kepribadian disosiatif. Dikenal dengan istilah kepribadian multipel. Orang merasakan keberadaan beberapa identitas yang hidup di luar pikiran dan semacam merasuki dirinya. Uniknya, masing-masing identitas memiliki nama dan sifat yang berbeda-beda.

  • Gangguan depersonalisasi-derealisasi. Depersonalisasi merupakan suatu episode di mana seseorang merasa terpisah dari dirinya sendiri. Kondisi ini adalah perasaan mengamati tingkah laku, tindakan, dan pikiran diri sendiri dari luar tubuh. Sementara itu, derealisasi adalah perasaan bahwa lingkungan sekitar tidak nyata. Orang merasa bahwa orang lain atau benda di sekitarnya hanyalah mimpi dan merasa waktu berjalan lebih lambat atau cepat. Seseorang bisa mengalami depersonalisasi , derealisasi, atau keduanya. Episode ini bertahan selama beberapa saat dan bisa berulang.

3. Gangguan ini timbul sebagai respons terhadap pengalaman traumatis

ilustrasi orang bersedih (Pexels.com/ Keenan Constance)

Gangguan disosiatif muncul sebagai mekanisme pertahanan terhadap trauma psikologis. Gangguan ini sering kali muncul pada anak yang mengalami kekerasan fisik, seksual, dan emosional.

Stresor (pemicu stres) lain yang bisa memicu gangguan disosiatif adalah berada di lingkungan yang menakutkan. Peristiwa bencana alam atau perang juga bisa memicunya.

Pada masa anak-anak, identitas masih berada di tahap pembentukan. Anak kecil yang sering menggunakan mekanisme disosiasi sebagai respons terhadap stresor akan terus melakukannya hingga dewasa.

4. Gangguan disosiatif memiliki banyak komplikasi dan membutuhkan psikoterapi

ilustrasi pikiran dan perilaku untuk bunuh diri (newsroon.uw.edu)

Gangguan ini memiliki banyak komplikasi, di antaranya sebagai berikut.

  • Mutilasi, menyakiti diri sendiri
  • Pemikiran untuk bunuh diri
  • Disfungsi seksual
  • Penyalahgunaan obat
  • Kecanduan alkohol
  • Gangguan depresi dan cemas
  • Gangguan identitas
  • Gangguan stres pascatrauma (PTSD)
  • Gangguan tidur seperti mimpi buruk, insomnia, dan sleep walking
  • Gangguan makan
  • Kesulitan bersosialisasi dalam hubungan personal maupun kerja

Terapi utama untuk gangguan disoaistif adalah psikoterapi. Psikoterapi dilakukan dengan terapi wicara dengan menceritakan permasalahan kepada psikiater.

Masih belum ada pengobatan spesifik untuk gangguan disosiatif. Dokter biasanya meresepkan antidepresan, obat anti kecemasan, atau antipsikotik untuk mengontrol gejala yang dialami.

Baca Juga: Kenali 8 Tanda Post Traumatic Stress Disorder agar Kamu Lebih Peka

Verified Writer

Gilberta Rebecca

Health enthusiast ❤️

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya