TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Disebut-sebut Awal Baru Pengobatan Masa Depan, Apa Itu Farmakogenomik?

Faktor genetik memengaruhi respons tubuh terhadap obat

unsplash.com/Anna Shvets

Tahu tidak, menurut National Health Service Inggris (NHS), obat yang beredar saat ini hanya efektif pada 60 persen populasi.

Pada dasarnya, respons seseorang terhadap obat cukup beragam. Beberapa orang memperoleh manfaat obat, tetapi sebagian lainnya mungkin tidak merasakan manfaat apa pun, bahkan menunjukkan reaksi obat merugikan yang ringan, parah, atau bahkan fatal.

Ternyata, faktor genetik berperan besar, lho, dalam respons tubuh terhadap suatu obat. Karena itulah, saat ini banyak banyak ilmuwan dan praktisi yang mengembangkan ilmu famakogenomik. Apa itu? Simak penjelasannya di bawah ini.

1. Farmakologi + genetika = farmakogenomik

pixabay.com/mcmurryjulie

Berdasarkan buku "Goodman and Gillman's The Pharmacological Basis of Therapeutics", farmakogenomik adalah ilmu yang mempelajari pengaruh komponen genetik pada individu atau seluruh populasi yang berpengaruh pada respons tubuh terhadap sebuah obat.

Farmakogenomik sendiri merupakan gabungan dari ilmu farmakologi, yang mempelajari mekanisme kerja obat, dengan genetika. Farmakogenomik berkaitan dengan farmakogenetika, yaitu mempelajari variasi genetik dalam menghasilkan sebuah respons terhadap obat dari sejumlah kecil varian DNA.

Baca Juga: 5 Makanan yang Sebaiknya Tidak Dikonsumsi Bersama dengan Obat

2. Farmakogenomik sudah ada sejak 1959, lho!

pexels.com/Chokniti Khongchum

Sejak awal abad ke-20, para ilmuwan telah melihat hubungan antara genetik dan kerentanan seseorang terhadap penyakit. Berdasarkan keterangan dalam jurnal "Current Topics in Medicinal Chemistry", istilah farmakogenetik pertama kali digunakan oleh F. Vogel pada tahun 1959.

Seiring berjalannya waktu, ilmu genetika terus berkembang pesat. Hingga pada tahun 2000, data pertama dari urutan genom manusia dirilis melalui Human Genome Project. Data ini memberikan banyak petunjuk mengenai makna perbedaan genetik individu bagi kesehatan. Namun, proyek ini menelan biaya yang begitu besar, kurang lebih 2 miliar Poundsterling untuk satu sekuens genetik. 

3. Apa saja contoh penerapan farmakogenomik dalam pengobatan?

pexels.com/Karolina Grabowska

Ketika kamu minum obat, obat akan melalui beberapa proses sebelum akhirnya kamu mendapatkan manfaatnya. Obat harus diserap di saluran cerna, diedarkan melalui pembuluh darah, lalu dimetabolisme di hati sebelum dikeluarkan melalui ginjal dan organ sekresi lainnya.

Dalam tahapan tersebut, faktor gen memegang pengaruh yang cukup besar untuk obat dapat menghasilkan manfaat yang semestinya.

Ilmu farmakogenomik sangat berdampak pada keputusan pemberian obat oleh dokter. Beberapa efek samping yang dihasilkan obat tidak lepas dari peran genetik seseorang. Obat yang seharusnya bermanfaat, malah bisa tidak memberikan hasil apa pun, atau bahkan menimbulkan efek buruk bagi tubuh.

Saat ini, sudah banyak informasi terkait pengaruh genetik terhadap berbagai jenis obat. Mari kita ambil satu contoh obat, omeprazole, obat yang sering digunakan untuk sakit mag.

Omeprazole semestinya berguna untuk menurunkan asam lambung, sehingga mag berhenti. Di dalam hati, obat ini dimetabolisme oleh enzim CYP2C19. Pada buku "Goodman and Gillman's The Pharmacological Basis of Therapeutics", dikatakan bahwa pada orang-orang yang mengalami defisiensi enzim CYP2C19, mereka akan mengalami reaksi berbeda ketika meminum obat ini. Alih-alih mag berhenti, lambung malah jadi luka dan menyebabkan ulkus peptikum (ulkus lambung).

Contoh kasus lainnya dapat dilihat dari obat kodein, yaitu obat pereda batuk. Menurut jurnal "Current Topics in Medicinal Chemistry", pada orang-orang yang mengalami defisiensi enzim CYP2D6, meminum obat ini akan membuat efektivitas obat menurun. Hal ini membuat obat tidak bekerja secara optimal dan mengurangi manfaatnya.

4. Farmakogenomik menjadi dasar dari personalized medicinez

unsplash.com/National Cancer Institute

Perkembangan ilmu farmakogenomik sangat dinanti karena diharapkan kelak pengobatan pasien dapat berubah menjadi lebih dipersonalisasi (personalized medicine). Menurut "Journal of Clinical Medicine Research", beberapa keuntungan yang dapat dirasakan dari penerapan farmakogenomik pada pengobatan antara lain:

  • Dokter dapat memprediksi respons pasien terhadap obat lebih akurat
  • Menghasilkan obat yang lebih baik dan aman
  • Meningkatkan akurasi dalam penentuan dosis yang sesuai
  • Meningkatkan kualitas skrining dan monitor penyakit
  • Pengembangan vaksin yang lebih baik

Personalized medicine akhir-akhir ini telah menarik perhatian banyak negara maju. Berdasarkan laporan dari NHS, sistem kesehatan berbagai negara termasuk Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Kanada, Australia, Tiongkok, dan India sedang merumuskan kebijakan dan program penelitian untuk mendukung penerapan pendekatan perawatan kesehatan yang lebih dipersonalisasi.

Baca Juga: 8 Obat yang Jangan Kamu Konsumsi saat Masih Sibuk Beraktivitas

Verified Writer

Indira swastika utama

An ISTJ-T. A medical student who love write :)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya