TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cecal Volvulus: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan 

Kondisi langka yang menyebabkan usus terpelintir

ilustrasi cecal volvulus (pexels.com/Kindel Media)

Cecal volvulus termasuk jenis malrotasi atau gagalnya suatu perputaran organ usus yang terjadi pada bagian bawah. Kondisi ini dapat melibatkan berbagai komponen usus, seperti sekum, ileum terminalis, atau usus besar. Cecal volvulus merupakan kondisi yang jarang terjadi, tetapi keadaan medis ini dapat menyebabkan obstruksi usus yang berpotensi fatal.

Cecal volvulus terjadi ketika sekum terlepas dari dinding perut dan berputar dengan sendirinya. Karena gejala yang ditunjukkan sering disalahartikan sebagai masalah perut biasa, jadi hanya dokter yang bisa memastikan diagnosisnya.

1. Gejala 

ilustrasi sakit perut akibat cecal volvulus (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Beberapa gejala yang dapat diindikasikan sebagai bagian dari cecal volvulus, meliputi:

  • Sakit perut yang terjadi secara kronis atau berulang.
  • Rasa sakit pada perut yang sulit dijelaskan.
  • Pada beberapa kasus, orang dengan cecal volvulus akan merasa lebih baik setelah buang air besar.
  • Apabila rasa sakit pada perut bertambah parah dan konstan, hal ini biasanya menunjukkan kondisi akut atau komplikasi.
  • Distensi perut atau perut terasa penuh.
  • Timbul suara khas yang bersumber pada organ usus.
  • Ketidakmampuan mengeluarkan gas atau kentut.
  • Mual, muntah, dan kurang nafsu makan.
  • Konstipasi kronis dan/atau diare.

Baca Juga: Akropustulosis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

2. Penyebab 

ilustrasi menangis (pexels.com/Karolina Grabowska)

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, cecal volvulus memengaruhi saluran gastrointestinal bagian bawah. Dengan cecal volvulus, usus besar menjadi terpelintir dan tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Ini dipicu oleh gangguan dari pelepasan sekum.

Dilansir Healthline, cecal volvulus cenderung memengaruhi orang usia 30 sampai 60 tahun. Kemungkinan penyebab dan faktor risikonya meliputi:

  • Perjalanan dengan pesawat yang mana tekanan kabin rendah.
  • Kelemahan otot usus besar (atonia).
  • Pembesaran usus besar.
  • Penyakit Hirschsprung, yaitu kondisi ketika usus besar menjadi meradang dan menyebabkan sembelit dan obstruksi.
  • Infeksi.
  • Melakukan aktivitas fisik yang terlalu berlebihan.
  • Tumor panggul.
  • Kehamilan, khususnya pada trimester ketiga.
  • Riwayat operasi perut sebelumnya yang menyebabkan perlengketan.
  • Batuk parah.

3. Diagnosis 

ilustrasi dokter akan memeriksa pasien (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Menegakkan prosedur diagnosis untuk cecal volvulus sering kali tidak mudah. Apabila gejala yang ditunjukkan pasien terjadi secara berulang, intermiten, dan sembuh secara spontan (bukan akut), mungkin memerlukan lebih banyak waktu bagi dokter untuk mendiagnosisnya. Selanjutnya, ketika kondisinya menjadi akut, beberapa prosedur diagnosis seperti tes pencitraan dapat digunakan untuk menentukan penyebab yang mendasarinya.

Tes lain yang mungkin akan diberlakukan oleh dokter guna memastikan kondisi cecal volvulus, yakni:

  • Pemeriksaan foto rontgen polos abdomen untuk mengidentifikasi obstruksi usus.
  • CT scan untuk membantu mengetahui letak penyumbatan dan mencari tahu kemungkinan penyebab lain.
  • Tes darah untuk memastikan jumlah jumlah sel darah putih dalam darah. Tes darah dapat memastikan ada atau tidaknya indikasi infeksi.
  • Panel metabolik komprehensif.
  • Sigmoidoskopi atau kolonoskopi.

4. Pengobatan 

ilustrasi pasien dirawat di rumah sakit (pexels.com/Anna Shvets)

Metode pengobatan umum untuk cecal volvulus ialah melalui jalur pembedahan atau operasi. Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, operasi untuk kondisi ini memiliki tingkat keberhasilan yang dapat dikatakan baik. Selain itu, dengan operasi, potensi kekambuhan bisa berkurang cukup signifikan. 

Pengobatan lain yang mungkin akan direkomendasikan oleh dokter adalah:

  • Cecopexy: Meliputi pembedahan dengan memindahkan sekum ke posisi yang tepat.
  • Operasi reseksi usus: Ketika terjadi kerusakan pada sekum karena terpelintir, dokter mungkin merekomendasikan operasi reseksi usus.
  • Reduksi kolonoskopi: Biasanya dipertimbangkan untuk pasien yang tidak bisa menjalani operasi. Dengan reduksi kolonoskopi masih ada risiko mengalami cecal volvulus kembali.

Baca Juga: Laringospasme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya