Laringospasme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Kejang singkat pita suara yang bikin sulit bernapas

Laringospasme adalah kondisi pita suara tiba-tiba menjadi kejang (tanpa sadar berkontraksi atau kejang). Akibatnya, jalan napas menjadi tersumbat sementara, mengakibatkan sulit bernapas dan berbicara.

Laringospasme jarang terjadi dan kalaupun terjadi biasanya kurang dari satu menit. Selama itu berlangsung, seseorang harus bisa berbicara atau bernapas. Laringospasme biasanya bukan merupakan indikator masalah serius dan secara umum kondisi ini tidak fatal.

Seseorang mungkin mengalami laringospasme sekali dan tidak pernah mengalaminya lagi. Namun, jika terjadi secara berulang, maka penyebabnya harus dicari tahu.

1. Penyebab

Laringospasme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi mengalami asma (brighamhealthub.org)

Terkadang, laringospasme terjadi tanpa alasan yang jelas. Namun, kondisi ini juga bisa merupakan gejala dari kondisi yang mendasarinya, seperti:

  • Asma: Orang dengan asma kemungkinan mengalami laringospasme sesudah berkontak dengan polusi udara atau bernapas dengan penuh semangat setelah berolahraga.
  • GERD: Gastroesophageal reflux disease (GERD) mengakibatkan asam lambung atau makanan yang tidak tercerna naik kembali ke kerongkongan (tenggorokan). Terkadang, asam atau  kotoran ini juga berkontak dengan laring dan memicu laringospasme.
  • Gangguan stres atau kecemasan: Respons emosional seperti stres dan kecemasan bisa memicu laringospasme. Ini merupakan respons fisik tubuh terhadap emosi intens yang  dirasakan.
  • Laringospasme terkait tidur: Beberapa orang mengalami laringospasme ketika tidur dan bangun dengan napas terengah-engah. Sering kali, ini terkait dengan disfungsi pita suara atau refluks asam.
  • Anestesi: Dalam beberapa kasus, laringospasme terjadi selama anestesi umum. Ini terjadi saat anestesi atau ekstubasi (pengangkatan tabung hidung atau tenggorokan) mengiritasi pita suara. Jenis laringospasme ini lebih sering terjadi pada individu tertentu, termasuk anak-anak, orang yang menjalani operasi pada laring atau faring, dan pengidap penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
  • Hipersensitivitas laring (sindrom laring yang mudah tersinggung): Jika mukosa saluran napas bagian atas terlalu sensitif, maka apa pun yang merangsangnya bisa mengakibatkan laringospasme, seperti udara dingin, berbicara keras, batuk, atau makan makanan tertentu.

2. Gejala

Laringospasme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi laringospasme (unsplash.com/Taras Chernus)

Seseorang dengan laringospasme tidak bisa berbicara atau bernapas selama kurang dari satu menit. Banyak yang menggambarkan kondisi ini sebagai sensasi tersedak. Ini karena pita suara berkontraksi dan tertutup rapat selama laringospasme berlangsung.

Ketika pita suara secara perlahan mengendur dan terbuka, maka kemungkinan terdengar suara bernada tinggi (stridor). Selain itu, seseorang kemungkinan mengalami beberapa laringospasme dalam waktu yang singkat, tetapi dalam kebanyakan kasus setiap episode berakhir setelah sekitar satu menit. Meski laringospasme biasanya tidak serius atau mengancam nyawa, tetapi mengalaminya bisa terasa menakutkan.

Baca Juga: Sindrom Kuku Kuning: Gejala, Penyebab, Pengobatan

3. Diagnosis

Laringospasme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi konsultasi dokter (pexels.com/cottonbro)

Dokter bisa melakukan serangkaian tes untuk menentukan penyebab gejala pasien. Selain itu, dokter juga akan mengajukan pertanyaan kepada pasien tentang gaya hidup, kecemasan, dan kondisi seputar kejang. Tes gastrointestinal, CT scan sinus, tes alergi, dan uji coba berbagai obat bisa membantu menjelaskan penyebabnya.

Pasien yang mempunyai riwayat laringospasme harus memberi tahu dokternya tentang pengalamannya sebelum menjalani anestesi. Meskipun sangat jarang, jika laringospasme tidak berhenti setelah satu atau dua menit, atau jika menyebabkan hilangnya kesadaran, maka itu harus diperlakukan sebagai keadaan darurat medis.

4. Pengobatan

Laringospasme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi menenangkan diri saat mengalami episode laringospasme (unsplash.com/Eugene Zhyvchik)

Selama laringospasme berlangsung, seseorang harus berusaha untuk tetap tenang. Tetap tenang bisa mengurangi durasi kejang dalam beberapa kasus, sedangkan panik dan terkejut dapat membuat kejang bertahan lebih lama dan akan mengakibatkan gejala terasa lebih intens.

Jika mengalami rasa tegang pada pita suara dan saluran napas tersumbat, cobalah untuk tidak panik. Sebaiknya jangan terengah-engah atau mencoba untuk menghirup udara melalui mulut. Minumlah sedikit air untuk mencoba membersihkan apa pun yang kemungkinan mengiritasi pita suara.

Dilansir Medical News Today, berikut beberapa teknik sederhana yang bisa membantu menghentikan kejang:

  • Tahan napas selama 5 detik, lalu napas perlahan melalui hidung. Buang napas melalui bibir yang mengerucut. Ulangi hingga kejang berhenti.
  • Potong sedotan menjadi dua. Selama serangan, tutup bibir di sekitar sedotan dan bernapas hanya melalui sedotan, bukan hidung. Teknik ini mendorong pernapasan lebih lambat yang bisa membantu mengendurkan pita suara.
  • Beri tekanan pada titik tekanan di dekat telinga. Titik ini, yang dikenal sebagai takik laringospasme, bisa memaksa pita suara untuk rileks. Temukan titik lunak di belakang daun telinga dan tepat di atas rahang. Tekanannya harus cukup kuat untuk menyebabkan rasa sakit, dan bila berhasil, seharusnya itu dapat melegakan gejala laringospasme.

Perawatan lain berfokus pada mengatasi penyebab laringospasme. Misalnya, orang dengan gangguan kecemasan bisa mendapat manfaat dari obat antikecemasan atau psikoterapi. Jika penyebabnya adalah GERD, maka pengobatan refluks asam bisa membantu mencegahnya terjadi. Ini mencakup obat-obatan seperti antasida, perubahan gaya hidup, atau pembedahan.

Orang yang sering mengalami laringospasme pada malam hari mungkin perlu tidur dengan alat continuous positive airway pressure (CPAP). Terapi wicara juga bisa membantu dalam beberapa kasus, terutama jika ada penyebab neurologis. Saat perawatan lain gagal, injeksi botulinum toxin (Botox) bisa melumpuhkan pita suara dan mencegah serangan berikutnya.

5. Prognosis

Laringospasme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi seseorang dengan laringospasme (unsplash.com/Raluca Pavelescu)

Prospek seseorang yang pernah mengalami satu atau beberapa serangan laringospasme adalah baik. Meski tidak nyaman dan terkadang terasa menakutkan, tetapi kondisi ini umumnya tidak berakibat fatal dan tidak menunjukkan keadaan darurat medis.

Namun, jika tidak diobati, laringospasme yang disebabkan oleh anestesi dapat berakibat fatal. Untuk membalikkan spasme laring sesudah operasi dengan anestesi, tim medis bisa melakukan perawatan untuk mengendurkan pita suara dan meredakan gejala yang dimiliki pasien.

Untuk laringospasme yang disebabkan oleh kondisi lain seperti asma, stres, atau hipersensitivitas, biasanya ini tidak berbahaya atau mengancam nyawa. Namun, jika laringospasme sering terjadi, sebaiknya temui dokter.

Laringospasme biasanya tidak mengancam jiwa, tetapi bisa menjadi pengalaman yang menakutkan. Mempelajari teknik pernapasan dapat membantu tetap tenang selama suatu episode.

Apabila mengalami kejang pita suara berulang, sebaiknya temui dokter spesialis laringologi. Mereka dapat membantu menentukan penyebab laringospasme dan merekomendasikan perawatan yang tepat.

Baca Juga: Sindrom Waardenburg: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya